Mohon tunggu...
Muhammad abdul Rolobessy
Muhammad abdul Rolobessy Mohon Tunggu... Jurnalis - Editor

Bahasa mati rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Nasihat Tukang Becak, Kepada Beta

6 Maret 2024   04:39 Diperbarui: 6 Maret 2024   04:39 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Nasihat Tukang Becak, Kepada beta
_____________________________________
Ambon- Bapak Satu seperti  biasanya setiap hari tiap jam sebelas antri dengan becaknya, pagi beta temukan beliau karena telah biasa melihatnya di tempat yang sama. Kebiasaan beta dari dulu di ambon adalah pulang berjalan tidak terarah, sesampainya di depan gang rumah selalu melihat beliau memarkir becak yang mengkilat setalah badan besi itu mandi.

Hampir semua tukang becak hapal beta wajah. Walaupun beta telah tiga tahun berada di kota nan rumit alias Ambon, mereka masih ingat beta, subhanallah. Dari beberapa abang tukang becak yang beta pernah naiki becaknya hampir semuanya ngobrol dengan beta. Tapi obrolan kali ini berbeda sekali, pikir beta..

"Ade' pulang kerja ya?"
Tanya tukang becak tua itu dengan ramah kepa beta.

"Ooh... Beta baru habis jalan-jalan bapak." Jawab beta agak gugup karena tidak menyangka ia akan bertanya seperti itu.

Sambil terus bercakap-cakap, kaki pak tua itu tak henti mengayuh becaknya. Pelan tapi pasti, becak itu meluncur membelah keheningan siang yang kala itu sangat panas.

Lalu, sekarang apa rencana adik?" Tanyanya lagi. "beta mau kerja saja Pak. Tapi belum tahu mau kerja dimana." Jawab beta sambil tersenyum agak malu.

"Mengapa tidak kuliah saja Dik? Bukankah lebih baik kuliah?."

Memang kenapa Pak?"
Selanjutnya beta mencari tahu mengapa ia bertanya begitu.
"Sekarang itu, cari kerja paling susah..
apalagi jika sekolah katong nanggung." Jawabnya dengan tenang.

Sebentar beta tatap wajahnya yang sudah mulai keriput. Keringat mulai membasahi pipinya.beta heran, beliau yang setua ini, mempunyai cara berfikir yang sangat bagus. Pekerjaan tukang becak yang sekarang digelutinya ternyata tidak membuat idealisme hilang. beta penasaran, siapa sebenarnya beliau ini.

Dengan sedikit memberanikan diri beta bertanya,
"bapak dulu sekolah apa?"
beta tatap wajahnya dalam-dalam. Beta yakin, dia bukan tukang becak biasa.
"Dulu, bapak pernah kuliah Dik. Tapi hanya sampai semester dua. Bapak tidak punya biaya. Makanya, bapak memutuskan untuk kerja saja.

Tapi ternyata kerja juga tidak mudah. Sudah semua tempat bapak datangi, tapi tidak ada kerjaan yang layak. Ya sudah, daripada tidak sama sekali, bapak menjadi tukang becak seperti ini." Jelasnya panjang lebar.

Sejurus kemudian, beta terdiam. Kata-kata pak tua itu begitu jelas di telinga. Beta berfikir menerawang jauh ke depan. Tiba-tiba bapak tua itu berkata untuk Beta,
"Memang kenapa Adik tidak mau kuliah dulu?"
Apakah itu kelemahan adik karena ekonomi ?"
Kali ini, beta benar-benar terdiam.

Beta menundukkan wajah. Pertanyaan bapak itu kepada Beta begitu menyentuh hati. Tiba-tiba, mata Beta yang di landa sedikit di merem karena debu dan teriknya matahari berlinang. Menetes bukan karena debu dan angin yang bertabrakan, tapi,perkataan beliau.

segera beta menguasai keadaan lagi. Sambil berusaha tersenyum, beta berkata kepadanya, "Ooh... Ini kemauanku Beta pak. Beta hanya ingin mandiri saja."...
ternyata bagi bapak itu kuliah itu sangatlah penting. Kemudian bapak itu kembali bertanya ke beta lagi.

"Lalu sekarang aktivitas adik apa?".
Bingung beta mau jawab apa! Rasanya di beta kepala sudah segudang pikiran yang ingin beta tumpahkan semua keluh kesah padanya.
Tapi beta kemudian dapat menguasai keadaan kembali lagi. Beta hanya bilang, "beta ingin kuliah, bapak, tapi beta belum berkeinginan menempati bangku sekolah/ kuliah".

Wajah beta menampakkan kesedihan yang amat dalam saat itu. Bibir pun bergetar hingga tak sanggup beta untuk berkata-kata lagi.
"Kok adik begitu sedih. Bukankah sekolah itu bagus? Seperti pepatah bilang : carilah ilmu sampai ke negeri cina.

Selagi orang tua masih mampu membiayai adik, kenapa tidak dilakukan. Ilmu itu banyak manfaatnya dik. Apalagi kelak jika adik bisa memimpin negeri ini atau adik jadi pejabat, pasti negeri ini akan aman, tentram, damai dan makmur karena semua berjalan dengan adil. Adik tau sendiri pemimpin sekarang banyak yang korupsi ". Mendengar jawaban bapak itu, beta tersenyum malu. Bapak itu bisa aja buat hati ini senyum dan kembali bersemangat untuk menuntut ilmu.

Perlahan demi perlahan, becak itu di kayuhnya. Kadang beta sedih melihat keadaannya.beta berpikir, berapa lah penghasilan yang di diperolehnya untuk menghidupi keluarga beliau. Dia punya anak dan istri.

Belum lagi setiap tetesan keringat yang di keluarkannya di tengah teriknya panas cahaya matahari di Medan yang luar biasa. Sungguh sabar bapak ini, sungguh semangatnya membara dalam hal menuntut ilmu, walaupun ia hidup pas-pasan.

Bapak itu juga menceritakan bahwa ia punya anak yang saat ini sedang sekolah. Ia berharap sangat anak-anaknya kelak dapat sampai di perguruan tinggi walaupun keadaannya sendiri sungguh sangat memprihatinkan. Tekad dan semangat bapak itu tinggi sekali.

Sampailah beta di depan pagar rumah dan perlahan-lahan kaki melangkah hingga masuk kedalam rumah. Tiba di dalam rumah, beta duduk terdiam dan berpikir sambil mata ini berkaca-kaca, "Ya Rabb, sungguh mulia sekali kata-kata bapak tadi. Ia seorang manusia yang penuh inspiratif, memberi kisah untuk membangkitkan semangat orang lain akan pentingnya menuntut ilmu. Terimakasih ya Rabb, puji syukur pada-Mu yang selalu memberiku petunjuk".

Sebelumnya sikap beta lesu, pusing, dan lain sebagainya berubah menjadi pantang menyerah. Ingin terus berkarya dan menuntut ilmu. Ingin belajar terus dan mengajarkannya pada orang lain. Rasa percaya diri pun kembali meningkat tajam. Walaupun keadaan beta begitu lemah, tapi itu tak menyulutkan tekad dan disiplin beta untuk terus berkarya, mengembangkan potensi yang beta miliki.

Sahabatku yang dirahmati Allah swt, banyak sekali sumber yang dapat kita manfaati untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita/katong sendiri. Kita bisa belajar dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.

Kita juga bisa belajar dari kegagalan dan kekalahan yang pernah di alami, jadikan itu batu loncatan kita sehingga dari itu lahirlah semangat untuk meraih kesuksesan yaitu pribadi yang inspiratif, bermanfaat tidak hanya bagi diri Katong sendiri tapi bagi orang lain.

Seperti firman Allah dalam surat al-Mujadilah ayat 11,yang artinya, "Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat"(Q.S. 58:11).

Lalu, apa lagi kawan/para sahabat. Masih kah engkau bermalas-malasan. Masih kah engkau duduk termenung. Majulah untuk mencoba melangkah menjadi orang yang bermanfaat. Carilah ilmu itu dimanapun engkau berada. Karena dari ilmu itu engkau akan bahagia, tentram dan damai.

Sumber penulis: M. Abdoel Rolobessy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun