Mohon tunggu...
M. Hasybi Rabbani
M. Hasybi Rabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulusan S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Merupakan seorang lulusan Prodi S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam. Selain tertarik terhadap hal yang berhubungan dengan sejarah maupun kebudayaan, saya juga terkadang menyukai hal tentang lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Dayah Darul Ihsan: Membangun Kembali Warisan Abu Hasan Krueng Kalee

17 Juli 2022   17:15 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:49 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto udara komplek Dayah Darul Ihsan. Sumber: Instagram Dayah Darul Ihsan Abu Hasan

Saat pendudukan Jepang tahun 1942, kondisi di daerah Siem sudah tidak kondusif. Abu Krueng Kalee kemudian pindah ke daerah Cot Keueung bersama keluarganya dan membuka dayah baru. 

Dayah sebelumnya yang berada di Krueng Kalee beliau amanatkan untuk dikelola oleh sepupu-sepupu beliau, namun seiring berjalannya waktu, dayah tersebut semakin redup. 

Pasca kemerdekaan, beliau kembali ke Dayah Krueng Kalee, namun dayah tersebut tidak lagi hidup seperti sebelumnya. Para murid beliau telah banyak yang gugur dan juga ikut dalam Pemberontakan DI/TII bersama Abu Daud Beureueh. 

Dalam hal ini, Abu Hasan Krueng Kalee menolak akan pemberontakan DI/TII, karena merasa bahwa rakyat Aceh telah secara bersama-sama berbaiat kepada Soekarno sebagai pemimpin dan bergabung bersama Indonesia. 

Sebelumnya Abu Hasan Krueng Kalee mengusulkan agar Aceh tetap menjadi negara sendiri yang berdaulat (tidak bergabung bersama Indonesia sebagai sebuah negara), hal ini disampakan di Gedung SMA 1 Banda Aceh yang dulu juga disebut dengan Gedung Setan. 

Beliau mengajukan ide tersebut kepada PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh), karena berdasarkan fakta bahwa Aceh adalah satu-satunya daerah yang belum jatuh ke tangan Belanda, memiliki wilayah, memiliki rakyat dan memiliki kesiapan dalam membentuk sebuah negara. Namun usulan ini ditolak, karena rakyat Aceh pada masa itu telah tumbuh jiwa nasionalisnya terhadap Indonesia dan mempercayai Soekarno sebagai pemimpin nasional Indonesia.

Abu Hasan Krueng Kalee merupakan salah satu tokoh asal Aceh yang terpilih sebagai anggota Konstituante. Banyak dari kalangan agamawan di Aceh yang terpilih menjadi anggota Konstituante yang berusaha merumuskan dasar konstitusi Indonesia. Namun lembaga ini dibubarkan karena dianggap gagal dalam merumuskan dasar konstitusi negara. 

Saat terjadi pemberontakan DI/TII, hampir seluruh keluarga dan kerabat Abu Hasan Krueng Kalee ikut "naik gunung" bersama Abu Daud Beureueh, disamping tidak setuju nya Abu Hasan Krueng Kalee dengan gerakan tersebut. 

Karena dirasa tingkat keamanan yang rendah mengingat lokasi Krueng Kalee yang jauh dari kota, maka pemerintah Aceh memindahkan Abu Hasan Krueng Kalee ke Kedah, daerah Peunayong di Kota Banda Aceh dengan alasan keamanan dan keselamatan Abu. Beliau tetap mengajar disana hingga akhir hayatnya.

Sementara itu, Dayah Krueng Kalee mengalami ke-vacum-an sepeninggal beliau ke Kedah. Kekosongan itu terus berlanjut sekitar 40 tahunan. Banyak dari para peziarah yang mengunjungi dayah tersebut dalam rangka ziarah atau sekedar mengirim doa ke Abu Hasan Krueng Kalee, mengeluhkan kondisi dayah tersebut. 

Pada masa itu kondisi dayah menjadi tempat para masyarakat bertani atau menggembala hewan ternaknya. Pihak keluarga dan zuriyat Abu Hasan Krueng Kalee acap kali menerima teguran bahkan amarah dari para peziarah. Keluarga dinilai sangat tidak menghargai orang yang terbaring didalam tanah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun