Mohon tunggu...
Muhammad Aditya Nofrianda
Muhammad Aditya Nofrianda Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jurusan Pekerjaan Sosial Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Seorang mahasiswa yang sedang belajar dan mendalami karya tulis terutama di bidang pekerjaan sosial, pendidikan, budaya, sejarah, dan pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Raja Ali Haji: Gajah Mada Tanah Melayu Lewat Bahasa

18 Februari 2022   09:18 Diperbarui: 18 Februari 2022   09:21 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahulah ia barang yang teperdaya.

Barang siapa mengenal akhirat,

Tahulah ia dunia mudarat.

Gajah Mada dari Tanah Melayu

Raja Ali Haji merupakan pencatat pertama dasar tata bahasa Melayu melalui buku Pedoman Bahasa dan menjadi standar bahasa Melayu. Standar bahasa Melayu yang ia catat inilah yang akhirnya ditetapkan sebagai bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928. Maka dari itu, ia sering dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia dan Pulau Penyengat dikenal sebagai tempat asal bahasa Indonesia.

Sebagai pencatat pertama dasar tata bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia, Raja Ali Haji sudah sepantasnya diberi gelar yang sama seperti Gajah Mada yaitu pejuang persatuan Indonesia. Jika Gajah Mada berjuang menyatukan Nusantara melalui peperangan, maka Raja Ali Haji menyatukan Nusantara melalui bahasa. Posisi bahasa Melayu sebagai lingua franca di dunia perdagangan dan pelayaran Nusantara menjadi alasan besar ditetapkannya bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia yang dikenal oleh suku bangsa lainnya di Indonesia. Posisi bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari kontribusi Raja Ali Haji yang membuat standarisasi bahasa Melayu menjadi bahasa yang dipandang lebih 'elit' karena memiliki pedoman dan standar bahasanya sendiri. Dengan pedoman dan standar bahasa Melayu yang diciptakan oleh Raja Ali Haji, seluruh suku bangsa di Indonesia dapat berkomunikasi dan mengerti satu sama lain sehingga menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Bahkan tidak hanya berkontribusi dalam perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, Raja Ali Haji juga berkontribusi dalam penyusunan kamus bahasa Melayu ke dalam bahasa Belanda. Beliau bersahabat baik dengan Hermann Von De Wall, seorang sarjana kelahiran Jerman sekaligus pegawai pemerintahan Hindia-Belanda yang bertugas menyusun kamus Bahasa Melayu-Belanda.

Karya-karyanya

            Raja Ali Haji juga banyak menerbitkan karya-karya lainnya. Beliau menulis dua buku dalam bidang kebahasaan Melayu dan pendidikan yaitu Bustan al-Katibin (1850) dan Kitab Pengetahuan Bahasa (1858). Kitab Pengetahuan Bahasa yaitu Kamus Bahasa Melayu Riau-Lingga penggal yang pertama merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara. Beliau juga menulis buku dalam bidang hukum dan pemerintahan seperti Muqaddima Fi Intizam (1887) dan Tsamarat Al- Muhimmah (1888). Beliau juga terjun dalam dunia kepenulisan sejarah dengan mengeluarkan Tuhfat Al-Nafis (1865), Silsilah Melayu dan Bugis (1866), Tawarikh al-Sughra, Tawarikh al-Wusta, Tawarikh al-Kubra, dan diperkirakan beliau juga menulis naskah Peringatan Sejarah Negeri Johor dan Sejarah Riau-Lingga dan Daerah Takluknya. Selain itu, beliau juga terjun dalam dunia karya sastra berazaskan Islam dengan menerbitkan beberapa syair seperti Syair Abdul Muluk (1846), Syair Suluh Pegawai (1866), Syair Siti Shianah (1866), Syair Awai, Syair Sinar Gemala Mestika Alam (1895), Syair Taman Permata, dan Syair Warnasarie.

Makam Raja Ali Haji

            Jika Anda sangat terkesan dengan perjuangan Raja Ali Haji dan ingin berziarah ke makam beliau, Anda dapat mengunjungi Pulau Penyengat di Kota Tanjungpinang. Makam Raja Ali Haji berada dalam satu kompleks yang sama dengan Makam Engku Putri Raja Hamidah. Dari Tanjungpinang menuju Pulau Penyengat, dapat menggunakan perahu bermotor yang disebut dengan pompong. Setiba di Pulau Penyengat, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan ojek, becak motor, sepeda, maupun jalan kaki menuju Makam Raja Ali Haji yang tidak jauh dari Pelabuhan. Saat berkunjung ke Makam Raja Ali Haji, diharapkan wisatawan dapat bertingkah laku yang baik serta menggunakan pakaian yang sopan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun