Mohon tunggu...
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Jurnalis Muda yang Berkompeten

Setiap langkah adalah perjuangan, menghasilkan karya dan inovasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Awal Tahun Mujahid Dakwah, Kebangkitan Pers dan Media Islam

17 Januari 2020   10:49 Diperbarui: 17 Januari 2020   10:50 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak awal Al Imam memang bersuara menyatakan penyesalannya akan nasib umat Islam di tanah Melayu-Nusantara  yang tertajajah di mana-mana. Dalam sebuah edisinya, mereka menyebut "Tanah Sumatera, Tanah Manado, Tanah Jawa, Tanah Borneo dalam genggaman Belanda, hingga tanah melayu peninsula dalam cengkeraman Inggris." (Al Imam Vol. 1, No. 3, 19 September 1906). Harapan mereka tak lain agar umat Islam mampu meraih kemerdekaannya.

Al Imam berdiri mengibarkan Islam sebagai dasarnya. Menyebarkan dakwah Islam. Mengikuti jejak jejak Al Manar yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dengan semangat pembaruan dan pemurnian Islam, Al Imam menegaskan haluannya dalam sebuah edisinya, "Untuk mengingatkan mereka yang terlupa, membangunkan mereka yang terlelap, menunjukkan arah yang benar kepada mereka yang tersesat, memberi suara kepada mereka yang berbicara dengan bijak, mengajak umat Islam berupaya sebisa mungkin untuk hidup menurut perintah Allah, serta mencapai kebahagiaan terbesar di dunia dan memperoleh kenikmatan Tuhan di Akhirat." (Al Imam, I Juli 1906).

Pada fase awal ini dalam rentang tahun 1906 sebagai awal lahirnya media massa Islam pertama di Nusantara, juga bertaburan media-media massa Islam di tahun-tahun berikutnya. Sebut saja Al Munir di Padang Panjang.

Tahun 1911 Al Munir didirikan di Sumatera Barat oleh Haji Abdullah Ahmad yang sebelumnya juga perwakilan Al Imam di Padang Panjang. Serta di bantu oleh Haji Abdul Karim Amrullah (ayah dari Buya Hamka) dan Syekh Jamil Jambek. Mereka semua adalah murid langsung dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi.

Al Munir sangat bersuara keras terhadap berbagai praktek bid'ah, menyuarakan kritik-kritik keras terhadap pemerintah kolonial Belanda, menyuarakan persatuan umat Islam dan kemerdekaan bangsa. Dan penyebaran Al Munir tersebar di Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Malaya.

"Al Munir bertujuan untuk memperoleh agama Islam yang sejati serta menegakkan syariat Nabi Muhammad yang benar dengan dorongan menghidupkan kembali tradisi Nabi dan mengutuk bid'ah dalam praktik ibadah umat Muslim." (Al Munir 3, 2, 1913).

Perjalanan sejarah media massa dan pers Islam terus berkembang baik secara kualitas dan kuantitas utamanya di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Namun, tentu tulisan yang singkat ini kami tidak bisa menyebutkannya secara rinci.

Di Sumatera pada waktu itu sebagai pusat dan lumbungnya media massa Islam seperti Majalah Suluh Melayu di Padang (1913), Majalah Al-Radd wa Al-Mardud di bukittinggi (1926), Majalah Suara Tarbiyah Islamiyah di bukittinggi (1937-1945), Al Itqan dan Al-Mizan (1918) di Minanjau dan banyak lagi yang lainnya.

Pada tahun 1929 Tokoh Persis, Ustad A. Hassan bersama Fachrudin Al Kahiri dan Muh. Natsir mendirikan Majalah Pembela Islam. Pembela Islam menjadi media massa Islam yang gigih membela Islam. Pembela Islam menjadi salah satu lawan dari tokoh-tokoh Nasionalis sekuler yang menggelorakan ide sekularisme (contohnya, polemik antara Sukarno dan M. Natsir mengenai Islam melawan sekularisme).

Kritik-kritik keras Pembela Islam terhadap praktek kristenisasi dan pelecehan oleh missionaries. Seperti misalnya tulisan Muh. Natsir yang berjudul Zending Contra Islam (1931). Pembela Islam juga menyerang paham sesat Ahmadiyah Qadian, dengan menurunkan tulisan perdebatan langsung antara A. Hassan dengan Rahmat Ali dari Ahmadiyah di tahun 1933 dan 1934.

Semangat Majalah Pembela Islam untuk mengajak masyarakat kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah sangat besar, serta menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Sangat tegas terhadap berbagai aliran sesat, perbuatan bid'ah dan paham-paham sekularisme. Kekuatan idealisme Pembela Islam mampu memberikan pengaruh yang sangat besar dan mendapatkan berbagai apresiasi dari para pembacanya, tokoh dan ulama di Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun