Konsep Tu_Han
1. Dialektika Tu vs Han:
  - Tu: Dalam konteks ini, "Tu" merujuk pada kebaikan dan sifat-sifat positif. Ketika dikaitkan dengan Tuhan, "Tu" menjadi representasi dari segala yang baik dan suci, yang disebut sebagai Tuhan.
  - Han: Sebaliknya, "Han" mencerminkan kejelekan atau keburukan. Dalam konteks ini, "Han-tu" merujuk pada manifestasi dari kejahatan atau keburukan. Ini menunjukkan dualitas dalam pemahaman tentang Tuhan dan kejahatan.
2. Kata-Kata Terkait:
  - Kata-kata seperti Tu-gu, Tunggul, Watu, Tumbal, dan Tumpeng menunjukkan hubungan antara "Tu" dan berbagai manifestasi yang baik. Ini mencerminkan bagaimana kebaikan dapat terwujud dalam berbagai bentuk dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan sebagai Sanghyang Taya
- Sanghyang Taya: Dalam konteks ini, Tuhan dipahami sebagai entitas yang tidak dapat dipikirkan, didengar, dijelaskan, atau diraba. Ia adalah hampa (taya), suwung (kosong), dan awang-uwung (tanpa awal dan akhir). Ini menunjukkan sifat transenden Tuhan yang melampaui pemahaman manusia.
- Kehadiran Tuhan: Manusia dapat mengenal Tuhan melalui hukum-hukum alam semesta. Kehadiran-Nya dapat dirasakan dalam setiap aspek kehidupan, meskipun tidak dapat dijelaskan secara indrawi.
Politeisme dan Monoteisme
- Sifat Tuhan: Sifat-sifat Tuhan yang satu disebut Sanghyang Taya, yang mencerminkan monoteisme. Namun, manifestasi dari sifat-sifat tersebut dapat dilihat dalam banyak kategori, yang mencerminkan politeisme. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada satu substansi, terdapat banyak cara untuk memahami dan mengalami Tuhan.
Jalan Eksistensi: Tu-ah vs Tu-lah
- Dua Jalan: Dalam konteks eksistensi, terdapat dua jalan yang dapat diambil, yaitu Tu-ah (baik) dan Tu-lah (buruk). Ini mencerminkan pilihan moral yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kekuasaan hidup dan realitas di dunia ini dapat diperoleh dan dipelihara melalui pilihan antara kebaikan dan keburukan.