Mohon tunggu...
Muhammad ArifAfandi
Muhammad ArifAfandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Saya seorang mahasiswa yang hobi dengan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mampu Menganalisis Dampak Ekonomi terhadap Keseimbangan AD-AS

12 Juli 2024   20:10 Diperbarui: 12 Juli 2024   20:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MAMPU MENGANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI TERHADAP KESEIMBANGAN AD-AS

Muhammad Arif Afandi Trg

202210180311095

PENDAHULUAN

Latar Belakang 

Kebijakan ekonomi memiliki peran penting dalam mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Salah satu cara untuk menganalisis dampak kebijakan ekonomi adalah dengan menggunakan model keseimbangan permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) (Rosya dan Amar, 2013). Model AD-AS memberikan kerangka untuk memahami bagaimana kebijakan fiskal dan moneter dapat mempengaruhi output, tingkat harga, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dalam konteks perekonomian yang dinamis, pemerintah dan bank sentral sering menerapkan berbagai kebijakan ekonomi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, pengendalian inflasi, atau pengurangan pengangguran. Namun, setiap kebijakan yang diterapkan dapat menghasilkan pergeseran pada kurva AD atau AS, yang pada gilirannya mempengaruhi titik keseimbangan ekonomi.

Analisis keseimbangan umum secara eksplisit mengaitkan hubungan antar pasar yang beragam dan sektor ekonomi yang berlainan. Dalam sebuah sistem ekonomi, perubahan keseimbangan di satu pasar tidak hanya mempengaruhi sektor atau komoditas itu saja, tetapi juga memberikan dampak pada sektor, komoditas, serta berbagai aktivitas ekonomi lainnya. melalui keterkaitan input-output. Memahami mekanisme dan dampak kebijakan ekonomi terhadap keseimbangan AD-AS sangat penting bagi pembuat kebijakan, ekonomi, dan pelaku bisnis, sehingga analisis ini membantu dalam memprediksi hasil potensial dari kebijakan yang diambil, serta mengidentifikasi trade-off yang mungkin terjadi antara berbagai tujuan ekonomi.

PEMBAHASAN

Aggregate Demand (AD)

Permintaan agregat mengacu pada total permintaan terhadap barang dan jasa dalam sebuah perekonomian. Naik turunnya permintaan agregat disebabkan oleh perubahan pada variabel-variabel yang membentuk pasar barang, yang diwakili oleh kurva IS, dan pasar uang, yang diwakili oleh kurva LM, yang secara bersamaan mencapai keseimbangan. (Mankiw, 2006).

MV = PY

Dimana:

M = Jumlah Uang Beredar

V = Adalah Kecepatan Perputaran Uang

P = Tingkat Harga

Y = Jumlah output

Jika kecepatan perputaran uang tetap, maka dalam persamaan kuantitas ini menunjukkan bahwa jumlah uang yang beredar menentukan nilai output nominal dari tingkat harga dan jumlah output, yang mengakibatkan pengangguran proporsional terhadap nilai output nominal PY.

Perubahan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian dari P1 ke P2 mendorong perubahan jumlah output barang dan jasa yang diminta dari Y1 ke Y2. Pada setiap tingkat harga dan jumlah output yang rendah, kurva AD bergerak ke kiri. Sebaliknya, pada setiap tingkat harga dan jumlah output yang tinggi, kurva AD bergerak ke kanan

Aggregate Supply (AS)

Penawaran agregat mengacu pada total barang dan jasa yang diproduksi dan dijual pada berbagai tingkat harga oleh berbagai produsen. Penawaran agregat dibagi menjadi dua, yaitu Kurva AS jangka pendek (Short Run Aggregate Supply atau SARS) yang berbentuk horizontal menurut pandangan Keynesian, dan Kurva AS jangka panjang (Long Run Aggregate Supply atau LRAS) yang berbentuk vertikal menurut pandangan Klasik.

Perubahan jumlah output yang diproduksi mengalami penurunan dari Y1 ke Y2, sehingga mendorong penurunan harga dari P1 ke P2. Kurva AS akan bergeser ke kiri jika biaya produksi meningkat. Sebaliknya, jika biaya produksi menurun, kurva AS akan bergeser ke kanan.

Analisis AD-AS

Analisis AD-AS merupakan pendekatan yang melengkapi analisis keseimbangan pendapatan nasional dengan mempertimbangkan bagaimana perekonomian mencapai keseimbangan saat harga-harga mengalami perubahan (Ulya, 2021). Berbeda dengan analisis Y = AE yang tidak mempertimbangkan efek perubahan harga secara eksplisit, AD-AS mengkaji hubungan antara permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) dalam perekonomian. Permintaan agregat mencakup total pengeluaran konsumen, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor pada berbagai tingkat harga, sementara penawaran agregat mencerminkan total produksi barang dan jasa pada tingkat harga yang berbeda. Analisis AD-AS juga mengatasi kelemahan teori klasik dan Keynes dengan mengakui bahwa perekonomian tidak selalu mencapai kesempatan kerja penuh secara alami. Mereka berpendapat bahwa aktivitas ekonomi dan pendapatan nasional dipengaruhi oleh faktor produksi yang tersedia dan tingkat teknologi yang digunakan, serta bahwa penambahan uang dalam ekonomi dapat menyebabkan inflasi.

Keseimbangan ekonomi terjadi saat permintaan agregat (AD) sama dengan penawaran agregat (AS). Namun, dalam praktiknya, perekonomian seringkali tidak berada dalam keadaan keseimbangan ini. Faktor-faktor seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, fluktuasi pasar internasional, atau perubahan struktural dalam perekonomian dapat menyebabkan pergeseran dari keseimbangan tersebut Rizani et al., (2023). Pendekatan AD-AS memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana interaksi antara faktor-faktor ini mempengaruhi keseimbangan ekonomi. Dengan menganalisis perubahan dalam permintaan dan penawaran agregat, pemerintah dapat merancang kebijakan ekonomi yang sesuai untuk mencapai keseimbangan yang diinginkan, seperti mengatasi masalah kelebihan produksi atau inflasi. Wulandari et al., (2024).

Keseimbangan ekonomi yang diinginkan tidak hanya mencakup pasar uang atau pasar barang secara terpisah, tetapi juga menggambarkan bagaimana keseimbangan ini terjadi di kedua pasar tersebut. Keseimbangan di pasar uang dan pasar barang menunjukkan situasi ideal di mana jumlah uang yang beredar (JUB) sesuai dengan permintaan uang masyarakat untuk transaksi dan cadangan. Di sisi lain, keseimbangan di pasar uang digunakan untuk mendorong eksploitasi potensi ekonomi di pasar barang, memastikan aktivitas seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor dapat beroperasi secara optimal.

Analisis Kebijakan Ekonomi Terhadap Keseimbangan AD-AS

Kebijakan ekonomi memainkan peran krusial dalam membentuk lanskap ekonomi suatu negara, dan dampaknya dapat dianalisis secara efektif melalui model keseimbangan Permintaan Agregat (AD) dan Penawaran Agregat (AS) Hidayati et al., (2023). Model ini memberikan kerangka komprehensif untuk memahami bagaimana intervensi pemerintah dan bank sentral mempengaruhi variabel-variabel ekonomi makro yang penting, seperti tingkat output, harga, dan pertumbuhan ekonomi. Permintaan Agregat (AD) mencerminkan total pengeluaran dalam ekonomi, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, investasi bisnis, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto. Kurva AD memiliki kemiringan negatif, menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat harga dan output riil. Di sisi lain, Penawaran Agregat (AS) mewakili total output barang dan jasa yang diproduksi dalam ekonomi. Kurva AS umumnya memiliki kemiringan positif dalam jangka pendek, mencerminkan hubungan positif antara tingkat harga dan output.

