Mohon tunggu...
Muhammad Sakti Garwan
Muhammad Sakti Garwan Mohon Tunggu... Tutor - Pengajar

Saya adalah pegiat sosial media dan pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Ajaran Zoroastrianisme: Eksistensi Zarathustra dan Perkembangan Agama Kuno Persia

17 April 2023   22:21 Diperbarui: 17 April 2023   22:46 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendapat Ibnu Abbas mengenai pengaruh Iblis terhadap agama Persia setelah kematian Nabi mereka, mengacu pada perubahan-perubahan dan distorsi yang terjadi pada ajaran Zoroastrianisme, agama yang didirikan oleh Nabi Zoroaster (Zarathustra) pada abad ke-6 SM di Persia. Pada awalnya, agama Zoroastrianisme mengajarkan keyakinan pada Tuhan yang tunggal, Ahura Mazda, yang dianggap sebagai sumber kebaikan dan kebenaran. Selain itu, agama Zoroastrianisme juga mengajarkan tentang kebebasan berpikir, perbuatan baik, serta keadilan dan kebenaran sebagai nilai-nilai fundamental. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ajaran Zoroastrianisme mengalami perubahan dan terdistorsi.

Menurut legenda, Nabi Zoroaster menerima wahyu dari Ahura Mazda dalam bentuk suara atau cahaya, dan ia kemudian menyampaikan wahyu tersebut kepada pengikutnya. Ajaran Zoroastrianisme memandang Ahura Mazda sebagai Tuhan yang menciptakan dunia dan menguasai seluruh alam semesta. Ahura Mazda dipercayai sebagai Tuhan yang baik dan karenanya, hanya melakukan perbuatan baik, serta menolak segala bentuk kejahatan. Selain itu, ajaran Zoroastrianisme juga memperhatikan perbuatan manusia, dan mengajarkan bahwa manusia harus bertanggung jawab atas perbuatan baik dan buruknya, serta memilih kebaikan dan kebenaran.

Dalam ajaran Zoroastrianisme, terdapat tiga nilai dasar yaitu, "Humata" yang artinya perbuatan baik, "Hukhta" yang artinya ucapan benar dan "Hvarshta" yang artinya pikiran benar. Nilai-nilai dasar ini digunakan untuk mengatur perilaku manusia dan menciptakan masyarakat yang baik dan benar. Ajaran Zoroastrianisme juga mengajarkan tentang pentingnya menghormati alam dan binatang, serta mencintai sesama manusia.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ajaran Zoroastrianisme mengalami perubahan dan terdistorsi. Pengaruh dari agama lain, seperti paganisme dan budaya Persia kuno, turut mempengaruhi ajaran majusi. Misalnya, praktik penyembahan api dan cahaya, serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan gaib seperti jin dan peri, mulai bercampur aduk dengan ajaran Zoroastrianisme. Beberapa sumber menyebutkan bahwa agama Zoroastrianisme telah bercampur aduk dengan beberapa ajaran agama lain, seperti agama Mithraisme, yang kemudian mempengaruhi kepercayaan dan praktik ajaran Zoroastrianisme.

Ketika Dinasti Sassanid menguasai Persia pada abad ke-3 Masehi, Zoroastrianisme menjadi agama resmi di Persia. Hal ini berdampak pada perubahan ajaran agama Zoroastrianisme. Beberapa pandangan dan praktik yang semula bertentangan dengan ajaran Zoroastrianisme, mulai dianggap sebagai bagian dari ajaran tersebut, dan bahkan menjadi penting dalam upacara keagamaan. Misalnya, penggunaan minyak atau bunga-bungaan dalam upacara keagamaan, yang semula tidak ada dalam ajaran Zoroastrianisme, kemudian diadopsi dan dianggap penting.

Menurut beberapa sumber, pengaruh agama lain pada Zoroastrianisme dapat dilihat pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kesusilaan, moralitas, dan filosofi. Beberapa pengaruh tersebut dapat dilihat pada praktik-praktik keagamaan, seperti upacara peringatan kematian, yang diadopsi dari agama Hindu dan Buddhisme. Selain itu, beberapa praktik seperti penggunaan mantra atau mantra magis, juga ditemukan dalam ajaran Zoroastrianisme, meskipun tidak dikenal dalam ajaran awal.

Namun, meskipun ajaran Zoroastrianisme mengalami perubahan dan distorsi, pengaruh dari ajaran awal masih dapat dilihat pada beberapa praktik dan keyakinan Zoroastrianisme modern. Misalnya, penghormatan pada api sebagai simbol kehadiran Tuhan, masih dipraktikkan oleh Zoroastrianisme modern. Selain itu, penghormatan pada alam dan lingkungan hidup, serta nilai-nilai dasar seperti kebenaran dan keadilan, masih dipegang teguh oleh Zoroastrianisme modern.

Dalam hubungannya dengan Ibnu Abbas dan pernyataannya tentang Iblis yang mengubah agama Persia setelah kematian Nabi mereka, terdapat kemungkinan bahwa Ibnu Abbas merujuk pada perubahan-perubahan dan distorsi yang terjadi pada ajaran Zoroastrianisme setelah berabad-abad berlalu. Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada sumber yang secara jelas menyebutkan tentang pengaruh Iblis atau setan dalam perubahan ajaran Zoroastrianisme.

Dalam literatur dan tradisi Persia, Zarathustra sering dianggap sebagai nabi pertama yang menyerukan monoteisme. Namun, beberapa sumber sejarah menunjukkan bahwa konsep monoteisme sebenarnya telah ada sebelum kedatangan Zarathustra, dan bahkan terdapat kemiripan antara konsep Tuhan dalam agama Zoroastrianisme dengan konsep Tuhan dalam agama-agama Semitik kuno. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Zoroastrianisme bukanlah hasil dari pengaruh dari satu nabi atau satu agama saja, tetapi terbentuk melalui pengaruh dari berbagai agama dan kepercayaan yang ada pada saat itu.

Dalam literatur dan tradisi Persia, terdapat banyak legenda dan cerita mengenai kehidupan Zarathustra, yang menunjukkan betapa pentingnya tokoh ini dalam sejarah dan kebudayaan Persia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ajaran Zoroastrianisme mengalami perubahan dan distorsi, dan bahkan terdapat perdebatan di antara para ahli sejarah mengenai ajaran awal Zoroastrianisme.

Dalam upaya untuk memahami ajaran awal Zoroastrianisme, para ahli telah mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber, termasuk naskah-naskah kuno seperti Avesta, kitab suci Zoroastrianisme. Namun, sulit untuk mengetahui dengan pasti bagaimana ajaran Zoroastrianisme pada masa awalnya karena naskah-naskah tersebut juga mengalami perubahan dan penyuntingan dalam berabad-abad setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun