"L-Lumi..." kata Si Gadis dengan pelan.
"Hmmm..?" balas mereka berdua.
"N-Namaku Lumi." kata Si Gadis menegaskan.
Mereka berdua tersenyum mendengar kata-kata dari Si Gadis yang sudah ingin terbuka dengan mereka.
"Haha, kurasa tidak sopan jika tuan rumah tidak memperkenalkan diri juga. Namaku Alden, panggil saja Al, dan ini putriku, Abigail," Kata Si Pria.
"Hai, panggil saja aku Abby," sahutnya dengan antusias.
"Sudah lama kami tidak memiliki tamu di rumah ini, jadi mohon maaf jika kurang layak," kata Alden dengan sedikit bercanda. Mereka semua tertawa, dan dari situ mereka berbincang banyak mengenai apa saja yang sudah mereka lalui.
"Jadi sudah 4 tahun berlalu sejak bencana sialan itu terjadi, huh. Siapa sangka solusi untuk memecahkan masalah yang besar hanya mendatangkan masalah yang jauh lebih besar lagi. Hidup ini memang penuh dengan ironi," Kata Alden dengan nada sedikit sedih.
"Awalnya aku juga terkejut karena efek dari samping dari proyek itu malah jauh lebih menyusahkan daripada yang sebelumnya..." sahut Lumi. Mereka membicarakan tentang bencana kedua yang datang setelah bencana pertama berhasil diatasi. Bahan kimia yang dipakai untuk mendinginkan suhu bumi bekerja terlalu efektif dan malah membuat suhu bumi turun dengan drastis. Cuaca juga ikut terpengaruh dengan bermunculannya badai salju yang sering terjadi. Sekali lagi mereka terdiam dalam sunyi.
"Mendiang Istriku tewas saat bencana 2 tahun yang lalu, dia adalah seorang dokter di kota. Dia banyak mengajariku yang hanya seorang pemburu biasa cara untuk membuat obat-obatan atau menangani berbagai luka. Jadi kau juga harus berterima kasih kepadanya," kata Alden dengan senyuman kecil.
"Aku juga kehilangan kedua orang tuaku di bencana 2 tahun yang lalu dan juga Kakakku 2 bulan yang lalu karena sakit yang dideritanya. Sekarang aku hanya sendiri. Tapi aku berencana untuk pergi ke arah barat," tegas Lumi.