Selain daripada LSM ataupun organisasi masyarakat, rehabilitasi situs nisan-nisan kuno yang ada di Aceh giat dilakukan oleh instansi resmi pemerintah. Seperti kegiatan Meuseuraya yang rutin dilakukan oleh Perhubungan Daerah Militer Iskandar Muda (Hubdam IM) yang mana kegiatannya langsung dipandu oleh Kolonel Chb Jun H. Mastra selaku Kahubdam IM. Juga terlibat instansi-instansi dari kedinasan seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya (BCPB) Aceh.Â
Di samping kepedulian terhadap  nisan Aceh yang diupayakan oleh LSM dan instansi-instansi pemerintah, kepedulian terhadap tinggalan nisan Aceh ini juga dilakukan oleh kalangan mahasiswa dan pelajar, seperti dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HIMAS) yang berafiliasi dengan FKIP Universitas Syiah Kuala, serta komunitas Pelajar Peduli Sejarah Aceh (PELISA).Â
Kesemua komponen masyarakat Aceh, baik itu resmi maupun tidak, swasta maupun negeri, serta komponen lainnya yang tak tersebutkan dalam tulisan ini, telah melakukan upaya pengembalian nilai-nilai yang ada pada nisan Aceh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi mereka masing-masing. Pengenalan tentang nilai-nilai dari tinggalan arkeologis disekitar masyarakat terus gencar disosialisasikan, agar masyarakat mengetahui tentang arti dari hal-hal tersebut guna menjaga dan terus merawat warisan ini hingga anak cucu kita kelak.
(Artikel ini juga tayang di KBA13.com dengan beberapa perubahan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H