Banyak orang percaya kalau Lawang Sewu memang banyak dihuni oleh mahluk-mahluk halus dari berbagai jenis. Katanya beberapa waktu yang lalu pernah muncul wacana untuk mengubah Lawang Sewu menjadi sebuah hotel. Namun setelah pihak investor meminta bantuan paranormal untuk mengecek keberadaan para penghuni Lawang Sewu, niat tersebut dibatalkan karena sang paranormal sendiri kewalahan untuk membersihkannya.
Saya sedikit banyaknya mempercayai tentang keberadaan para mahluk halus penghuni Lawang Sewu tersebut karena aroma mistisnya memang sangat terasa.
Dan aroma mistis yang menegangkan semakin terasa saat saya mengikuti tur ke penjara bawah tanah Lawang Sewu yang terletak di bagian belakang. Di ruang bawah kamera inilah penampakan yang ditempatkan oleh kamera Trans TV itu berlokasi. Cukup dengan membayar tambahan Rp. 5000, - kita sudah bisa ikut turun ke penjara bawah tanah tersebut.
Penjara yang dimaksud berada di kedalaman kurang lebih 3 meter dari permukaan. Suasananya gelap gulita dan sumpek. Begitu masuk kami membawa lorong-lorong selebar 1,5 meter dengan ketinggian langit-langit yang tak lebih dari 2,5 meter dengan bantuan senter besar dari.
Pemandu yang menemani kami menunjukkan kamar-kamar di sebelah kanan dan kiri lorong yang dulunya dijadikan penjara atau tempat penyiksaan para pejuang kita baik oleh pihak Belanda maupun pihak Jepang.
Ruangan pertama yang ditunjukkan kepada kami adalah ruangan yang berisi bak-bak beton sepanjang 1 m. Dalam bak-bak beton tersebut katanya para pejuang kita dipaksa untuk berjongkok dan direndam udara di bagian atasnya ditutup jeruji besi. Ruangan ini bernama penjara jongkok. Saya bergidik membayangkan derita para tahanan yang disekap di situ.
Selanjutnya ada jejeran sekat batubata lemari selebar 1 x 1 meter yang disebut penjara. Di sekat-sekat yang sempit tersebut dijejalkan 4 sampai 5 tahanan dan ditutup dengan jeruji besi. Katanya tahanan akan dibiarkan di dalam sana sampai mati lemas.
Tapi ruang yang paling menyeramkan adalah ruang eksekusi. Di dalam ruangan tersebut terdapat bekas meja baja yang ditanam ke lantai. Katanya di dalam ruangan para tahanan dieksekusi dengan cara dipenggal. Saya hanya mengintip bentukan ke dalam dengan bantuan pusat informasi, rasanya bulu kuduk saya merinding membayangkan proses eksekusi pada para pejuang kita itu.
Setelah mengitari lorong-lorong bawah tanah selama kurang lebih 15 menit kami akhirnya kembali ke atas. Rasanya lega sekali bisa menghirup udara di permukaan. Sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan sekaligus menegangkan.
Bangunan tua yang tetap terjaga sebagaie pecintabangunan tua dan bersejarah, saya merasa sangat dimanjakan oleh Pemerintah Kota Semarang. Saya diam-diam mengangkat topi dan menjawab komitmen Pemerintah Kota Semarang yang tetap menjaga bangunan tua tersebut. Selain di kasawan Kota Lama, masih banyak lagi bangunan-bangunan tua yang populer di seluruh kota Semarang.
Walaupun tidak semua bangunan tersebut dirawat dan digunakan kembali, tapi setidak-tidaknya jejak sejarah bangsa kita masih sangat mudah ditemui di kota itu. Bangunan-bangunan tersebut mungkin beruntung karena berdiri di atas kota di mana pemerintahnya masih tetap keberadaan keberadaan mereka. Saya bahkan sempat berpikir nakal, “wah kalau di Makassar, pasti kawasan ini sudah lama dijadikan kawasan ruko.