Kalau mau bicara jujur, petinggi partai mengingkan sekedar jabatan biar bisa berbuat untuk rakyat dan negara (mengabdi istilah lainnua) atau memilih orang-orang yang paling kompeten dan berintegritas untuk memimpin, sementara mereka yang punya kekuasaan dipartai dan dpr mengawasi orang yang di amanahkan menjabat suatu jabatan.
Sebagai contoh nyata adalah seperti yang ditampilkan oleh surya paloh, walaupun  kadernya menginginkan Surya Paloh(SP) sebagai capres, Tapi menolak, karena alasan umur dan kesibukan lain, juga memberi kesempatan bagi yang lebih muda, lebih energik, lebih visioner atau bahasa kerennya lebih kompeten dan berintegritas, jadi bukan hanya mampu memimpin tapi bisa menjadi contoh teladan.
Padahal kalau dilihat, SP lah paling visioner, dengan mencari sosok yang paling layak untuk memimpin negeri ini, secara otomatis dia telah mencontoh sebuah keteladanan dan kedewasaan dalam berpolitik untuk kemajuan indonesia.
Terbukti saat dua kali mendukung jokowi jadi presiden, ketika partai lainnya masih ragu, apalagi seperti gerindra yang menantang langsung malah koalisi setelah kalah dengan imbalan menhan dan menteri pariwisata.
Alasan boleh apapun, biar indonesia tidak pecah, biar sama sama membangun. Kalau memang niat membangun kenapa menantang, bahkan saat kampanye seolah-olah jokowi tidak mampu?
Dalam politik sih sah-sah saja, tidak ada teman abadi yang ada kepentingan abadi, berlaku juga untuk semua partai. Namanya juga politik tentu dinamis tidak kaku. Masalahnya, kalau seperti itu terkesan kurang jantan dimata publik.
Sementara nasdem, bukan karena PDIPnya, tapi melihat sosok yang memang bisa dan layak memimpin makanya resiko apapun di siap diambil. Ketika hari ini mereka dapat jatah menteri, ya wajar itu adalah reward dari keberanian mereka. Â Kejantanan mereka kembali ditampilkan saat ini menjelang pilpres 2024. Bukan hanya itu PKS juga kelihatan lebih jantan dan lebih pede dari era sebelumnya.Â
Kalau dulu saat koalisi dengan gerindra, walaupun terlihat mesra dipublik tapi gerindra terlihat lebih dominan dan ditinggal ditengah jalan, pengalaman inilah yanv membuat Pede PKS. Apalagi ketika bergabung demgan kolaisi nasdem terlihat keseteraan itu lebih jelas, selain dukungan pada capres yang sama, perolehan kursi dengan nasdem juga tidak jauh beda.Â
Begitu juga dengan Demokrat, walaupun disingkat dengan PD, tapi keliatannya masih kurang PD dalam bertarung menghadapi 2024. Apa karena AHY masih kurang pengalaman? Terlalu muda?
Padahal kalau koalisi Nasdem,PKS dan Demokrat mereka memiliki modal yang sama, ya beda beda tupis lah. Masalah DEMOKRAT adalah ketika mereka masih ragu, apakah AHY akan benar dipilih jadi cawapres dan dipasangkan dengan Anies? Kalau misalnya tidak apakah demokrat akan bergabung?Â
Inilah yang sedang dalam kalkulasi SBY, walaupun demokrat diketui oleh AHY hal-hal strategis tentu dibelakangnya adalah masih menunggu kepugusan SBY. Jadi wajarlah lah kalau demokrat mengincar kursi cawapres.
Tapi kembali kebahasan awal, apakah para politisi
Sekedar ingin mendapat jabatan?, hanya karena punya modal elektabilitas dan kursi di dpr?. Apakah mereka bisa lenggowo jika menyerahkan yang lebih pengalaman?. Memang sulit, tapi cobalah bersikap seperti surya paloh tampillah seperti layaknya negarawan mengesampingkan kepentingan pribadi untuk kepentingan negara.
Jadi, jika AHY mau mundur selangkah, insyaAllah kalau memang menang, sudah pasti posisi menteri sudah ada, kalau masalah menteri mungkin bisa dinegosasi dengan koalisi, menpora, menteri bumn atau menteri pertahanan? Itu bisa dibicarakan.
Jika bicara siapa selain AHY untuk mendampingi Anies? Maka jawabannya Adalah Ridwan Kamil. Ridwan kamil memimpin propinsi dengan jumlah populasi terbanyak. Religius, tanpa tersentuh isu korupsi dan berhasil membawa bandung saat jadi walikota serta jawabarat menjadi lebih baik saat menjadi gubernur. Jadi pengalaman memimpin dan integritas sudah teruji.