Kebijakan fiskal, yang melibatkan perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan perpajakan, memiliki dampak langsung terhadap AD. Ketika pemerintah meningkatkan pengeluarannya atau menurunkan pajak (ekspansi fiskal), hal ini cenderung menggeser kurva AD ke kanan, menandakan peningkatan permintaan agregat pada setiap tingkat harga. Akibatnya, output dan tingkat harga umumnya meningkat. Kebijakan ekspansi fiskal sering digunakan untuk merangsang ekonomi selama periode resesi, meskipun dapat menyebabkan peningkatan defisit anggaran. Sebaliknya, kontraksi fiskal, yang melibatkan pengurangan pengeluaran pemerintah atau kenaikan pajak, cenderung menggeser kurva AD ke kiri, yang dapat mengurangi tekanan inflasi tetapi juga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan moneter, yang diimplementasikan oleh bank sentral, mempengaruhi AD melalui perubahan suku bunga dan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter ekspansif, seperti penurunan suku bunga atau peningkatan jumlah uang beredar, cenderung menggeser kurva AD ke kanan. Hal ini mendorong investasi dan konsumsi, meningkatkan output, tetapi juga dapat menyebabkan tekanan inflasi. Di sisi lain, kebijakan moneter kontraktif, yang melibatkan kenaikan suku bunga atau pengurangan jumlah uang beredar, umumnya menggeser kurva AD ke kiri. Kebijakan ini efektif dalam mengendalikan inflasi tetapi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan fiskal dan moneter terutama mempengaruhi AD, beberapa kebijakan ekonomi juga dapat berdampak pada AS, terutama dalam jangka panjang. Kebijakan sisi penawaran, seperti investasi dalam pendidikan, infrastruktur, atau reformasi pasar tenaga kerja, dapat menggeser kurva AS ke kanan dengan meningkatkan produktivitas dan kapasitas produksi ekonomi. Perubahan regulasi juga dapat mempengaruhi biaya produksi dan efisiensi, sehingga menggeser kurva AS. Ketika kebijakan ekonomi diimplementasikan, keseimbangan baru antara AD dan AS akan terbentuk. Pergeseran AD umumnya memiliki dampak lebih signifikan terhadap output dan harga dalam jangka pendek, sementara perubahan AS cenderung memiliki efek lebih besar dalam jangka panjang. Analisis keseimbangan baru ini penting untuk memahami dampak keseluruhan kebijakan terhadap ekonomi.

Dalam menganalisis dampak kebijakan ekonomi, penting untuk mempertimbangkan beberapa faktor tambahan. Pertama, terdapat time lag antara implementasi kebijakan dan dampaknya pada ekonomi. Kedua, ekspektasi pelaku ekonomi dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan. Jika masyarakat mengantisipasi kebijakan tertentu, mereka mungkin mengubah perilaku mereka sebelum kebijakan tersebut benar-benar diterapkan. Ketiga, kredibilitas pembuat kebijakan memainkan peran penting dalam menentukan sejauh mana kebijakan akan mempengaruhi perilaku ekonomi. Dalam konteks ekonomi global yang semakin terintegrasi, kebijakan ekonomi suatu negara dapat memiliki efek spillover ke negara lain. Misalnya, kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral negara besar dapat mempengaruhi arus modal internasional, nilai tukar, dan pada akhirnya keseimbangan AD-AS di negara-negara lain. Oleh karena itu, analisis kebijakan ekonomi sering kali perlu mempertimbangkan dampak internasional dan potensi reaksi dari mitra dagang utama Raz et al., (2012).

Analisis Keseimbangan Umum Perekonomian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi fokus utama dalam pembangunan. Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, mengurangi tingkat pengangguran, dan mengatasi kemiskinan. Untuk mengatasi tantangan ekonomi ini, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Fluktuasi yang signifikan dalam catatan menunjukkan bahwa secara keseluruhan, keseimbangan bunga uang kartal di Indonesia selama periode tertentu mengalami ketidaksehatan. Implikasi dari evaluasi ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berperan dalam memengaruhi keseimbangan bunga uang kartal di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Biaya pinjaman saat ini memiliki dampak negatif yang signifikan, sementara dalam jangka panjang, dampaknya tetap signifikan terhadap keseimbangan bunga uang di Indonesia. 

Di sisi lain, ekspansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan bunga uang kartal di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Namun, kebijakan pemerintah di bidang fiskal kadang-kadang berdampak pada sektor lain. Sektor yang paling terkena dampak adalah sektor penyulingan minyak, diikuti oleh sektor transportasi dan industri besar dan sedang (IBS). Penurunan subsidi bahan bakar minyak yang diikuti oleh kenaikan harga BBM jelas akan memberikan beban lebih kepada konsumen, tetapi sebaliknya akan mengurangi beban anggaran pemerintah. Untuk itu, diperlukan kompromi dalam menghadapi situasi tersebut, dengan pengurangan subsidi dilakukan secara bertahap.

