Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amunisi Menipis, Israel di Ambang Keputusan Besar

4 Juli 2024   17:03 Diperbarui: 4 Juli 2024   17:04 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana Serangan ke Lebanon

Di tengah polemik internal, Israel justru mengumumkan rencana serangan ke Lebanon. Melalui pernyataan militer pada Selasa, 18 Juni 2024, Israel menyatakan telah menyetujui dan memvalidasi rencana operasional untuk serangan di Lebanon.

Keputusan ini tentu berdampak pada strategi militer Israel secara keseluruhan. Mereka harus membagi amunisi dan sumber daya untuk dua front pertempuran: Gaza dan Lebanon. Hal ini semakin mempersulit posisi Israel, mengingat persediaan amunisi mereka yang semakin menipis.

Friksi Internal dan Perbedaan Pandangan

Situasi ini memicu friksi antara militer dan pemerintahan Netanyahu. Pihak militer mengkhawatirkan terjadinya "perang abadi" ketika amunisi mereka mulai terkikis habis. Mereka juga frustrasi karena Netanyahu disebut menolak berkomitmen pada rencana pasca perang yang jelas.

Di sisi lain, beberapa pihak dalam militer berpendapat bahwa mempertahankan Hamas berkuasa dengan imbalan kembalinya para sandra mungkin menjadi pilihan yang tidak terlalu buruk. Pandangan ini tentu bertentangan dengan tujuan besar Netanyahu yang ingin memberantas Hamas hingga tuntas.

Respon Hizbullah

Sementara itu, kelompok Hizbullah di Lebanon menyatakan siap menghentikan perang dengan Israel, dengan syarat dilakukannya gencatan senjata di Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh wakil pemimpin Hizbullah, Syeikh Naim Qassem, pada Selasa, 2 Juli 2024.

Qassem menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk menghentikan permusuhan di perbatasan Lebanon-Israel adalah gencatan senjata penuh di Gaza. Namun, ia juga mengakui bahwa pihaknya tidak tahu apakah gencatan senjata itu akan benar-benar terjadi.

"Kami siap menghentikan pertempuran jika Israel berhenti menyerang Gaza. Namun, jika Israel melanjutkan agresinya, kami akan terus melawan," ujar Qassem.

Hizbullah juga memperingatkan bahwa jika Israel meluncurkan operasi terbatas di Lebanon, mereka tidak boleh berharap pertempuran di perbatasan akan usai. Bahkan, kelompok ini menyebut bahwa kelompok-kelompok bersenjata di Irak, Suriah, Yaman, dan Iran siap membantu Hizbullah dalam konfrontasi dengan Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun