"Barat ? Memangnya ada apa di barat ?" tanya Abigail dengan penasaran.
"Dari transmisi radio terakhir yang berhasil didapat oleh Kakakku, ada sebuah tempat aman di barat untuk orang-orang yang berhasil selamat. Memang tidak meyakinkan tapi itulah pesan terakhir dari Kakakku, 'pergilah ke barat dan tetaplah hidup'. Walaupun dengan cara apapun aku akan tetap mengikutinya," kata Lumi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hmmm...kebetulan sekali. Aku juga mendapat pesan yang sama dari sebuah transmisi radio yang berkata bahwa ada tempat aman di barat. Kami sudah berencana untuk pindah dari gubuk tua ini dan melakukan perjalanan ke sana, kalau kau mau kita bisa menemanimu sampai ke sana," kata Alden dengan tersenyum ramah.
"B-benarkah ? Ya, aku mau," balas Lumi dengan antusias. Abigail dan Alden pun tersenyum dengan jawaban antusias dari Lumi. Mereka pun berencana untuk pergi setelah luka-luka Lumi telah sembuh sepenuhnya.
Waktu terus berputar. Sudah sebulan dari insiden kawanan serigala itu. Lumi sudah pulih dengan kondisi tubuh yang prima. Alden dan Abigail sudah bersiap dengan barang bawaan mereka. Setelah dirasa semua sudah siap, mereka pun pergi melanjutkan perjalanan ke arah barat. Mereka melewati berbagai tempat, mulai dari jurang es, lautan yang membeku, kota-kota yang sudah ditinggalkan, dan masih banyak lagi.
Namun kali ini semuanya berbeda, karena mereka mempunyai satu sama lain dan tidak akan ada lagi yang merasa kesepian.Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan mereka hadapi di kemudian hari. Mereka hanya bisa berjalan menuju ketidakpastian, di bawah naungan cakrawala kelabu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H