Mohon tunggu...
Muhammad Afif
Muhammad Afif Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Masih bodoh dan masih perlu belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Pertama Mendaki Gunung

22 Desember 2024   00:05 Diperbarui: 22 Desember 2024   00:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang selama ini saya hindari. Banyak faktor yang membuat saya tidak berani untuk mencobanya, seperti kisah horor pendakian, medan yang curam dan sulit, hingga bagaimana saya BAB dan BAK disana. Beberapa teman saya beberapa kali memamerkan kegiatan mereka mendaki Gunung di media sosial, tetapi rasa takut selalu menekan saya untuk tidak mencoba.

Indonesia merupakan negara dengan pegunungan yang sangat banyak, terutama di Pulau Jawa. Bagi beberapa masyarakat di pulau Jawa, gunung dianggap sebagai hal yang suci dan harus dijaga. Gunung yang pernah saya naiki waktu itu hanya Gunung Bromo. Namun menaiki Gunung Bromo tidak dianggap sebagai pendakian gunung karena ketinggiannya yang relatif rendah dan hanya perlu menaiki tangga untuk mencapai ke puncaknya. 

Pada bulan Agustus 2023, sepupu saya mendaki Gunung Prau bersama teman-temannya. Melihat dia bisa melakukannya membuat saya termotivasi untuk mencoba mendaki gunung hingga mencapai puncaknya setidaknya sekali seumur hidup. Motivasi tersebut kian meningkat hingga pada bulan September 2023 saya memutuskan untuk melakukan pendakian dengan mendaftar ke Open Trip. Sebelum mendaki gunung saya disarankan untuk olahraga rutin agar tidak kaget saat mendaki gunung. Sebelum mendaki gunung, saya rutin jogging selama 15 menit hingga 45 menit. 

Tibalah tanggal 29 September. Di tanggal tersebut saya memulai perjalanan untuk melakukan pendakian. Awalnya saya berencana untuk mendaki Gunung Prau yang berada di Jawa Tengah. Namun waktu itu  pihak Open Trip mengatakan bahwa gunung tersebut sedang ditutup karena alasan tertentu, oleh karena itu saya memutuskan untuk mendaki gunung Gede di Cianjur Jawa Barat. Pada malam harinya saya berangkat ke markas  Open Trip di daerah Halim, Jakarta Timur. Di markas tersebut, para pendaki yang menggunakan jasa Open Trip telah berkumpul dengan tujuan pendakian gunung yang berbeda-beda. Setelah menunggu kurang lebih 2-3 jam, saya dan rombongan pendakian Gunung Gede berangkat menggunakan mobil minibus. Perjalanan ke kaki Gunung Gede memakan waktu sekitar 3 jam. Sesampainya di kaki Gunung Gede, kami bermalam di Basecamp Open Trip untuk beristirahat agar siap memulai pendakian besok paginya. 

Keesokan paginya kami memulai perjalanan. Kami mendaki  melalui trek Gunung Putri. Dimulai dari Basecamp ke pos 1, kami disuguhkan perjalanan yang begitu indah dan masih belum menantang. Selama perjalanan tersebut kami melewati perkebunan seperti perkebunan selada dan daun bawang serta melewati sungai-sungai kecil. Tidak lama kemudian kami meninggalkan daerah perkebunan dan mulai masuk ke kawasan hutan. Sebelum masuk, kami menikmati semangka yang dijual oleh warung kecil. Di Gunung Gede terdapat warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman seperti gorengan, air mineral, nutrisari, teh, kopi, dll. Semakin ke atas, harga yang ditawarkan akan semakin mahal. Perjalanan dilanjutkan hingga mencapai Pos 1. Disana kami beristirahat sebentar dan langsung dilanjutkan ke pos 2. Dari pos 1 ke pos 2 terdapat pos-pos kecil yang disebut dengan pos bayangan. Di Pos Bayangan terdapat warung kecil. Pos bayangan merupakan  pos kecil diantara pos-pos utama dan umunya digunakan untuk beristirahat. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 tidak ada yang istimewa dan berjalan lancar.

Sesampainya di pos 2 kami beristirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan ke pos 3. Jarak dari pos 2 ke pos 3 lumayan panjang. Kami menjumpai beberapa pos bayangan. Namun, saat mencapai pos bayangan terakhir sebelum mencapai pos 3, saya merasa perut saya sakit dan sedikit mual. Saya membeli teh hangat di warung kecil untuk meredakan sedikit rasa sakit tersebut. Dari pos tersebut (pos bayangan) ke pos 3 jaraknya sudah sangat dekat. 

Pos 3 Gunung Gede merupakan pos yang cukup luas. Banyak pendaki-pendaki yang beristirahat di pos tersebut. Mereka melakukan aktivitas seperti memasak makanan yang mereka bawa (umumnya mi instan), tidur, dan aktivitas lainnya. Kami pun memakan makanan yang diberikan oleh pihak Open Trip di pos ini. Setelah makan, rasa kantuk tak terhindarkan sehingga saya terlelap tidur di bawah pohon. Saya tertidur kira-kira 1 jam. Setelah terbangun entah kenapa saya merasa sangat mual. Sebelum memulai perjalanan, saya tidak tahan untuk muntah. Untuk itu saya izin sebentar ke grup untuk melakukan sesuatu tanpa memberi tahu mereka kalau saya sangat mual dan ingin muntah. Di posisi ini saya masih belum mengetahui bahwa saya terkena diare. 

Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 merupakan perjalanan paling panjang dan berat. Setelah muntah saya merasa sedikit lebih baik. Namun setelah beberapa menit melanjutkan perjalanan, pada satu posisi saya sudah tidak tahan lagi dan saya izin ke teman-teman saya untuk berhenti muntah. Banyak sekali muntahan yang saya keluarkan, perut hingga seluruh badan juga terasa sangat lemas. Akhirnya, saya menyuruh mereka untuk  meninggalkan saya. Setelah sedikit lebih baik, saya melanjutkan perjalanan dan beristirahat di pos bayangan. Disana saya sekali lagi membeli teh hangat di warung. Kemudian saya melanjutkan perjalanan dari pos tersebut. Namun di satu titik, sekali lagi saya tidak bisa menahan muntah saya. Disini muntahannya lebih banyak dari sebelumnya hingga di di titik ini saya mulai berpikir apakah saya tidak mampu lagi untuk melanjutkan pendakian dan harus turun. Kemudian saya melihat ada anak kecil yang masih bersemangat untuk mendaki ke atas gunung. Disitu saya merasa malu karena saya kalah dengan anak itu. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk melanjutkan pendakian walaupun perjalanannya akan sangat lambat karena sedikit-sedikit saya harus duduk istirahat.

Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 merupakan perjalanan yang paling sulit dari seluruh rangkaian pendakian ini. Perjalanan yang licin, curam, dan panjang benar-benar membuat saya kesulitan dan kelelahan untuk melewatinya. Namun di tengah-tengah perjalanan, pihak Open Trip menghampiri saya dan mereka membantu membawakan tas gunung yang saya bawa. Kata orang tersebut mereka mendapatkan informasi dari teman-teman yang sebelumnya bersama saya, bahwa kondisi saya sedang drop. Dengan dibawakannya tas oleh pihak Open Trip, perjalanan saya menjadi lebih mudah. Disini saya sangat berterima kasih kepada teman-teman dan pihak Open Trip yang telah membantu saya.

Sekitar 3 jam perjalanan akhirnya saya mencapai pos 4. Pos 4  bisa dibilang pos yang kecil dibandingkan pos-pos lainnya. Ukurannya mungkin sama dengan pos-pos bayangan yang telah dilewati sebelumnya. Di pos tersebut sekali lagi saya beli teh hangat lalu tertidur di bawah pohon. 

Dari pos 4 ke pos 5 jaraknya tidak terlalu jauh. Pos 5 atau Surya kencana merupakan tempat kebanyakan pendaki menginap. Perjalanan dari pos 4 ke Surya kencana memakan waktu sekitar 45 menit. Walaupun tidak terlalu panjang, perjalanan yang dilalui cukup menantang dengan tanah yang licin dan cukup curam. 

Surya Kencana
Surya Kencana

Dan pada akhirnya tibalah di Surya kencana. Surya Kencana merupakan sebuah hamparan savanna yang dipenuhi oleh bunga edelweiss yang putih dan cantik. Saking cantiknya hingga dibuat lagu pada film The Sound of Music. Edelweiss sendiri umumnya hanya ditemukan di dataran tinggi dan pegunungan. Di Surya Kencana saya menikmati pemandangan lalu tertidur di warung. 

Bunga Edelweiss
Bunga Edelweiss
Setelah terbangun, saya berjalan menuju tenda penginapan. Sesampainya di tenda, saya langsung buru-buru ingin BAB. Saat itulah saya menyadari bahwa saya terkena diare yang cukup parah. Malamnya saya tidak nafsu makan. Pihak Open Trip menyediakan makan malam, tetapi jatah makan malam, saya berikan untuk orang lain. Malamnya saya tidur, tetapi di tengah malam saya terbangun karena rasa ingin BAB tidak terhindarkan. 

Karena badan saya yang masih terasa tidak begitu baik, saya memutuskan untuk tidak ikut rombongan open trip untuk berangkat ke puncak pada pagi buta untuk melihat matahari terbit. Awalnya saya enggan untuk mendaki hingga ke puncak. Namun saya merasa sayang  tidak mendaki hingga ke puncak karena saya sudah melaluinya hingga sejauh ini. Akhirnya pada sekitar pukul 6.00 pagi, saya mendaki ke puncak sendirian. Dari Surya Kencana ke puncak Gunung Gede memakan waktu  sekitar 40 menit. Setelah sampai di Puncak Gunung Gede, saya merasa lega dan sangat senang. Pemandangan di puncak sangat indah dan menakjubkan dimana Gunung Pangrango dapat terlihat dengan sangat jelas. Saya tidak menyangka bahwa saya bisa mendaki hingga puncak, walaupun tidak bisa menyaksikan sang surya terbit. Di puncak terdapat satu warung, dan warung tersebut menjual dengan harga paling mahal diantara warung-warung lainnya. Di Puncak cukup ramai oleh para pendaki yang membuat cukup sulit untuk berfoto terutama di tugu puncak Gunung Gede.

Setelah menikmati puncak Gunung Gede, saya dan rombongan turun. Sekali lagi, pihak Open Trip membantu membawakan tas gunung saya selama perjalanan turun. Pengalaman mendaki gunung merupakan pengalaman yang begitu emosional dan membekas bagi saya. Suatu hari nanti saya pasti akan mendaki gunung lagi, tentu saja dengan persiapan yang lebih matang. Perjalanan berikutnya saya harus membawa obat-obatan yang lebih lengkap lagi agar terhindar dari penyakit yang tidak terduga seperti diare. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun