Para alumni Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta mengadakan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi covid-19 di beberapa wilayah Yogyakarta, Kamis (31/03/2022). Kegiatan ini berawal dari kepedulian kami terhadap masyarakat kecil yang tetap bertahan dan terus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, apalagi dalam waktu dekat menjelang Bulan Ramadhan ini banyak kebutuhan pokok yang harganya melambung tinggi dan akan sangat berdampak bagi masyarakat menengah kebawah.
Bantuan yang kami berikan dalam kegiatan sosial ini berasal dari para dermawan yang menyalurkan donasinya dan diamanahkan kepada para alumni untuk disalurkan kepada pihak yang benar benar membutuhkan. Media yang kami gunakan untuk menarik donatur adalah dengan menyebar pamflet di medsos seperti WhatsApp dan Instagram.
Media yang digunakan cukup membuat para donatur tertarik dan membagi sedikit rejekinya untuk bekal kehidupan mereka di akhirat nanti. Barang yang dibagikan untuk kegiatan amal ini berupa bahan bahan pokok dan nasi bungkus, bahan pokok berisi beras, minyak, dan sembako lainnya.
Kegiatan dilakukan di siang hari sampai tengah malam dengan tujuan pembagian donasi kepada para pedagang maupun penyedia jasa seperti tukang ojek dan tukang becak. Walaupun pandemi sudah hampir berakhir, dampak ekonomi yang dirasakan rakyat menengah kebawah dari adanya pandemi nyatanya masih berlanjut, ditambah dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga harga pokok dan bbm yang pastinya memberatkan mereka.
Di awal kegiatan kami bertemu dengan para pedagang kecil dan pengamen yang membawa anak anaknya untuk ikut berjualan bahkan mengamen, sungguh ironis melihat keadaan seperti ini. Kami para alumni mendapatkan banyak cerita dari salah satu pedagang kaki lima penjual makanan yang bernama Ibu Siti. Beliau berdagang dari pagi sampai sore hari untuk membantu suaminya dan memenuhi kebutuhan anak anak nya yang masih sekolah. Dagangan yang dijual pun belum laku banyak, tetapi demi keluarga dan anaknya dia tetap semangat berjualan setiap harinya walaupun dengan untung yang tak seberapa. “ Alhamdulillah mas masih diberi kesehatan untuk berjualan, hitung hitung bantu suami biar gak keberatan. “ ucap Bu Siti.
Pandemi memang sudah hampir berlalu, namun ada lagi permasalahan yang timbul, harga kebutuhan yang melonjak dan langka menjadi kabar buruk bagi masyarakat khususnya para UMKM yang memang menjual makanan dengan bahan bahan pokok tersebut khusunya minyak goreng. Keberadaan minyak yang langka dan harganya yang tinggi membuat para penjual gorengan harus putar otak agar jualannya tetap laku. Kami bertemu dengan seorang ibu ibu usianya cukup tua penjual gorengan yang bernama mbah Yati.
Dalam kisahnya mbah Yati cukup bersyukur dengan berakhirnya pandemi ini yang cukup membuatnya bingung bagaimana agar bisa tetap hidup di masa yang berat ini. Disaat pandemi kemarin beliau harus bersabar karena sulitnya mencari penghasilan dari jualan ini dengan minimnya peminat dan sempat dipaksa untuk tidak berjualan di saat tingginya kasus covid saat itu.
“ Sekarang udah lebih baik keadaannya, walupun harga minyak tinggi harus disyukuri berapapun dapatnya.” Ucapan mbah Yati yang membuat kami para alumni yang mayoritas mahasiswa kagum. Mbah Yati yang sejatinya sudah tidak wajar untuk masih berjualan di usianya yang sudah tua, tetap gigih berdagang demi sesuap nasi.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para donatur dan khususnya kami para penyalur donasi itu sendiri, selain bisa membantu orang walaupun tidak banyak, kami benar benar tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang rupiah yang sama sekali tidak menyerah untuk terus mencari uang di situasi yang tak menentu dan penghasilan yang tak seberapa pula.
Harusnya kegiatan seperti ini sering dilakukan oleh orang orang yang memiliki rejeki lebih untuk setidaknya sedikit membantu para pekerja keras tulang punggung keluarga yang masih berusaha bertahan hidup demi kesuksesan anak anaknya.
Di malam hari di akhir akhir kegiatan, kami dipertemukan oleh bapak bapak tukang becak yang terlihat lelah dan lesu. Profesi yang dipandang sebelah mata oleh banyak orang ternyata menyimpan cerita sedih didalamnya, bapak itu sering tidak balik rumah dan hanya tidur di dalam becak sebelum bisa mendapatkan uang yang cukup untuk menafkahi keluarganya.
Transportasi online yang semakin marak membuat para pengayuh becak semakin diacuhkan oleh beberapa kalangan, terkadang kita juga sering mengabaikannya. Melihat pemandangan seperti ini, memberi pelajaran berarti bagi kami, ternyata masih banyak orang yang kisahnya lebih berat daripada kita.
Banyak hikmah yang diambil dari kegiatan kali ini, selain kita bisa membantu saudara kita yang terdampak ekonomi karena pandemi dan melunjaknya harga, kita bisa mendapatkan kisah inspiratif dari perjuangan mereka untuk bekal hidup kita di masa yang akan datang. Bersyukur dan selalu gigih dalam berusaha serta tak luput dari kewajiban kita untuk membantu masyarakat yang membutuhkan adalah pelajaran berharga yang kami dapat di sore sampai malam ini.
“ Berbagi tidak akan membuatmu miskin." Satu kalimat menyentuh yang harus ditanamkan kepada setiap hati manusia.
Kegiatan berlangsung lancar dan tanpa hambatan, donasi tersampaikan semua dan sisanya kami masukkan ke dalam infaq masjid. Terimakasih kami ucapkan kepada para donatur yang telah membantu mensukseskan acara kami, terimakasih juga kepada para pejuang rupiah yang sudah membagikan kisahnya kepada kami semua. Harapannya agar kegiatan seperti ini banyak dilakukan oleh organisasi atau kumpulan anak anak muda agar terinspirasi dan juga belajar untuk membantu sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H