Pada tahun 1994, perangkat lunak untuk teknologi virtual reality pertama kali diperkenalkan. Virtual Reality Modelling Language (VRML) diciptakan sebagai langkah awal dalam mengembangkan dunia virtual tanpa tergantung pada headset.
Namun, setelah munculnya VR berbasis headset, teknologi headset VR modern menggunakan layar berkualitas tinggi yang dulunya digunakan untuk ponsel pintar. Setiap komponen juga dikembangkan dengan tujuan memberikan pengalaman yang lebih spesifik dan realistis.
Misalnya, giroskop dan sensor gerak digunakan untuk melacak posisi kepala, tangan, dan badan pengguna. Layar berukuran kecil namun berkualitas tinggi digunakan untuk menampilkan tampilan yang detail dan realistis, dan prosesor komputer yang cepat digunakan untuk mengoptimalkan pengalaman VR.
Komponen-komponen ini, yang awalnya dibuat untuk ponsel pintar, menjadi dasar pengembangan perangkat VR yang lebih terjangkau bagi pengembang individu. Kemudian, pada tahun 2012, muncul Oculus Rift Kickstarter sebagai pionir dalam pengembangan headset VR independen.
Dengan mengetahui lebih lanjut tentang teknologi VR, mari kita beralih ke pembahasan tentang augmented reality!
Apa itu augmented reality?
Augmented reality atau realitas berimbuh adalah teknologi yang menggabungkan objek virtual 2 atau 3 dimensi ke dalam dunia nyata dan menyajikannya secara real-time. Dalam teknologi AR, terdapat 3 elemen utama yaitu gabungan antara dunia digital dan nyata, interaksi yang terjadi secara real-time, serta identifikasi objek yang akurat.
Sejarah pengembangan teknologi AR sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1968 oleh seorang peneliti dari Harvard bernama Ivan Sutherland. Dia juga dikenal sebagai Bapak Komputer Grafis. Teknologi AR telah mengalami perkembangan pesat dan memberikan kontribusi besar bagi berbagai industri, seperti game, film, dan pemasaran. Dengan kemampuan menggabungkan objek virtual ke dalam dunia nyata, AR dapat menciptakan pengalaman yang interaktif dan menarik bagi pengguna.
Tipe-tipe AR
Dalam penggunaannya, augmented reality (AR) dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan metodenya yaitu marker based augmented reality (AR berbasis penanda) dan markerless augmented reality (AR tanpa penanda).
Pada AR berbasis penanda, pengguna perlu menunjukkan atau mengarahkan kamera pada penanda atau marker tertentu agar objek virtual dapat muncul. Sedangkan pada AR tanpa penanda, objek virtual dapat ditampilkan tanpa harus menggunakan marker atau penanda tertentu. Metode AR tanpa penanda menggunakan teknologi pemindaian objek 3 dimensi dan pengenalan citra untuk melacak lingkungan sekitar dan menempatkan objek virtual di lokasi yang tepat.
Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung pada kebutuhan dan tujuan penggunaannya. AR telah digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi, mulai dari game, pendidikan, pemasaran, hingga industri kreatif.