Mohon tunggu...
Muhammad Abdee Praja Mukti
Muhammad Abdee Praja Mukti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sastra Inggris UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jurnalis and Photography

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melacak Warisan Kultural: Eksplorasi Sejarah Sastra dari Masa Jahiliah ke Awal Periode Islam

12 Juli 2024   07:38 Diperbarui: 12 Juli 2024   07:38 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Muhammad Abdee Praja Mukti, Tenny Sudjatnika.

Jurusan Sastra Inggris, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Jl. Jl. A.H. Nasution No. 105A, Cibiru, Bandung , Jawa Barat , Indonesia

E-mail: muhammadabdeeprajamukti@gmail.com., tennysudjatnika@uinsgd.ac.id.

ABSTRAK

Penelitian ini menelusuri sejarah sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam dengan fokus pada eksplorasi warisan kultural yang terkandung dalam karya sastra dari periode tersebut. Pendahuluan menjelaskan konsep dasar tentang sastra, termasuk definisi, perkembangan, dan peran sastra dalam masyarakat. Dengan memahami konteks budaya dan sosial dari masa tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melacak dan menggali warisan kultural dalam sejarah sastra Arab. Eksplorasi ini akan membantu memahami nilai-nilai dan kontribusi sastra Arab terhadap perkembangan sastra dunia.

Kata Kunci: Sastra Arab, Masa Jahiliyah, Periode Islam, Warisan Kultural, Eksplorasi Sejarah, Budaya Arab, Kontribusi Sastra

A. PENDAHULUAN

Dalam kajian sastra, pertanyaan mendasar yang sering kali dihadapi adalah tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan sastra itu sendiri. Sejak zaman dahulu, para sarjana sastra berupaya menjawab pertanyaan tersebut dengan berbagai pendekatan, namun jawaban yang memuaskan masih belum tercapai. Profesor A. Teeuw, seorang tokoh penting dalam kajian sastra Indonesia, menyoroti kompleksitas objek kajian sastra yang seringkali tidak pasti, bahkan samar. Sebagaimana dikemukakan Teeuw, keistimewaan ilmu sastra adalah bahwa objeknya tidak selalu jelas dan dapat berubah-ubah (Teeuw, 1984:21).

Dalam konteks bahasa Barat, istilah "sastra" dikenal sebagai "literature" dalam bahasa Inggris, "Literatur" dalam bahasa Jerman, dan "littrature" dalam bahasa Perancis, semuanya berasal dari bahasa Latin "litteratura". Kata "litteratura" sendiri awalnya digunakan untuk merujuk pada tata bahasa dan puisi, menunjukkan bahwa sastra awalnya berhubungan erat dengan keahlian dalam penggunaan bahasa tertulis. Namun, dalam perkembangannya, penggunaan istilah "sastra" atau "literature" mencakup segala bentuk tulisan dalam bahasa tertulis, mencakup karya-karya dengan nilai estetik (Teeuw, 1984:22-24).

Di sisi lain, dalam konteks bahasa Arab, tidak ada satu kata pun yang sepenuhnya sesuai dengan konsep "sastra" dalam arti yang dimaksud. Kata yang paling dekat adalah "adab", yang pada awalnya digunakan untuk merujuk pada undangan untuk menyantap makanan. Namun, seiring perkembangan, kata "adab" berkembang bersamaan dengan peradaban Arab dari zaman jahiliyah ke zaman Islam, menggambarkan pendidikan baik dalam hal lisan maupun budi pekerti (Dhaif, 2001:7-10).

Pengertian tentang sastra pun menjadi subjek perdebatan di kalangan sarjana dan kritikus sastra. Beberapa pandangan menganggap sastra sebagai manifestasi budaya yang tergantung pada konteks masyarakat dan periode waktu tertentu. Pandangan lain menekankan bahwa sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medium, dengan ciri khas penggunaan bahasa yang tidak lazim atau bahkan 'merusak' bahasa untuk mencapai efek estetik tertentu (Damono, 2005:6).

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah sebuah fenomena budaya yang melibatkan penggunaan bahasa sebagai bahan utama, namun memiliki ciri khas dalam penggunaan bahasa tersebut untuk menciptakan karya seni yang orisinal dan estetis. Pemahaman tentang sastra melampaui sekadar struktur teks, melibatkan pula konteks budaya dan sosial di mana sastra itu dihasilkan serta fungsi komunikatifnya dalam menyampaikan berbagai informasi kepada pembaca.

Dalam konteks penelitian ini, kita akan mengarahkan perhatian kita pada eksplorasi sejarah sastra dari masa jahiliah ke awal periode Islam, dengan fokus pada warisan kultural yang terkandung dalam karya-karya sastra dari periode tersebut. Dengan memahami latar belakang sejarah sastra pada masa tersebut, kita dapat menggali lebih dalam pemahaman tentang nilai-nilai, kepercayaan, dan budaya yang membentuk landasan sastra Arab pada masa itu serta dampaknya terhadap perkembangan sastra Islam kemudian.

B. MATERI/TEORI YANG DIGUNAKAN

Dalam melakukan penelitian mengenai eksplorasi sejarah sastra dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam, ada beberapa materi dan teori yang menjadi landasan utama. Materi dan teori ini membantu peneliti untuk memahami konteks budaya, perkembangan sastra, dan pengaruh agama terhadap sastra dalam periode tersebut. Dalam penelitian ini, beberapa materi dan teori yang digunakan akan diuraikan sebagai berikut:

1. Sejarah Sastra Arab

Untuk memahami perkembangan sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam, peneliti merujuk pada karya-karya sejarah sastra Arab yang telah ada. Ini termasuk analisis tentang karya-karya sastra yang ditulis selama periode tersebut, seperti puisi-puisi klasik Arab dan literatur lisan lainnya. Peneliti juga memperhatikan perubahan dalam bentuk, tema, dan gaya sastra yang terjadi seiring dengan perubahan sosial dan politik di Arab.

2. Teori Sastra

Dalam analisis sastra, peneliti menggunakan berbagai teori sastra yang telah dikembangkan oleh para ahli sastra. Teori-teori ini membantu dalam memahami struktur dan makna karya sastra, serta bagaimana karya sastra tersebut berinteraksi dengan konteks sosial dan budaya di mana mereka dihasilkan. Beberapa teori sastra yang digunakan antara lain:

  • Teori Strukturalisme: Teori ini menekankan analisis terhadap struktur internal sebuah teks sastra, termasuk penggunaan bahasa, narasi, dan gaya sastra yang digunakan. Strukturalisme memandang teks sastra sebagai entitas independen yang memiliki makna tersendiri.
  • Teori Dekonstruksi: Teori ini mencoba untuk mengungkapkan bagaimana teks sastra dapat memiliki makna yang ambigu dan bertentangan. Dekonstruksi menyoroti kontradiksi dan ketidakstabilan dalam teks sastra, serta bagaimana teks tersebut dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda.
  • Teori Feminisme Sastra: Teori ini memperhatikan peran gender dalam sastra dan bagaimana penulis perempuan dan karakter perempuan direpresentasikan dalam teks sastra. Feminisme sastra menyoroti ketimpangan gender dalam sastra dan mencari cara untuk menghadapinya.
  • Teori Postkolonialisme: Teori ini memeriksa hubungan antara sastra dan kolonialisme, serta bagaimana penulis dari negara-negara kolonial menanggapi pengalaman kolonial mereka melalui karya sastra. Postkolonialisme menyoroti bagaimana sastra dapat digunakan sebagai alat untuk memperjuangkan kemerdekaan dan pembebasan budaya.

3. Konsep Budaya dan Agama

Peneliti juga menggunakan konsep-konsep budaya dan agama untuk memahami konteks sosial dan budaya di mana sastra Arab berkembang. Ini termasuk studi tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat Arab pada masa Jahiliyah dan awal periode Islam, serta bagaimana agama Islam memengaruhi perkembangan sastra Arab.

4. Analisis Teks Sastra

Sebagai pendekatan metodologis, peneliti melakukan analisis teks sastra untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Ini melibatkan identifikasi tema utama, gaya bahasa yang digunakan, serta pesan moral atau filosofis yang ingin disampaikan oleh penulis. Analisis teks sastra membantu peneliti untuk menarik kesimpulan tentang peran dan signifikansi sastra dalam konteks budaya dan sejarah tertentu.

