Tantangan menghafal Al-Qur'an memanglah tidak mudah, selalu saja ada rintangan dan ujian agar seorang bias benar-benar menghafalkannya. Salah satunya yang harus melewati semua rintangan tersebut adalah Arsy Pasha remaja 18 tahun yang berasal dari Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang tengah berjuang dalam melawan rasa malas dan terpaksa menghafal Qur'an di sebuah ponpes di Magelang karena keinginan kedua orang tuanya. Pasha begitulah ia disapa adalah dua bersaudara dari orang tuanya yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Magelang Jawa Tengah.
Ia mengaku, awal perjalanannya menghafal Qur'an  bukanlah keinginannya melainkan keinginan dari kedua orang tuanya. Bahkan, awalnya ia sempat menolak keinginan orang tuanya yang memintanya untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Namun hal itu berubah tatkala ia memasuki dan menginjakan kakinya di pondok pesantren Al-Lu'lu Wal Marjan Magelang.
Di tengah lingkungan dan teman-teman penghafal Qur'an, ia justru termotivasi untuk menuntaskan hafalan 30 juz di pondok pesantren tersebut. Meski demikian ia menuturkan bahwa pernah merasa malas dan bosan dalam menghafalkan Al-Qur'an. Akan tetapi, rasa malas dan bosan tersebut senantiasa kalah oleh kuat dan bulatnya motivasi dalam menghafalkan Al-Qur'an 30 juz serta orang tua menjadi alasan pertama untuk Pasha berusaha keras menjadi seorang hafidz Qur'an 30 juz.
"Ada rasa malas bosan bahkan terkadang menyerah untuk lanjut menghafal hafalan baru, tapi ana masih punya orang tua yang senantiasa mendoakan untuk ana dan menyemangati ana tatkala merasa bosan dan malas. Serta para ustadz dan teman ana juga selalu menyemangati ana di pondok," tuturnya.
Pasha mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah separuh hidupnya. Al-Qur'an menjadikan hidupnya lebih terarah, sehingga dirinya senantiasa semangat dalam menghafalkan dan mempertahakan hafalannya agar tidak hilang pergi dari pikiran dan hidupnya.Â
Kemudian Pasha teringat akan tafsir atau inti sari dari sebuah  hadist yang membuatnya semangat menghafal Qur'an,bahwa barang siapa membaca Al-Qur'an kemudian mempelajarinya dan mengamalkannya maka ia akan diberikan mahkota oleh Allah disurga kelak. Sinarnya lebih terang dari pancaran sinar matahari. Saat itu disaksikan oleh seluruh makhluk hidup yang ada disana.
"Maka dari itu ana (saya) menjadi semangat dan bertekad untuk memberikan mahkota tersebut untuk abi dan ummi di akhirat kelak. Sebagai tanda syukur dan terima kasih  bahwa merekasudah memberikan pendidikan terbaik selama di dunia, ana pun demikian akan memberikan hadiah yang terbaik untuk mereka di akhirat kelak," kata Pasha saat diwawancarai via WhatsApp, Senin (05/06/2023)
Pasha menerangkan lebih lanjur, bahwa untuk menghafalkan Al-Qur'an butuh banyak sekali pengorbanan dan perjuangan. Ia mengaku mengorbankan waktu tidur siang dan malamnya hanya untuk menghafal dan menjaga Al-Qur'an.Â
Pasha memiliki cara tersendiri dalam menghafalkan Al-Qur'an, yaitu setiap malam ia menghafalkan sebanyak satu lembar kemudian mengulangnya kembali di siang hari sebanyak dua lembar. Sehingga setiap akhir bulan dapat dipastikan Pasha dapat menghafal dan menghabiskan lebih dari setengah juz Al-Qur'an.
Dan diketahui Pasha tergabung kedalam kelompok penghafal khusus atau disingkat KOPASUS, ustadz Darussalam mengungkapkan bahwa santri-santrinya diarahkan dan digembleng setiap hari agar selalu lancar dalam menghafal dan mengulang hafalan Al-Quran.
Dalam penuturan Pasha, ia harus menyetorkan hafalan baru setiap pagi minimal satu lembar atau dua halaman Qur'an dan ia juga harus mengulang hafalan lama di siang dan sore hari sebanyak setengah sampai satu juz Qur'an. "Setelah selesai menyetor hafalan baru ana gunakan waktu yang ada untuk kembali mengulang hafalan lama ana. Capek sih tapi ini udah jadi bagian hidup ana Alhamdulillah," kata Pasha.
"Setelah selesai dari hafalannya, ana menyuruh Pasha untuk mengampu halaqoh dan menyetorkan kembali hafalan yang pernah dihafal," kata ustadz Darussalam. Lebih lanjut ia menjelaskan dan menerangkan,cara pertama dalam menghafalkan Al-Qur'an yang harus dimiliki oleh seorang penghafal adalah niat ikhlas dan tulus karena Allah Ta'Ala semata,kedua mengharapkan ridho Allah Ta'Ala dan yang ketiga sebelum menghafal selalu hadirkan dan tumbuhkan rasa senang bahagia gembira dan cinta terhadap Al-Qur'an.
"Karena ketiga niat tersebut insyaAllah, Allah akan mempermudah hafalan kita," tegasnya. Dan kini Pasha telah menyelesaikan hafalan Qur'anny dalam kurun waktu dua setengah tahun dan menjadi salah satu santri tercepat dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur'an. Ia pun bersyukur serta bangga dapat menuntaskan hafalannya dipondok.
Semoga kisah Pasha menjadi motivasi untuk kitas semua agar senantiasa membaca Al-Qur'an bahkan syukur dapat menghafalkannya seperti yang dilakukan Pasha. "Tetap semangat lawan terus rasa malas insyaAllah kita bisa menghafal Al-Qur'an," terang Pasha. Dan kini Pasha menjadi salah satu mahasiswa di salah satu universitas di daerah Najran Arab Saudi berkat hafalan Qur'annya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H