Dalam upaya melestarikan kebudayaan lokal, kelompok mahasiswa Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) yang tergabung dalam Kelompok 7 melaksanakan kegiatan pengenalan dan pelatihan Tari Simong kepada siswa SMP Negeri 3 Gringsing. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah, dan disambut dengan antusias oleh para siswa serta guru.
Kelompok 7, yang terdiri dari Tiara Kasih Kintani (24120339), Adinda Fatimatuzzahra (24120336), Jihanita Salsyakira (24120365), Widya Rizki Puji Lestari (24120354), dan Salwa Niswiy Khilma (24120343), mengambil inisiatif untuk mengenalkan seni Tari Simong sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat sekaligus pelestarian budaya tradisional.
Kegiatan dimulai dengan sesi pengenalan sejarah dan makna Tari Simong oleh para mahasiswa. Mereka menjelaskan asal-usul tarian ini serta pentingnya melestarikan budaya lokal di tengah modernisasi. Selanjutnya, siswa diajak untuk mempraktikkan gerakan dasar Tari Simong dengan bimbingan langsung dari anggota Kelompok 7.“Kami sangat senang bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang Tari Simong kepada adik-adik di SMP Negeri 3 Gringsing. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk mendekatkan generasi muda dengan budaya lokal mereka sendiri,” ujar Tiara Kasih Kintani, ketua kelompok.Para siswa tampak antusias mengikuti setiap gerakan yang diajarkan. Beberapa siswa bahkan menunjukkan bakat luar biasa dalam menari, yang menambah semangat dalam suasana pelatihan.
Tari Simong merupakan salah satu kesenian khas dari Gringsing yang memiliki keunikan tersendiri. Tarian ini menggambarkan kehidupan masyarakat agraris dengan gerakan dinamis yang mencerminkan semangat gotong-royong dan kebersamaan. Selain itu, Tari Simong juga memiliki filosofi mendalam tentang hubungan harmonis antara manusia dengan alam.Tarian ini berlatar legenda tentang sosok Ki Ageng Gringsing yang memiliki kesaktian seperti dapat berubah menjadi simo atau harimau dan ilmu kanuragan untuk menyadarkan para garong, rampok, begal serta mengajarkan budi pekerti dalam ajaran agama islam.Tari simo Gringsing diciptakan Yoyok Bambang Priambodo,pendiri sanggar Greget Semarang. Tarian ini digarap menggunakan tata gerak / Sekaran tari kerakyatan yang ada dan berkembang dikabupaten Batang serta gerak tari tradisi gaya Surakarta dan wilayah pesisir Jawa Tengah.
Penampilan kesenian dapat ditampilkan dengan tema kepahlawanan yang gagah, tegas, berani, dan berwibawa. Sesuai makna tari Simo Gringsing. Dalam penyajiannya, tari Simo Gringsing dibagi menjadi 3 bagian:
- Maju Beksan (ada 2 ragam gerak)
- Beksan (ada 9 ragam gerak)
- Mundur Beksan.
Tari simo Gringsing di iringi gending yang menggunakan dasar – dasar gending gaya Surakarta dan Yogyakarta serta wilayah pesisir di Jawa Tengah.
Alat music yang digunakan biasanya, terdiri dari:
- Rebana
- Jidor
- Terompet
Busana tari Simo Gringsing dirancang untuk mencerminkan tema kepahlawan yang gagah, berani, tegas, dan berwibawa. Busana ini terdiridari kain batik (jarik) dengan motif simbolis, atasan berupa rompi atau jaket pendek yang dihiasi ornament, serta aksesoris seperti ikat kepala, sabuk, kalung, kekuatan dan kewibawaan. Ditambah dengan hiasan wajah yang tegas, keseluruhan busana mendukung karakter dan pesan tarian, menjadikannya simbol seni pertunjukan tradisional yang penuh makna.