Sebuah dunia paralel yang absurd, ada pengadilan yang mengadili... Tuhan. Tuhan. Yang Maha Kuasa. Yang menciptakan langit dan bumi. Digugat. Oleh siapa? Tentu saja oleh mereka yang merasa paling pintar sedunia: para ateis.
Jaksa utamanya? Seorang bernama Iman Skeptis. Ironis memang namanya, tapi begitulah hidup - penuh ironi yang kadang bikin ketawa, kadang bikin mules.
"Yang Mulia," Iman memulai dakwaannya dengan gaya sok intelek, "kami menggugat Terdakwa atas tuduhan menciptakan dunia yang tidak sempurna!"
Hadirin terkesiap. Sebagian mengangguk setuju, sisanya geleng-geleng kepala.
Tuhan? Dia diam saja. Mungkin geli. Atau mungkin sedang menahan tawa.
"Bukti pertama!" Iman berseru, "Penyakit! Kenapa ada penyakit kalau Tuhan itu baik?"
Pengacara Tuhan, seorang nenek renta bernama Oma Bijak, bangkit perlahan. "Yang Mulia, bukankah penyakit membuat kita menghargai kesehatan? Lagipula, banyak penemuan medis yang membuat hidup lebih baik berkat adanya penyakit."
Iman mendengus, "Omong kosong! Bukti kedua: perang dan konflik! Harusnya dunia damai kalau Tuhan ada!"
Oma Bijak tersenyum, "Nak, perang dan konflik itu buatan manusia. Tuhan memberi kita pilihan. Kitalah yang memilih untuk bertikai."
"Hah, selalu saja begitu! Menyalahkan manusia!" Iman memutar bola matanya. "Bukti ketiga: ketidakadilan! Kenapa ada yang kaya dan miskin?"
"Mmm," Oma Bijak mengetuk-ngetuk dagunya, "mungkin agar kita belajar berbagi dan membantu sesama?"