Keterangan foto (caption) merupakan jenis komunikasi visual sekaligus verbal sehubungan dengan pelaporan peristiwa aktual dalam jurnalistik. Caption, karenanya sering digunakan untuk melengkapi berita dari sisi pengungkapan fakta yang belum nampak (sebagai latar belakang peristiwa) yang mau dilaporkan. Pembaca sebuah laporan jurnalistik akan lebih mudah memahami sudut bidik pemberitaan (angle) berkat penambahan keterangan di bawah foto jurnalistik. Selain itu, segi aktual sebuah reportase juga menjadi lebih kuat karena didukung komunikasi citra visual foto jurnalistik yang lengkap dengan keterangannya.
Agar lebih jelas lagi soal peran penting caption ini, mari kita cermati foto jurnalistik dari koran Kompas di bawah ini.
Foto jurnalistik yang dipajang koran Kompas, Jum’at, 7 Februari 2014 pada halaman mukanya ini diberi judul: Jalan Pantura Rusak Parah. Melalui judul foto, kita diinformasikan tentang kondisi terkini jalan Pantura yang sudah tak layak dilintasi kendaraan karena rusak parah. Gambar dalam foto memperlihatkan bagaimana kendaraan angkutan umum bus, beberapa truk barang merayap ketika melintasi jalan. Apa dampaknya? Keterangan foto (caption) di bawah menjelaskan akibat yang ditimbulkan keadaan ini: arus lalu-lintas di jalur utama logistik Pulau Jawa tersendat dan rawan kecelakaan.
Bayangkan jika tidak ada caption. Tentu saja pembaca tidak tahu dimana peristiwa ketika sejumlah kendaraan yang terpaksa berjalan pelan karena jalannya yang dilintasi rusak parah. Tanpa keterangan foto pembaca masih samar akibat yang ditimbulkan kejadian ini; yakni distribusi logistik untuk Pulau Jawa tersendat dan kendaraan yang melintas rawan mengalami kecelakaan. Namun, berkat keterangan foto yang diberikan, pembaca mudah memahami latar belakang peristiwa aktual yang mau direportasekan, dan dituntun untuk mengetahui lebih jauh lagi sejalan dengan angle (sudut bidik pemberitaan – dampak ekonomi akibat kerusakan parah Jalan Pantura) yang telah ditetapkan. Pembaca pun akhirnya lanjut menyimak ulasan yang dipaparkan dalam berita.
Setelah mengetahui peran penting sebuah keterangan foto, tentu saja baik mempelajari bagaimana cara penulisannya. Beberapa tips menulis caption di bawah ini semoga bisa berguna.
KISS (Keep It Short and Simple)
Keterangan foto sebaiknya tetap ditulis singkat dan sederhana. Penulisan caption agak mirip dengan menulis pengantar berita (lead). Langsung dan menarik perhatian pembaca dengan kalimat yang tidak bertele-tele sangat bagus untuk sebuah keterangan foto berita sebagaimana yang dicontohkan Kompas.
Kalimat yang singkat padat dan jelas lebih cepat memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai peristiwa yang ada dalam foto jurnaslitik. Artinya, hal-hal yang terang tampak (faktual) pada gambar (objek utama foto) dikemukakan langsung. Jangan memberi penambahan yang tak perlu semisal kalimat yang memuat unsur penilaian pribadi atas kondisi yang terjadi karena itu bukan pada tempatnya. Jika ini dilakukan, bukan saja mengaburkan fakta yang mau disampaikan oleh citra visual tapi juga terkesan seperti upaya menonjolkan diri pengambil foto.
Kalimat Aktif Lebih ”Greget”
Karena keterangan foto ingin mengkomunikasikan sebuah peristiwa aktual secara verbal dan visual, susunan kalimat aktif lebih mampu menuntun pembaca masuk ke dalam suasana dramatis yang ada dalam foto jurnalistik. Kalimat aktif menyajikan sebuah gambaran yang hidup (vivid description) sehubungan dengan kandungan peristiwa aktual yang ingin dinarasikan. Kalimat aktif dapat menghindari pemborosan kata dan kesan penyampaian yang berputar-putar. Bandingkan contoh di bawah ini :
”Kendaraan terpaksa berjalan pelan untuk menghindari jalan berlubang di jalur Pantura, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah pada hari Kamis.” (Kalimat Aktif – langsung dan ekonomis bahasanya)
”Kendaraan terpaksa dijalankan pelan oleh pengendaranya untuk menghindari jalan berlubang di jalur Pantura, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah pada hari Kamis.” (Kalimat Pasif – boros dan bertele-tele)
Bandingkan lagi contoh lainnya:
”Petak sayuran kangkung air sedang dibenahi oleh seorang warga di aliran Sungai Maram, Kota Jambi, belum lama ini.” (Kalimat Pasif – boros dan bertele-tele)
”Seorang warga sedang membenahi petak sayuran kangkung air di aliran Sungai Maram, Kota Jambi, belum lama ini.” (Kalimat Aktif - langsung dan ekonomis bahasanya).