Investasi dalam infrastruktur jalan dan jembatan memberikan dampak besar terhadap peningkatan PDB, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan. Namun, sebagian besar proyek infrastruktur memberikan tekanan terhadap defisit neraca perdagangan, kecuali untuk infrastruktur komunikasi dan energi (kilang), yang dalam jangka panjang dapat mengurangi defisit neraca perdagangan. Menurut Inayah (2020), penurunan tarif impor untuk komoditas pertanian telah menyebabkan peningkatan kesejahteraan yang tercermin dalam surplus ekonomi total, termasuk surplus konsumen, surplus produsen, dan penerimaan pemerintah. 

Penelitian ini mengindikasikan beberapa rekomendasi kebijakan perdagangan dalam sektor pertanian. Pertama, pemerintah disarankan untuk mempertahankan tarif impor rata-rata komoditas pertanian pada tingkat 15 persen seperti yang disepakati dalam skenario tertentu. Selain itu, mengingat arah kebijakan perdagangan dunia yang cenderung menuju kebebasan perdagangan yang lebih besar dalam jangka panjang oleh WTO, diperlukan upaya tambahan selain tarif untuk melindungi produsen, seperti peningkatan infrastruktur dan adopsi teknologi di sektor pertanian.

PENUTUP

Kesimpulan 

            Aggregate Demand (AD) mencakup total permintaan barang dan jasa dalam perekonomian, sementara Aggregate Supply (AS) mencerminkan total produksi barang dan jasa. Keseimbangan ekonomi tercapai ketika AD sama dengan AS. Kebijakan ekonomi seperti kebijakan fiskal dan moneter dapat menggeser kurva AD dan AS, mempengaruhi keseimbangan perekonomian. Kebijakan fiskal yang meningkatkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak akan meningkatkan AD, sehingga output dan harga naik. Sebaliknya, pengurangan pengeluaran atau kenaikan pajak menurunkan AD, mengurangi inflasi tetapi memperlambat pertumbuhan ekonomi. 

Kebijakan moneter yang menurunkan suku bunga atau meningkatkan jumlah uang beredar juga meningkatkan AD, mendorong investasi dan konsumsi, tetapi berpotensi menyebabkan inflasi. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif menurunkan AD, mengendalikan inflasi tetapi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan sisi penawaran seperti investasi dalam pendidikan dan infrastruktur dapat meningkatkan produktivitas dan kapasitas produksi, menggeser kurva AS ke kanan.

            Dalam konteks Indonesia, kebijakan seperti penurunan subsidi BBM dan investasi infrastruktur berdampak signifikan pada keseimbangan AD-AS. Penurunan subsidi mengurangi beban anggaran pemerintah tetapi membebani konsumen, sementara investasi infrastruktur meningkatkan PDB dan mengurangi kemiskinan.       

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N., Rahayu, S., Adriana, N., Vitaloka, D., Panjaitan, I., Utami, F. N., ... & Kom, M. (2023). PENGANTAR EKONOMI & BISNIS. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Raz, A. F., Indra, T. P., & Artikasih, D. K. (2012). Krisis keuangan global dan pertumbuhan ekonomi: Analisa dari perekonomian Asia Timur. Bulletin of Monetary Economics and Banking, 15(2), 37-56.

Rizani, A., Norrahman, R. A., Harsono, I., Yahya, A. S., & Syifa, D. M. (2023). Efek Inflasi terhadap Daya Beli Masyarakat pada Tinjauan Ekonomi Makro. Journal Of International Multidisciplinary Research, 1(2), 344-358.

Rosya, N., & Amar, S. (2013). Analisis Penawaran Agregat dan Permintaan Agregat di Sumatera Barat. Jurnal Kajian Ekonomi, 2(03), 1-12.

Ulya, H. N. M. (2021). Ekonomi makro Islam: Pendekatan teori makro ekonomi konvensional dan Islam. Penerbit NEM.

Wulandari, N. F., Syahkila, J. R., & Azijah, S. N. (2024). KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DENGAN PENDEKATAN AGGREGATE DEMAND AND SUPPLY DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. Makro: Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 9(1), 51-71.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun