Mohon tunggu...
Muhammad Afif Effendi
Muhammad Afif Effendi Mohon Tunggu... -

Ingin selalu belajar, dan mulai menjadi penulis lepas. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Dalam Kereta Menuju Jogja

26 Februari 2012   15:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:03 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"anda dari mana?" kudengarkan bapakku bertanya lagi pada wong londo itu.

Tampak wong londo itu membenarkan posisi duduknya, kemudian menjawab, "saya dari Belanda."

"ow, studi?"

"iya, pak."

Obrolan bapak dan wong londo itu untuk selanjutnya tidak begitu kumengerti, biasa lah, pembahasan orang dewasa. Dalam umurku yang masih kelas empat SD waktu itu, aku masih cukup terperangah dengan hanya melihat seorang wong londo di hadapanku langsung, bukan lagi dari depan layar teve. Maka cerita perjalanan ini bakal tak habis kuceritakan pada teman-temanku di sekolah.

Aku tidak begitu memperhatikan sudah berapa kali bapak dan wong londo itu berganti topik pembicaraan. Yang pasti aku dan ibuku hanya mengawasi dua orang beda ras itu. Sementara semua objek di luar kereta semakin jauh tertinggal, tanda bahwa kereta api kami sudah mulai berjalan.

Bersamaan dengan kereta kami yang berjalan, kursi penumpang di seberang lain gerbong kami kedatangan penumpang. Dengan tawa yang meledak-ledak dan lepas, tiga pemuda itu duduk. Dari tampang dan pakaian jas yang dikenakan salah satunya, kuterka mereka adalah mahasiswa yang mungkin saja mereka kuliah di Jogja.

Kuperhatikan bapakku dan wong londo itu diam. Ganti suara gaduh guyonan tiga penumpang di seberang gerbong itu yang mengisi suasana. Tiga mahasiswa tadi!

"loh sawangen, wong londo iku koyok bedes yo..." 3 tutur salah seorang dari mereka, kemudian melepas tawa dan diikuti dua yang lain.

Dalam benakku tentu tidak lain tidak bukan, wong londo yang mahasiswa itu maksudkan adalah wong londo yang duduk di bangku di depan kami, di samping bangku mereka bertiga.

Aku tidak memperhatikan siapa dari mereka bertiga yang berbicara. Tapi kali terdengar yang memiliki suara agak berat bertutur, "iyo, tangan karo sikile akeh wulune. Persis bedes. Hahaha..."4 kembali mereka bertiga tertawa meledak-ledak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun