Ajaran agama merupakan tolak ukur atas perbuatan. Sehingga seorang manusia akan tergerak hatinya melakukan kebaikan, dan menghindari keburukan apabila ia telah memahami hakikat kehidupan. Sadar kalo dunia ini cuma sementara, dan masih ada alam akhirat yang menunggunya. Dan ini adalah faktor utama, mengapa pergaulan dan perilaku remaja menjadi rusak. Tidak ada pemahaman agama dalam benaknya.
Dari lemahnya pemahaman agama, muncullah berbagai problem baru. Salah satunya adalah rusaknya adab dan moralitas yang terjadi di tengah-tengah kehidupan. Remaja tak lagi malu melakukan tindakan tak senonoh maupun kejahatan. Tidak lagi mempedulikan siapa saja yang menjadi korban dan terlibat dalam tindak-tanduknya. Mau siapa saja kek, yang penting nafsu dan birahinya terpenuhi. Tak lagi takut dengan hukuman yang akan menimpanya, dan disamping hukuman yang akan diberikan bisa dikatakan 'cemen' alias gak berasa, karena hanya akan dipenjara berdasarkan waktu tertentu, kemudian tidak menghilangkan dosa dan tidak sebanding dengan jahatnya perbuatan yang telah dilakukannya.
Remaja juga akan kehilangan tujuan hidupnya. Tak heran mereka bingung menentukan jati diri. Masih tidak puas memperkosa wanita, mereka beralih kepada mabuk-mabukan. Masih belum puas lagi, lanjut dengan narkoba. Sudah mulai sinting dan akhirnya gak kuat menjalani hidup, karena semua hal sudah dilakoninya, ujung-ujungnya bunuh diri. Don't you know it?
Ditambah dengan pendidikan yang diajarkan semasa sekolah, tidak memberikan sebuah kematangan berfikir kepada murid-murid yang diajarkan. Pelajaran yang diberikan tidak membentuk sebuah pandangan terhadap kehidupannya kelak. Sekolah hanya digunakan sebagai rutinitas sehari-hari, karena memang pendidikan yang diajarkan tidak berkualitas.
Sejak kecil, tidak ditanamkan adab dan ajaran agama terlebih dahulu. Akhirnya dalam waktu tertentu, banyak murid yang menentang guru. Pelajaran-pelajaran exact yang ditekankan, sehingga murid-murid yang lola atau lambat dalam mencernanya akan tertinggal, menjadi beban bagi mereka. Berujung pada putusnya semangat untuk belajar. Tak mendapat apa-apa. Karena pelajaran adab dan ajaran agama tidak diajarkan terlebih dahulu, setelah mereka putus sekolah akan menjadi anak-anak yang nakal tak bermoralitas. Maka dalam Islam, tidak dikenal adanya pendidikan exact pada anak-anak kecil, sebelum adab dan kualitas keimanannya dirasa cukup untuk melanjutkan ke jenjang ilmu yang selanjutnya.
Termasuk juga adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya karena sibuk berkerja, orang tua pun kurang memberikan teladan yang baik karena jarang dirumah. Sehingga mereka lebih memilih menyekolahkan anaknya dan tidak mendidiknya sendiri. Padahal pengajaran dan sekolah pertama yang akan selalu berpengaruh pada anak yang tak akan lekang oleh waktu, adalah dari kedua orang tua.
Dampak sistem negara yang buruk
Lagi-lagi bicara masalah sistem, kenapa sih gemar banget bahas masalah ini? Emangnya semua ada sangkut pautnya sama sistem apa? Yup, betul banget. Semua yang terjadi diseluruh kehidupan bermasyarakat pasti ada hubungannya dengan sistem dalam negaranya. Mengapa? Karena sistem yang baik, akan memaksa orang menjadi baik. Dan sistem yang buruk, akan memaksa, bahkan mendukung dan membiarkan orang menjadi buruk.
Sebagai contoh, Ust. Felix pernah menggambarkan bagaimana peran sebuah sistem, beliau berkata, "Pernahkah kalian jalan-jalan ke mall? Bagaimana kebersihan disana? Bersih kan ya? Pernah nggak ngeliat orang yang meludah disana? Nggak kan ya. Coba kalo di pasar. Pernah jalan-jalan ke pasar? Pernah ngeliat orang meludah di pasar? Jangankan ngeludah, yang muntah juga ada. Ini menunjukkan bahwa sistem yang baik, memaksa orang berkelakuan baik. Dan sistem yang buruk, akan membiarkan dan memaksa orang juga berkelakuan buruk."
Setelah dijabarkan beberapa akar masalah dan gambaran mengenai problem yang dialami remaja, terlihat jelas pemetaan masalah ini bersumber dari sistem Negara yang buruk. Dari sistem itulah, dihasilkan sistem pendidikan yang buruk pula. Tidak sanggup mendidik calon-calon penerus bangsa menjadi siap menghadapi tantangan zaman. Disibukkan dengan merubah kurikulum ke kurikulum yang lain, namun tak memberikan hasil yang berarti bahkan sia-sia. Ini terbukti dengan kemerosotan kualitas pembelajaran yang diajarkan di sekolah, dimana kecerdasan pelajar jaman 'now' sangat jauh dibandingkan dengan pelajar jaman baheulak. Semakin menurun.
Ditambah dengan sistem ekonomi yang carut-marut nan mengekang orangtua, menyebabkan mereka kehilangan golden moment bersama anak-anaknya demi mempertahankan ekonomi mereka. Sehingga mengorbankan waktu tersebut yang berakibat kurangnya perhatian anak dari orangtuanya.