Sama seperti Anies, RK juga tidak memiliki kendaraan politik khusus, walaupun dulu didukung oleh PKB,P3,Nasdem dan hanura.Tapi  kemampuannya memimpin telah membuat partai meliriknya menjadi sosok yang pantas untuk dicalonkan jadi pemimpin. Jadi bukan karena popularitas saja tapi kompeten dan berintegritas tidak?
Membanding-bandingkan dengan AHY tentu saat ini kurang elok, masing masing punya kelebihan dan kekurangannya. Nah, karena Ridwan kamil pernah menjadi walikota dan gubernur, tentu ini jadi nilai tambah bagi RK.
Selain iti, RK bukan hanya pengalaman dalam pemerintahan, sosokmya yang kreativ dan inovatif, telah menghasilkan banyak karyanya dalam bidang arsitek diberbagai daerah indoensia bahkan dunia.Â
Jika Anies Baswedan berangkat dari kalangan akademisi menjadi pemimpin, maka RK berangkat dari Latar belakang ptaktisi. Arsitektur yang penuh inovasi.sungguh ini kombinasi yang tepat untuk indonesia kedepan, apalagi kedepan banyak tantangan dan indonesia akan me dapat bonus demografi, dimana rentang 2024- 2030,populasi indonesia akan diisi oleh manyoritas anak muda. Makanya butuh pemimpin yanb punya inovasi dan banyak solusi u ntuk bebrbagai permasalahan bangsa paling utama masalah pekerjaan bagi angkatan kerha.
Pendidikan kedepan tentu banyak persaingannya, sekarang saja titel saja tidak cukup, harus punya skill dan inovasi. Kalau tidak yang ketinggalan. Apalagi kedepan tantangan dalam industri 4.0 sangat besar. Jika pemimpin tidak punya strategi maka kita akan terus tertinggal. Saat inilah momen yang untuk memilih pemimpin yang kompeten,inovatif pastinya bisa jadi teladan untuk indonesia yang beradab.
Bukan saya meragukan Kemampuan AHY, pak SBY, saya mohon maaf dan dengan kerendahan Hati untuk memikir lebih tepat untuk bangsa kita, walaupun AHY Â belum bisa jadi cawapres, masih ada kesempatan kedepan bahkan menjadi capres periode selanjutnya. Biarlah periode ini jadi menteri dulu, buat belajar dan tambah pengalaman. Bukankah bapak juga menjadi menteri terlebih dahulu sebelum jadi presiden?.
Jadi untuk saat ini kita memang butuh ridwan kamil untuk mendampingi Anies, kita harus sama-sama lenggowo untuk indonesia yang lebih baik. Karena pengalaman RK dan sosoknya yang inspiratif bagi anak muda layak mendapat pertimbangan.Â
Sebelum saya tutup tulisan ini, saya ingin memgutip pidafo Surya Paloh saat kongres beberapa waktu lalu.
"Kongres memintakan agar saya bersedia untuk dicalonkan menjadi calon presiden pada 2024. Ini yang paling terberat Bapak Presiden...
..Saya ingin nyatakan rasanya tidak mungkin membalikkan jarum jam kembali. Nah, ini menjadi permasalahan bagi saya. Saya terima hormat kepada kawan-kawan semuanya tapi saya katakan kalau saja tawaran ini berlaku pada 20 tahun yang lalu, saya siap untuk itu.
Apa jalan yang kita harus ambil? Saya pikir, saya berikhtiar, saya berkontemplasi pada diri saya semalaman. Maka di hadapan tokoh bangsa ini, saya ingin nyatakan partai ini harus berani mengambil sebuah inisiatif untuk membuka dan memberikan ruang kesempatan kepada seluruh potensi anak negeri yang mungkin pantas, patut untuk menjadi pemimpin negeri ini pada 2024.
Maka itu kita pikir Tidak ada salahnya kita akan lakukan dua tahun menjelang 2024, kita akan lakukan dengan sungguh hati dengan penuh kebajikan, kejujuran untuk memilih salah satu yang terbaik melalui proses konvensi calon presiden. Ini harapan kita."
Mau dan mampukah AHY dan bapak SBY mengambil sikap seperti Surya Paloh? Ayolah Pak. Ini demi bangsa dan negara kita.InsyaAllah, saya yakin bapak mau dan Mampu!.
https://m.mediaindonesia.com/opini/271026/pidato-lengkap-surya-paloh-saat-penutupan-kongres
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H