إِذَا تَمَّ أمرٌ بَدَا نَقْصُهُ # تَرَقَّبْ زَوَالاً إِذَا قِيْلَ تَمَّ
Artinya, “Jika sesuatu telah sempurna, maka akan tampak kekurangannya. Renungilah yang hilang jika sesuatu telah dikatakan sempurna.”
Syair ath-Thanthawi di atas berpesan bahwa ketika sebuah kemenangan telah diraih, kesempurnaan telah dicapai, maka ada sesuatu yang pergi yang harus kita renungi dan diinstropeksi.
Ada banyak hal cara kita menginstropeksi diri setelah Ramadhan pergi. Pertama adalah dengan bersyukur karena telah kita telah diberi kenikmatan besar berupa umur panjang dan kesehatan sehingga masih bisa bertemu Ramadhan tahun ini, bahkan melewatinya sampai selesai satu bulan hingga tiba hari kemenangan. Jika bersyukur, maka harapannya semoga Allah akan menambah kenikmatan itu dengan bertemu di Ramadhan berikutnya.
Mungkin ada saudara kita yang dicabut usianya sebelum Ramadhan tiba sehingga tidak bisa berjumpa dengan bulan puasa, mungkin juga ada saudara kita yang dicabut usianya di pertengahan Ramadhan sehingga tidak mendapatkan kesempatan berpuasa satu bulan lamanya, atau ada pula saudara kita yang menjelang Idul Fitri nyawanya dicabut oleh Allah swt sehingga tidak bisa ikut merayakan hari kemenangan ini.
Karena itu, kita yang sampai detik ini masih diberi usia panjang harus banyak-banyak bersyukur kepada Allah swt. Allah swt berfirman,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
Artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]: 7)
Melalui ayat ini, ada pesan peting untuk kita pahami bersama. Jika kita bersyukur kepada Allah swt karena masih dianugerahi usia panjang dan kesehatan badan sehingga bisa berjumpa dan merampungkan satu bulan Ramadhan dengan berpuasa, maka Allah akan menambah kenikmatan tersebut dengan berjumpa di Ramadhan-ramadhan berikutnya. Bagaimana cara bersyukurnya, yaitu dengan selalu meningkatkan semangat ketakwaan dan beribadah kepada Allah swt.
Konsistensi Ibadah
Bukan berarti Ramadhan telah berlalu, kemudian semangat ibadah kita tidak sebesar ketika hari-hari puasa dulu. Satu bulan Ramadhan, 29 atau 30 hari berpuasa, dengan segala ragam ibadah wajib dan sunnah di dalamnya, seharusnya mampu memperkokoh benteng keimanan kita.