Dengan menggunakan materi dan teori ini, peneliti dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam, serta dampaknya terhadap perkembangan sastra Islam dan budaya Arab secara keseluruhan. Melalui pendekatan interdisipliner ini, peneliti dapat melacak warisan kultural yang terkandung dalam karya-karya sastra dari periode tersebut, dan memahami bagaimana sastra dapat menjadi cermin bagi nilai-nilai, kepercayaan, dan pandangan hidup masyarakat Arab pada masa itu.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif untuk mendalami eksplorasi sejarah sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam. Metode kualitatif dipilih karena memungkinkan untuk memahami dan mengeksplorasi fenomena budaya dan sejarah dengan lebih mendalam, serta memberikan ruang bagi interpretasi yang kompleks terhadap data yang diperoleh.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menggali warisan kultural dalam sejarah sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam melalui eksplorasi teks-teks sastra klasik. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi makna dan konteks budaya dari teks-teks sastra tersebut dengan mendalam. Selain itu, pendekatan kualitatif juga lebih cocok digunakan untuk penelitian yang bersifat deskriptif dan eksploratif seperti ini.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi pustaka atau literature review. Studi pustaka merupakan metode penelitian yang menggunakan sumber-sumber tertulis sebagai basis utama pengumpulan data. Dalam hal ini, sumber data utama akan berupa teks-teks sastra klasik Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam, seperti puisi-puisi klasik, prosa, dan karya-karya sastra lainnya. Selain itu, penelitian ini juga akan mengacu pada literatur-literatur kajian sastra Arab dan kajian sejarah Islam sebagai pendukung dalam menganalisis dan menginterpretasi data.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi Literatur. Teknik ini melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber tertulis, seperti buku-buku, artikel, jurnal, dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan objek penelitian. Dalam konteks penelitian ini, data akan dikumpulkan dari teks-teks sastra klasik Arab yang tersedia dalam bentuk buku, terjemahan, dan dokumen-dokumen elektronik. Selain itu, data juga akan dikumpulkan dari literatur-literatur kajian sastra Arab dan kajian sejarah Islam yang relevan dengan topik penelitian.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, kita akan menjelajahi hasil temuan dari penelitian tentang melacak warisan kultural dalam sejarah sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam. Kami akan membahas perkembangan sastra Arab selama periode ini, mengidentifikasi warisan kultural yang terkandung dalam karya-karya sastra, serta implikasinya terhadap perkembangan sastra Islam dan identitas budaya umat Islam secara keseluruhan.

Perkembangan Sastra Arab dari Masa Jahiliyah ke Awal Periode Islam

 Periode Jahiliyah di Arab merupakan fase yang kaya dalam perkembangan sastra Arab. Masyarakat Arab pada masa itu hidup dalam kehidupan suku-suku yang tersebar di sepanjang semenanjung Arab. Sastra Arab pada masa Jahiliyah terutama ditandai oleh puisi, yang menjadi medium utama untuk menyampaikan gagasan, emosi, dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Puisi Arab pada masa Jahiliyah cenderung menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Arab. Munculnya majelis-majelis syair menjadi wadah bagi penyair-penyair terkenal untuk menyampaikan karya-karya mereka kepada khalayak. Puisi-puisi tersebut mencakup berbagai tema, mulai dari pujian terhadap keberanian dalam pertempuran hingga kisah-kisah cinta yang romantis.

Namun, perubahan besar dalam sastra Arab terjadi dengan munculnya Islam pada abad ke-7 M. Al-Qur'an, sebagai karya sastra utama dalam Islam, tidak hanya menjadi sumber utama ajaran agama, tetapi juga sebuah masterpiece sastra dalam bahasa Arab. Bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an dianggap sebagai contoh puncak dari keindahan dan keterampilan sastra Arab.

Selain itu, sastra Islam awal juga meliputi karya-karya teologis, filosofis, dan sastra populer lainnya yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan sastra Arab selanjutnya. Karya-karya ini mencerminkan nilai-nilai keagamaan, moral, dan etika Islam serta memainkan peran penting dalam membentuk identitas budaya umat Islam.

Warisan Kultural dalam Sastra Arab

 Karya-karya sastra Arab dari masa Jahiliyah hingga awal periode Islam menyimpan warisan kultural yang berharga. Puisi-puisi Jahiliyah, misalnya, mencerminkan nilai-nilai moral, keberanian, dan keadilan yang menjadi bagian integral dari budaya Arab pada masa itu. Puisi-puisi ini tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan filosofis kepada pendengar.

Al-Qur'an dan karya-karya teologis Islam awal juga memiliki warisan kultural yang signifikan. Al-Qur'an tidak hanya menjadi sumber utama ajaran agama Islam, tetapi juga sebagai contoh terbaik dari keindahan bahasa Arab. Bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an telah menjadi model bagi sastra Arab selanjutnya. Karya-karya teologis dan filosofis juga mencerminkan nilai-nilai keagamaan, moral, dan etika yang membentuk landasan budaya umat Islam.

Implikasi terhadap Perkembangan Sastra Islam dan Identitas Budaya Umat Islam

Pemahaman tentang warisan kultural dalam sejarah sastra Arab memiliki implikasi yang signifikan terhadap perkembangan sastra Islam dan identitas budaya umat Islam. Sastra Islam tidak hanya menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan moral, tetapi juga sebagai cerminan dari identitas budaya umat Islam.

Dengan memahami akar budaya dan intelektual dari sastra Arab, kita dapat lebih memahami konteks dari karya-karya sastra Islam. Ini membantu dalam menghargai kekayaan budaya dan kearifan lokal dalam tradisi sastra Islam, serta memahami bagaimana nilai-nilai tersebut terus menginspirasi dan membentuk identitas budaya umat Islam hingga hari ini.

Pemahaman tentang warisan kultural dalam sejarah sastra Arab juga memberikan wawasan yang lebih luas tentang pengaruh sastra Arab terhadap sastra dunia, terutama dalam konteks keindahan bahasa dan kekayaan tema yang terkandung dalam karya-karya tersebut.

A. Ciri Sastra Jaman Islam

Puisi pada masa Islam ditinjau dari segi maksud dan seninya, arti dan intisarinya, lafadz dan gaya bahasanya, wazan dan qafiyahnya adalah sebagai berikut:

  • Menyebarkan akidah agama serta penetapan hukumhukumnya, dan menganjurkan kaum muslimin untuk mengikutinya terutama sekali pada masa Nabi dan khulafa al rasyidin.
  • Dorongan untuk perang dan untuk mendapatkan persaksian di sisi Allah karena menegakkan kalimatullah yaitu pada masa krisis dalam perang dalam menaklukkan kota-kota di sekitar jazirah Arab.
  • Al-Hijak, yaitu mula-mula untuk membela agama Islam, menyerang orang-orang Arab musyrik dimana caci maki tersebut tidak melanggar batas-batas keperwiraan dan telah mendapat izin dari Nabi, yaitu seperti puisi-puisi yang diucapkan oleh Hasan bin Tsabit dalam serangannya ~ Masa Jahiliyah dan Islam 245 terhadap orang-orang Quraisy dan sanak keluarga Nabi dari Bani Manaf.
  • Penggambaran peperangan dan penguasan terhadap kotakota serta bagaimana cara pengepungannya dan sebagainya.
  • Pujian. Pada prinsip dasar agama Islam sedikit sekali adanya puji-pujian. Tetapi setelah khulafa al-rasyidin mulai dikembangkan, pujian adalah suatu hal yang penting sebagai tiang negara dan untuk memperkokoh kedudukan khalifah.
  • Penggunaan kata pengantar cinta (al-nasib) dan cumburayu halus tidak sebagaimana masa jahiliyah (Al-Iskandari, 1916: 141-142).

Sastra zaman Islam menunjukkan empat ciri penting, yaitu: 

  • Pengucapannya (diksi) bersih, jernih dan tepat, karena dekat dengan zaman Nabi. Hampir semua orang Arab berbicara dengan gaya yang mendekati gaya pra-Islam dan gaya al-Quran. Puisi Umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing, rumit atau pelik.
  • Kalau para khulafa al-rasyidin mengecam para penyair yang mengawali puisinya dengan pujian terhadap wanita-wanita kesayangan mereka, khalifah-khalifah Umayyah tidak ketat dan mengizinkan hal itu. Di masa Umayyah, memuji "yang tercinta" (al-tasybib) menjadi kebiasaan baku. Barangkali percampuran antara orang-orang Arab gurun dengan penduduk penetap di wilayah-wilayah yang ditundukkan merupakan salah satu penyebabnya. Puisi pujian Jamil terhadap Buthaynah demikian indahnya sehingga wanita ini menjadi kesayangan semua penyair, dan mereka ini ikut- Sastra Arab * 288 ikutan mengawali puisi-puisi mereka dengan pujian-pujian terhadap kecantikannya. Maka lahirlah mitos "kecantikan abadi" yang bernama Buthaynah, Layla, Hindun atau Da'd, dan lahirlah jenis puisi baru (ghazal).
  • Kritik, satir dan sinisme boleh dikata tidak dikenal dalam puisi pra-Islam, meskipun terdapat permusuhan dan persaingan antar suku. Di bawah khalifah Umayyah, persaingan politis tidak hanya menggerakkan penyair dari masing-masing pihak untuk berpropaganda tetapi juga membolehkan para penyair itu untuk menyerang pihak lawan. Keterlibatan para penyair ini melahirkan jenis puisi yang belum pernah ada, yaitu puisi-puisi politis dan satiris. Akibatnya, yang tadinya dikecam sebagai menjual bakat kemudian dianggap normal, dan seberapa besarnya kegiatan para penyair itu berproduksi adalah sesuai dengan hadiah-hadiah yang diharapkan diterimanya. Puisi politis melahirkan sastra satir yang mandiri, tidak peduli sasarannya riil atau imajiner, seperti juga dalam ghazal.
  • Mulai melonggarnya moralitas para penyair dan bertambah banyaknya penyair-penyair kristiani, telah menjadikan anggur sebagai salah satu garapan puisi yang populer (AlFaruqi, 1999: 79-80).

Contoh Syair Jaman Islam

Puisi Abdullah bin Rawahah yang ditujukan kepada Abu Sofyan ketika ia lari untuk bertemu Rasulullah pada perang Badr terakhir sebagaimana ia berjanji pada Rasulullah:

Abu Sufyan kembali pada kita saat perang Badr akan tetapi kita belum mendapatkan waktu perjanjian dengan tepat dan cukup.

Maka bersumpahlah walau kesempurnaan mendatangi kita, bagi bapak kita yang dibenci dan aku kehilangan nyanyian rakyat.

Kami meninggalkan anggota badan Utbah dan anaknya Amran kami meninggalkan Abu Jahal sebagai tawanan.

Kamu membangkang pada Rasulullah menggerutu pada agamamu dan mengerjakan kejelekan yang sesat.

Sesungguhnya bila kekejamanmu padaku memerlukan pengorbanan bagi Rasulullah, keluarga, dan hartanya, kita patuh pada Rasulullah dan tidak mengadili selain dirinya sendiri.

Dia adalah bintang bagi kita dalam kegelapan malam yang tenang" (Al-Nadwa, 1995: 404)

B. Ciri Syair Jaman Jahiliyah

Kampung badui adalah lingkungan puisi jahily karena itu puisi jahily merupakan cermin kehidupan badawiyah yang berkisar antara onta dan reruntuhan kampung meskipun demikian, para penyair besar dikota-kota berasal dari kampung badui, para pakar jahiliyah dan zaman Islam mengakui kehebatan para penyair badui.ciri-ciri puisi jahiliyah adalah sebagai berikut:

1. Jujur, kejujuran dalam menulis puisi adalah seorang penyair mengungkapkan apa yang dirasakannya secara faktual dan tidak diungkapkan secara berlebih-lebihan.

2. Ringkas, atau pemantapan dan makna dalam sesedikit mungkin kata. Terlalu sedikit kata akan membuat ungkapan menjadi kabur, terlalu banyak kata membuat ungkapan menjadi terlalu rinci dan berlebihan. Susunannya sama sekali bebas dari pengulangan dan penambahan dekoratif, penjelas atau desakan.

3. Kesederhanaan, atau aliran lancar dari komposisi, tak terhalang oleh struktur kompleks, pemberian contoh yang berkepanjangan, tamsil dan kiasan bertele-tele, konjungsi atau disjungsi. Kehidupan badui periode jahiliyah dan cara hidup kaum badui merupakan faktor yang menciptakan pribadi manusia yang sederhana demikian juga alam jahiliyah semua itu mempengaruhi karya puisi jahiliyah. Para penyair jahily menciptakan karya puisinya secara alamiah tidak mengada-ada menulis apa yang dirasakan dan apa yang dilihat.

