Ditulis oleh: Muhammad Syavick A Mahasiswa pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta
Wabah covid 19 merupakan sebuah momok yang mengerikan jika diingat kembali bagi banyak lapisan di masyarakat tidak hanya bagi masyarakat lapisan bawah. Masyarakat lapisan atas dan tengah juga sangat merasakan dahsyatnya wabah ini. Terutama untuk mereka yang pelaku utama usaha mikro kecil menengah.
Banyak dari pelaku usaha yang tidak kuat bertahan dari gempuran covid 19 dimana saat awal pandemi penurunan sangat derastis di bidang ekonomi yang disebabkan oleh anjuran untuk tinggal dirumah sementara waktu. Hal itu menyebabkan kekosongan pemasukan bagi para pelaku umkm.Â
Banyak perusahaan yang sekelas mikro dan kecil gulung tikar karena tidak adanya transaksi yang masuk. Pengusaha menengah juga kewalahan karena produksi tetap harus berjalan tapi permintaan berkurang. Hal ini memicu pengetatan pengeluaran termasuk dengan pemecatan massal yang terjadi.
Dengan banyaknya pengusaha yang gulung tikar serta mereka yang korban pemecatan. Menjadi masalah di masyarakat karena ketidakpastian pemasukan untuk keluarga maupun individu sendiri dalam masyarakat.Â
Mereka menjadi melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan ataupun hanya sekadar untuk makan. Selain secara ekonomi hal ini menimbulkan pressure masyarakat kepada individu yang tidak dapat menghasilkan penghasilan.
Pengusaha menengah mengalami juga ketidakpastian pemasukan tersebut. Sebagai perusahaan kelas menengah yang mempunyai pelanggan mereka harus tetap mengeluarkan cost untuk melakukan produksi dengan bayang-bayang kerugian menggelayuti.
Larangan tidak boleh diadakannya acara adalah hal yang paling mengancam bagi pelaku kelas menengah. Karena mereka hanya bisa dapat penghasilan dari adanya acara tersebut.Â
Problem ini timbul karena terputusnya  pembeli dan penjual. Tidak adanya acara tidak ada pemasukan. Setiap hari melakukan produksi tetapi keuntungan tidak sebanding, hasilnya pengusaha menjadi merugi.
Pilihan pun muncul antara tetap berjualan atau berhenti sementara. Jika pengusaha memilih tetap berjualan mereka akan di hantui kerugian selalu. Sementara jika berhenti sementara para pelanggan akan mencari penyedia lain.Â
Permasalahan ini membebankan para pelaku usaha karena minimnya modal untuk melakukan operasi usahanya. Bantuan pemerintah memang ada tapi hanya sebatas sembako bagi para keluarga, bantuan tersebut juga tidak akan bertahan lama bagi anggota keluarga yang memiliki anggota yang banyak, apalagi rata-rata di indonesia biasanya satu keluarga seminimalnya bisa sampai empat anggota.
Bantuan yang diharapkan oleh para pengusaha adalah suntikan dana segar untuk mereka tetap melakukan kegiatan produksi. Pertanyaannya apakah hal itu adalah yang paling dibutuhkan oleh para pengusaha?.Â
Tulisan ini ingin membreakdown apa saja masalah yang timbul dan dampaknya didalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikupas berdasarkan apa yang dirasakan penulis sebagai salah satu pelaku usaha mikro.
Permasalahan sosial lahir karena adanya fungsi di masyarakat yang tidak berjalan dengan seharusnya. Dalam kasus kesulitan ekonomi yang dialami para pengusaha kelas mikro,kecil, dan menengah, ini disebabkan oleh adanya bencana yang tidak terduga yaitu wabah virus covid-19.Â
Wabah pandemi ini menyebabkan kelumpuhan di berbagai sektor, karena lumpuhnya sektoral perdagangan baik itu produksi,distribusi serta konsumsinya juga faktor krusial yang menyebabkan terjadinya permasalahan sosial terutama di bidang ekonomi.
Kebijakan awal pemerintah yang memberlakukan stay at home dalam menghadapi pandemi ini berdampak bagi masyarakat yang harus bekerja di lapangan dan tidak bisa dilakukan secara remote.Â
Tidak bisa bekerja berarti tidak ada pemasukan yang dapat di hasilkan. Untuk pelaku usaha mikro dan kecil hal ini sangat berdampak. Pasalnya apa yang mereka produksi biasanya adalah komoditas pangan yang harus dijajakan atau ditawarkan kepada pembeli, baik memakai gerobak ataupun diwarung.
Tidak berjalan dengan seharusnya pemerintahan menyebabkan terjadinya kegoyahan pelaku usaha-usaha sebagai institusi untuk para pekerja. Ketidakstabilan produksi dan konsumsi menyebabkan para pelaku usaha sering mengalami kerugian. Bahkan profit yang mereka dapat turun hingga 80% dari pendapatan mereka sebelum pandemi.Â
Bagi pengusaha kelas mikro ini adalah berita buruk. Penyebabnya adalah mereka memiliki karyawan yang biasa disiagakan untuk menangani produksi yang banyak.Â
Tetapi tidak adanya permintaan yang banyak menyebabkan manajemen karyawan tidak maksimal. Sehingga membuat beberapa karyawan tidak dpt mengerjakan yang harusnya mereka kerjakan.
Tidak seimbangnya penyediaan dan permintaan menyebabkan para pengusaha berfikir untuk merampingkan cost produksi. Target utama para pengusaha sudah jelas adalah karyawan. Karena mereka berfikir untuk apa memiliki karyawan yang banyak tetapi permintaan sedikit, dan akhirnya terjadilah pemecatan secara massal.adapun selain mereka yang masih bisa berjalan ada juga yang lebih memilih mengubah usahanya menjadi usaha lain,tapi tidak berjalan dengan lancar.
Masalah tersebut juga berdampak pada para pelaku usaha yang tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga atau individu sendiri. Dampaknya adalah tertekannya mental individu tersebut. Hal ini melahirkan berbagai dampak di masyarakat diantaranya. Angka kejahatan yang bisa naik karena kebutuhan mendesak ekonomi. Naiknya sensitifitas individu terhadap individu lain yang mudah menimbulkan konflik.
Untuk memperbaiki hal ini kita perlu melihat benang masalahnya. Menurut penulis hal ini terjadi karena terputusnya distribusi produk kepada konsumen. Lalu apa yang bisa ditawarkan dalam memecahkan masalah itu?. Dengan menghubungkan produk kepada konsumen hal ini bisa diperkecil lambat laun. Dengan menimbulkan pemasukan lambat laun keadaan ekonomi nantinya akan semakin membaik.
Penyelesaian masalah yang tepat menurut penulis adalah dengan mengadakan penyutikan dan kepada para pelaku usaha tersebut secara bersyarat. Mengapa bersyarat?. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan efektifitas penggunaan dana yang diberikan tersebut,agar sekiranya tidak menghamburkan dana untuk hal yang percuma.
Syaratnya bisa kita atur juga untuk mengklasifikasikan dana yang nantinya di dapat. Selain itu jugamemasukan keharusan mengikuti penyuluhan dan pendidikan tentang melakukan bisnis yang digelar dengan kerja sama pemerintah. Materinya berkhususan dengan bagaimana menawarkan produk tanpa harus bertemu langsung dengan konsumen. Hal ini tidak hanya semata-mata agar usaha mereka berjalan. Tapi juga dilakukan agar usaha mereka dapat bertahan.
Lalu untuk pendidikan dan penyuluhannya ini berfokus pada materi penggunaan maksimal media sosial dalam menawarkan barang produksi. Hal ini untuk menangani masalah terputusnya pendistribusian dari produsen ke konsumen. Dengan menggunakan media sosial para pelaku usaha dapat menawarkan barang produksi tanpa harus betemu dengan calon pembeli. Bahkan dengan memaksimalkan media sosial para pelaku usaha bisa mendapatkan pembeli yang lebih banyak dan luas dari sebelumnya.
Adapun juga bentuk suntikan dana lebih baik berupa barang produksi atau bahan setengah jadi yang digunakan untuk melakukan produksi barang konsumsi. Dengan menggunakan strategi tersebut, bantuan yang diberikan akan lebih tepat sasaran jika menjadi barang jadi agar uang yang dipakai tepat sasaran. Dengan adanya suntikan dana dan penyuluhan pendidikan media sosial membuat para pelaku usaha dapat memulai usahanya kembali.
Kesimpulannya para pelaku umkm mendapatkan masalah dari adanya wabah pandemi covid-19. Pandemi ini menyebabkan terjadinya kelumpuhan di berbagai sektor pemerintah, yang berdampak pada kelangsungan pelaku umkm. Masalah yang timbul adalah konsumsi yang tidak sebanding dengan produksi sehingga menyebabkan kerugian bagi pelaku usaha. Kerugian ini kemudian berubah menjadi kesulitan ekonomi yang menyebabkan berbagai masalah di masyarakat. Dari masalah untuk memenuhi kebutuhan pangan, sampai juga masalah mental yang sensitif karena terhimpit masalah ekonomi.
Untuk memperbaiki hal itu pertama dari masalah ekonomi dengan suntikan dana bantuan pemerintah. Dengan menambahkan syarat mengikuti pelatihan dan penyuluhan membuat dana yang di alirkan menjadi tidak terbuang percuma. Untuk materi yang diberikan adalah penggunaan media sosial sebagai media untuk berdagang. Cara ini dapat mengatasi masalah distribusi dari pelaku usaha ke konsumen. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H