Menyertakan Fakta Geografis Penting
Sangat dianjurkan untuk memasukkan fakta geografis penting dalam sebuah keterangan foto. Lokasi pengambilan foto masuk ke dalam wilayah mana dan bagaimana tempat itu difungsikan dalam keterlibatannya dengan citra visual yang tampak adalah dua contoh penting fakta geografis yang mesti disertakan.
Fakta geografis dalam keterangan foto seperti di jalur Pantura, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah menerangkan kepada pembaca lokasi pengambilan foto jurnalistik berada tepatnya di jalur Pantura, yang masuk wilayah Kendal di Provinsi Jawa Tengah. Tempat itu (jalur Pantura) memiliki fungsi sebagai lintasan kendaraan umum dan juga jalur utama pendistribusian bahan pokok untuk Pulau Jawa.
Fakta geografis contoh kedua, yakni di aliran Sungai Maram, Kota Jambi menjelaskan lokasi foto selain berfungsi sebagai salah satu daerah aliran sungai yang menuju ke Sungai Batanghari, juga telah menjadi lahan pertanian alternatif bagi seorang warga yang tinggal tak jauh dari sana. Wilayahnya masuk ke dalam Kota Jambi.
Memuat Unsur Terpenting Layak Berita
Dalam sebuah peristiwa aktual, fakta-fakta bisa begitu banyak didapatkan. Namun, hanya fakta yang memuat aspek paling penting untuk diberitakan layak dipilih. Demikian juga ketika kita ingin menyampaikan fakta penting melalui tulisan keterangan foto. Sudut bidik pemberitaan (angle) sangat membantu kita saat mau menulis caption.
Dalam keterangan foto dari Kompas di atas, kita bisa mencermati angle yang digunakan adalah dampak ekonomi dari kerusakan parah jalan di Jalur Pantura. Terhambatnya distribusi logistik untuk Pulau Jawa mengakibatkan kenaikan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi dan biaya transportasi yang menggembung dua kali lipat. Mengapa? Kendaraan pengangkutnya tersendat melintasi jalan di jalur Pantura itu, dan mungkin saja mengalami kecelakaan. Oleh sebab itu, pemilihan unsur layak berita (5W+1H) untuk dimuat dalam caption mesti mempertimbangkan ”kesesuaian dengan sudut bidik pemberitaan” dan apa ”aspek paling penting” sedang dikomunikasikan citra visual sebuah foto jurnalistik.
Gaya Penulisan yang Tepat
Sangat ironis menulis keterangan foto bernada humor untuk gambar foto dramatik tragedi. Misal, citra visual foto menggambarkan peristiwa kecelakaan yang dialami seorang pengendara motor secara tragis. Nyawanya terenggut seketika. Dalam foto, korban terlentang dengan darah masih mengalir dari kepalanya yang robek. Lalu, kita menulis keterangan foto tersebut:
”Karena terinspirasi gaya orang-orangan sawah, seorang pengendara motor tewas mengenaskan dengan kedua tangannya merentang lurus di ruas Jalan Mawar, Senin kemarin.”
Dampak caption seperti ini tentu saja akan melukai perasaan keluarga korban, dan pasti menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
Maka dari itu gaya penulisan yang sesuai untuk sebuah keterangan foto mesti dipertimbangkan dengan cermat. Pilihlah pengungkapan fakta dengan memakai bahasa baku, elegan dan penuh simpati.
Demikian ulasan sederhana yang bisa saya tulis berkaitan dengan penulisan keterangan foto jurnalistik. Semoga memberi manfaat untuk pembaca sekalian. (M.I)
(*) Gambar dan foto dari:
1. Koran KOMPAS, Jum’at, 7 Februari 2014 – Halaman Muka
2. Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H