4. Romantis, puisi jahiliyah sangat romantis mengungkapkan jiwa dan perasaan penyairnya. Karena itu, para penyair lama ketika membahas tentang tema-tema faktual seperti menggambarkan perburuan, peperangan, hikmah, risa' semua itu diungkapkan dengan perasaannnya sehingga tema-tema faktual itu berubah menjadi tema emosional atau perasaan. 

Pada umumnya keistimewaan puisi Arab jahiliyah itu corak pemikirannya sangat terbatas sekali, sesuai dengan corak kehidupan mereka yang sederhana. Hanya saja kebanyakan mereka bersandarkan pada daya khayal yang ada ditambah dengan pengalaman dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena itu jika kita hendak menilai keadaan suatu syair maka kita tidak dapat terlepas dari keadaan penyair itu sendiri. Misalkan saja karya seorang penyair yang kurang pengalaman di dunia syair, dibandingkan dengan karya syair seseorang yang luas pengalamannya.

Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa corak pemikiran syair Arab jahiliyah itu sangat sederhana, karena bentuk kehidupan mereka sangat sederhana dan belum banyak mengenal kebudayaan yang tinggi. Karena bentuk kehidupan mereka itu hanya terbatas dalam bentuk kehidupan Badwi yang penuh dengan dunia pengembaraan, peperangan, hidup bebas dari segala hukum dan ikatan undang-undang.

Ciri yang paling menonjol sekali dalam syair Arab jahiliyah adalah menonjolkan sifat kejantanan dan keperwiraan, menceritakan segala macam pengalaman yang baik maupun yang buruk dan sebagainya (Al Muhdar, 1983: 77).

Contoh Syair Jaman Jahiliyah

puisi Imru al-Qays menggambar keindahan Unaizah (kekasihnya)

Ketika kami berdua telah lewat dari perkampungan, dan sampai di tempat yang aman dari intaian orang kampung

Maka kutarik kepalanya sehingga Ia (Unaizah) dapat melekatkan dirinya kepadaku seperti pohon yang lunak

Wanita itu langsing, perutnya ramping dan dadanya putih bagaikan kaca

Lehernya jenjang seperti lehernya kijang, jika dipanjangkan tidak bercacat sedikit pun, karena lehernya dipenuhi kalung permata

Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang kurma (Al-Zauziny, 16-17 dan Yunus Ali, 1983: 48.

E. KESIMPULAN 

Dalam pendahuluan ini, kita telah menjelajahi konsep dasar tentang sastra dalam konteks budaya Arab, mulai dari definisi, perkembangan, hingga pemahaman tentang peran sastra dalam masyarakat. Sastra tidak hanya dipahami sebagai karya seni dengan nilai estetik, tetapi juga sebagai cerminan budaya yang mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan pandangan hidup suatu masyarakat pada suatu periode waktu tertentu.

Dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam, sastra Arab mengalami evolusi yang signifikan. Pada masa Jahiliyah, sastra lisan, khususnya puisi, menjadi sarana utama bagi suku-suku Arab untuk menyampaikan cerita-cerita, pengetahuan, dan pengalaman hidup mereka. Dengan munculnya Islam, sastra Arab berkembang menjadi wadah bagi gagasan-gagasan keagamaan, moral, dan budaya umat Islam.

Eksplorasi sejarah sastra Arab dari masa Jahiliyah ke awal periode Islam memberikan wawasan yang dalam tentang warisan kultural yang terkandung dalam karya-karya sastra dari periode tersebut. Memahami konteks budaya dan sosial dari masa tersebut membantu kita untuk memahami nilai-nilai yang membentuk landasan sastra Arab pada masa itu, serta dampaknya terhadap perkembangan sastra Islam dan dunia Arab secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini, tujuan utamanya adalah melacak dan menggali warisan kultural dalam sejarah sastra Arab. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang peran sastra dalam membentuk identitas budaya dan intelektual umat Islam, kita dapat menghargai kontribusi sastra Arab terhadap perkembangan sastra dunia dan pemahaman kita tentang manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun