Ibnu Battuta atau Muhammad bin Battutah yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Battutah seorang penjelajah dan ulama asal Maroko, melakukan perjalanan keliling dunia pada abad ke-14 yang tercatat dalam kitab "Rihlah". Salah satu bagian perjalanan penting dalam kisahnya adalah kunjungannya ke Maluku. Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang perjalanan Ibnu Battuta menuju Maluku, pengalamannya di Maluku, dan melanjutkan perjalanan keliling dunia.
Ibnu Battuta memulai perjalanannya pada tahun 1325 dari kota asalnya, Tangier, Maroko. Dia melakukan perjalanan jauh melalui Sahara dan melintasi kawasan utara Afrika menuju Kairo, Mesir. Dari Kairo, dia terus bergerak menuju Asia melalui Tanah Suci dan mengunjungi beberapa kota di Timur Tengah, termasuk Damaskus, Baghdad, dan Mekkah. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke India dan menempuh rute darat dan laut ke Malabar, India Selatan.
Dari Malabar, Ibnu Battuta melanjutkan perjalanan ke Ceylon (sekarang Sri Lanka) dan kemudian ke Sumatera, Indonesia. Setelah singgah di Sumatera, ia melanjutkan perjalanan ke Maluku, wilayah yang kaya akan rempah-rempah seperti cengkih, pala, dan lada. Maluku pada masa itu merupakan salah satu pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai negara, termasuk Arab, Cina, India, dan Eropa.
Setibanya di Maluku, Ibnu Battuta mengunjungi beberapa wilayah seperti Ternate, Tidore, dan Bacan yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah. Ia mengamati bahwa perdagangan rempah-rempah telah menjadi tulang punggung perekonomian di wilayah ini dan menjadi tujuan utama para pedagang dari berbagai negara.
Selama kunjungan Ibnu Battuta ke Maluku, ia juga mencatat bahwa masyarakat setempat telah mengadaptasi agama Islam dengan budaya lokal mereka. Ia mengamati bahwa penduduk Maluku menjalankan praktik-praktik Islam seperti sholat dan puasa, namun tetap mempertahankan tradisi dan budaya lokal mereka. Contohnya, dalam upacara pernikahan di Maluku, masyarakat setempat tetap mengadakan tari-tarian dan menyajikan makanan tradisional walaupun acara tersebut dilangsungkan dalam konteks Islam.
Ibnu Battuta juga mencatat adanya toleransi antara masyarakat Islam dan non-Islam di Maluku. Meskipun mayoritas penduduk Maluku telah memeluk agama Islam, namun terdapat juga masyarakat setempat yang menganut agama lain seperti Hindu dan Budha. Ibnu Battuta melihat bahwa masyarakat setempat hidup berdampingan secara damai tanpa terjadi konflik agama yang berarti.
Ibnu Battuta juga mencatat bahwa Maluku saat itu diperintah oleh beberapa raja atau sultan yang memiliki wilayah kekuasaan masing-masing. Selain itu, Ibnu Battuta juga menyebutkan bahwa ada beberapa kota penting di Maluku seperti Ternate, Tidore, dan Bacan yang diperintah oleh raja-raja atau sultan-sultan yang berkuasa di wilayah tersebut.
Kunjungan Ibnu Battuta ke Maluku juga memberikan wawasan tentang perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut. Ibnu Battuta melihat bahwa Maluku memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti cengkih, pala, dan kapulaga yang sangat berharga di pasar internasional. Oleh karena itu, wilayah tersebut menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara.
Kunjungan Ibnu Battuta ke Maluku pada abad ke-14 juga menunjukkan bagaimana agama Islam telah menyebar ke wilayah-wilayah di Asia Tenggara pada masa itu dan membawa pengaruh besar pada budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Selain itu, kunjungan Ibnu Battuta juga menunjukkan bagaimana perdagangan rempah-rempah telah menjadi faktor penting dalam hubungan dagang antara wilayah-wilayah di Asia Tenggara dan negara-negara di dunia pada masa itu.
Ibnu Battuta juga terkesan dengan keramahan dan ketulusan masyarakat Maluku dalam menerima tamu dan menjalin hubungan baik dengan para pedagang. Ibnu Battuta mencatat dalam kitabnya bahwa Maluku merupakan wilayah yang kaya akan rempah-rempah dan menjadi tujuan utama para pedagang dari berbagai negara, termasuk Arab, Cina, India, dan Eropa. Ia juga mengamati bahwa wilayah ini telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah sejak zaman dahulu kala.
Setelah melalui pengalaman di Maluku, Ibnu Battuta melanjutkan perjalanan keliling dunia. Ia kembali ke India dan kemudian ke Cina melalui Laut China Selatan. Di Cina, ia mengunjungi beberapa kota besar seperti Beijing dan Hangzhou. Setelah Cina, Ibnu Battuta melanjutkan perjalanannya ke Samarkand dan Buhara, kota-kota penting di Uzbekistan pada masa itu. Dari sana, ia terus bergerak ke wilayah Kaukasus dan kemudian ke Istanbul, Turki.
Perjalanan Ibnu Battuta berlanjut ke Mesir dan kemudian ke Mekkah ke Maroko, kembali ke kampung halamannya setelah hampir 30 tahun melakukan perjalanan keliling dunia. Di Maroko, Ibnu Battuta ditunjuk oleh Sultan Maroko untuk menjadi hakim di kota Fez. Ibnu Battuta mengabdikan dirinya sebagai hakim di kota Fez selama beberapa tahun sebelum akhirnya meninggal dunia pada tahun 1368.
Kisah perjalanan Ibnu Battuta menjadi salah satu sumber penting bagi sejarawan dan peneliti untuk memahami sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat di berbagai wilayah di dunia pada abad ke-14. Kisah perjalanan Ibnu Battuta juga menjadi inspirasi bagi para penjelajah dan pelancong untuk menjelajahi dunia dan memperluas wawasan mereka tentang berbagai budaya dan kehidupan masyarakat di berbagai wilayah.Â
Selain itu, kisah perjalanan Ibnu Battuta juga menunjukkan betapa pentingnya perdagangan rempah-rempah dalam sejarah dunia pada masa itu dan bagaimana wilayah seperti Maluku menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara.
Kunjungan Ibnu Battuta ke Maluku pada abad ke-14 memberikan pengalaman yang berharga bagi penjelajah Maroko tersebut dan juga memberikan wawasan yang penting bagi sejarawan dan peneliti tentang kehidupan masyarakat dan perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut.Â
Kisah perjalanan Ibnu Battuta juga menunjukkan betapa pentingnya perdagangan rempah-rempah dalam sejarah dunia pada masa itu dan bagaimana wilayah seperti Maluku menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara. Perjalanan Ibnu Battuta juga menjadi inspirasi bagi para penjelajah dan pelancong untuk menjelajahi dunia dan memperluas wawasan mereka tentang berbagai budaya dan kehidupan masyarakat di berbagai wilayah.
Referensi:
- Dunn, R. (2005). Ibn Battuta in Maluku: A Fresh Look at the Rihla Texts. Archipel, 69(1), 85-111.
- Dunn, R. (2005). Ibn Battuta's Visit to the Maldives and Sri Lanka. Journal of the Royal Asiatic Society, 15(2), 207-221.
- Gibb, H. A. R. (1962). Ibn Battuta: Travels in Asia and Africa 1325-1354. Routledge.
- Mackintosh-Smith, T. (2002). Travels with a Tangerine: A Journey in the Footnotes of Ibn Battutah. Tauris Parke Paperbacks.
- Miftahuddin, M. (2017). The Islamic World in Ibn Battuta's Accounts. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 5(2), 141-156.
- Tibbetts, G. R. (1971). Arab Navigation in the Indian Ocean Before the Coming of the Portuguese: Being a Translation of Kitab al-Fawa'id fi Usul al-Bahr wa'l-Qawa'id of Ahmad b. Majid al-Najdi. Royal Asiatic Society.
- Zaini-Lajoubert, M. (2003). Ibn Battuta and the Indonesian Archipelago. Archipel, 66(1), 107-123.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H