Kaliadem merupakan salah satu kawasan wisata dengan solek merapi yang sejuk dan adem. Kawasan tersebut terletak di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, dengan jarak 25-30 Km dari pusat Kota Yogyakarta. Histori jejak ganasnya letusan gunung merapi pada tahun 2006, turut menyokong keindahan alam Kaliadem.
Udara dan pemandangan di sekitar alam Kaliadem terasa sejuk dan rindang. Pepohonan yang ada di sekitar turut menyejukkan pandangan. Selain itu, solek merapi dengan beragam jenis tanaman turut memperindah dan memperindang suasana di sekitar Kaliadem. Keindahan dan keunikan alam sekitar dapat dirasakan melalui udara yang dihirup, serta suhu yang dirasakan oleh tubuh.Â
Solek merapi dengan beragam flora dan fauna yang ada di sekitarnya turut mendukung kenyamanan alam Kaliadem. Kicau burung tidak kalah merdu, dengan hembusan suara angin yang syahdu. Morfologi gunung, sungai, lembah, dan hutan terlihat asri dan tenang. Selain itu, kondisi sosial budaya terasa damai tanpa hiruk-pikuk kebisingan. Oleh karenanya, kawasan Kaliadem menjadi destinasi wisata alam dengan solek merapi yang gemar dikunjungi wisatawan.
Kawasan wisata alam di kaki gunung merapi ini begitu menarik perhatikan para wisatawan. Pasca meletusnya gunung merapi pada tahun 2006 silam, Kaliadem menjadi corak lintasan serajah yang diminati wisatawan. Hal ini dibuktikan dengan adanya bunker Kaliadem yang terletak di kawasan Bebeng. Sejarah bunder Kaliadem turut menjadi tragedi yang menggenaskan saat erupsi gunung merapi silam. Banyak wisatawan datang untuk melihat alam bunker dan menikmati keindahan alam sekitar, serta melihat gagahnya gunung merapi dari dekat.
Awalnya, bunker ini dibangun oleh pemerintah sebagai salah satu tempat perlindungan bagi warga sekitar saat terjadi erupsi gunung merapi. Tempat ini menjadi saksi atas tewasnya dua orang yang sedang berlindung dari ganasnya erupsi merapi. Penyebab kematian disebabkan karena suhu udara yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat celcius saat terjadi erupsi, sehingga dua orang tersebut tidak tahan atas panasnya suhu tersebut.Â
Sejak kejadian tersebut bunker Kaliadem tidak lagi difungsikan sebagai tempat perlindungan erupsi karena tidak aman dan berisiko tinggi. Menurut para pemandu wisata yang ada di kawasan bunker, suhu panas yang ada di dalamnya belum sepenuhnya hilang. Oleh karenanya, suhu di dalam kawasan bunker masih belum stabil.
Pemandangan di sekitar Kaliadem penuh dengan warna, seperti hijau, putih, hitam, dan abu-abu. Warna hijau berasal dari pemandangan dan pohon-pohon yang ada di sekitar kawasan bunker. Warna putih berasal dari pemandangan yang berasal dari awan di sekitar kawasan bunker. Warna hitam berasal dari bebatuan dan warna abu-abu berasal dari kabut yang ada di sekitar kali gunung Merapi tersebut.Â
Warna dedaunan dan pohon yang beragam seperti hijau kekuning-kuningan atau kuning kemerahan sebagai salah satu efek dari kekeringan pasca meletusnya merapi. Namun, setelah beberapa bulan berlalu pepohonan di sekitar mulai tumbuh rimbun dan subur sehingga suasana disekitar kembali rindang.
Selanjutnya saat gunung merapi meletus kedua kalinya pada tahun 2010, mengakibatkan bungker tertimbun oleh pasir. Kejadian tersebut dianggap sebagai erupsi terbesar dalam 100 tahun terakhir. Peristiwa tersebut juga mengancam ratusan korban, termasuk juru kunci gunung merapi. Akibatnya bunker tertimbun oleh pasir setebal empat meter, sehingga sempat disebut hilang. Selanjutnya dilakukan rekonstruksi jalan dan juga relokasi di sekitar kawasan bunker, dengan pengerukan dan menghabiskan waktu yang lama.
Setelah kejadian itu kawasan bunker berhasil dijadikan sebagai lokasi tempat wisata alam Kaliadem yang berorientasi pada wisata alam serta sejarah kedahsyatan erupsi merapi beberapa tahun silam. Kawasan wisata tersebut telah disetujui oleh para pemerintah dan juga warga sekitar dengan mengelola alam Kaliadem untuk dijadikan sebagai salah satu potensi perekonomian warga lokal.Â
Seiring ramainya kunjungan para wisatawan di sekitar alam Kaliadem telah menjadikan kawasan ini banyak didirikan warung-warung yang menjual bahan-bahan logistik. Salah satunya terdapat warung yang menjual makanan dan beragam jajanan; alat perlindungan diri seperti mantel, payung, topi, dan lainnya. Selain itu, juga terdapat penjual oleh-oleh khas Yogyakarta, khususnya merapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H