Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Keluarga Hartono Bawa Klub Como Menuju Kejayaan Serie A Italia

21 Mei 2024   02:18 Diperbarui: 21 Mei 2024   02:34 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembaran baru telah diukir dalam sejarah sepak bola Italia. Komo 1907, klub yang dimiliki keluarga Hartono, salah satu keluarga terkaya di Indonesia melalui Djarum Grup, berhasil mencetak sejarah dengan mempromosikan diri ke Serie A musim depan.

Perjuangan keras selama satu musim di Serie B akhirnya membuahkan hasil manis. Bermain imbang 1-1 melawan Cosenza Calcio pada laga pamungkas, cukup untuk memastikan Komo finish di peringkat kedua klasemen dengan raihan 73 poin, unggul 3 angka dari Venezia yang kalah 1-2 dari Spezia.

Promosi ke Serie A, kasta tertinggi sepak bola Italia, menjadi momen spesial bagi Komo dan masyarakat Indonesia. Sejak diakuisisi oleh Bambang Hartono dan Karim Hartono pada 2019 lalu, Komo sukses mendaki tangga promosi dengan ambisi dan strategi yang matang.

"Saya ingin membawa Komo ke tempat yang pantas mereka dapatkan, yakni di Serie A," ungkap Cesc Fabregas, legenda Arsenal dan timnas Spanyol, yang bergabung sebagai pemegang saham minoritas sekaligus asisten pelatih Komo.

Selain Fabregas, Komo juga melibatkan sosok-sosok berpengalaman seperti Thierry Henry dan Dennis Wise dalam jajaran manajemen. Dukungan finansial dari Djarum Grup, ditopang kehadiran pakar-pakar sepak bola dunia, menjadi kunci penting keberhasilan Komo meraih promosi kali ini.

Perjalanan Menuju Serie A

Komo memulai musim 2023/2024 di Serie B dengan ambisi tinggi untuk mencapai promosi. Dibawah arahan Fabregas yang menjabat pelatih sementara, Komo tampil apik hingga pekan ke-7 dengan hanya satu kekalahan dan lima kemenangan beruntun.

Sebulan kemudian, tongkat komando dipegang oleh Usl Roberts karena Fabregas belum memiliki lisensi kepelatihan UEFA. Meski begitu, peran Fabregas tetap krusial sebagai asisten pelatih di ruang ganti.

Memasuki paruh kedua musim, persaingan semakin ketat di papan atas. Komo harus bersaing ketat dengan Venezia, Parma, dan Cremonese yang juga mengincar tiket promosi.

Salah satu momen krusial terjadi saat Komo mengalahkan Venezia 2-1. Kemenangan ini membantu mereka menyalip Venezia di peringkat kedua klasemen dan mempertahankannya hingga laga pamungkas melawan Cosenza.

Meski bermain imbang 1-1, hasil itu cukup untuk memastikan Komo promosi ke Serie A usai Venezia kalah 2-1 dari Spezia. Momen haru dan selebrasi pun terpampang di wajah Fabregas dan anak-anak asuhnya.

Di tubuh kepelatihan Komo, ada sosok legenda Timnas Indonesia, Kurniawan Yulianto, yang bertugas sebagai asisten pelatih. Kehadirannya memberi perspektif berbeda sekaligus menandai kebangkitan sepak bola Tanah Air.

Keberhasilan promosi ke Serie A menjadi awal babak baru bagi Komo. Serie A membawa tantangan yang jauh lebih berat dibanding Serie B. Namun dukungan penuh keluarga Hartono dan legenda sepak bola seperti Fabregas dan Henry, membuat Komo optimistis bisa bersaing di kompetisi elite Italia.

"Di musim pertama, Komo tak akan jor-joran dengan target tinggi. Bertahan di Serie A dan tak terdegradasi menjadi prioritas. Musim kedua, baru mungkin meningkatkan target ke papan atas, bahkan memperebutkan gelar juara," kata pengamat sepak bola Gianni Ramdani.

Mimpi Yang Diwujudkan

Keberhasilan Komo mewujudkan mimpinya merupakan puncak kerja keras semua pihak: para pemain, staf pelatih dan manajemen, serta dukungan finansial dari keluarga Hartono. Kisah ini membuktikan bahwa ambisi, kerja keras dan kegigihan mampu mengantarkan sebuah tim sepak bola menuju kejayaan.

"Ini salah satu tantangan terpenting dalam karir saya," ungkap Fabregas seusai memastikan promosi. "Komo punya masa depan panjang sebagai sebuah klub."

Keputusan keluarga Hartono mengakuisisi Komo saat masih bemain di Serie D pada 2019 terbilang mengejutkan. Namun dalam waktu empat tahun, kepemilikan yang disokong dengan pendanaan kuat dari Djarum Grup mengubah wajah klub kota kecil di Provinsi Lombardia itu.

Menurut laporan Forbes edisi 2023, kekayaan keluarga Hartono mencapai 39,7 miliar dolar AS atau setara Rp 593 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS). Jumlah itu menempatkan mereka sebagai orang terkaya kedua di Indonesia setelah Keluarga Hartarto.

Angka fantastis ini memberi ruang gerak luas bagi Komo untuk menggelontorkan dana besar demi merekrut para pemain bintang dan membangun infrastruktur klub yang representatif. Ambisi keluarga Hartono pun sejalan dengan visi Komo untuk segera meraih kejayaan di pentas sepak bola Italia.

"Bersama para legenda, kami bertekad membuat Komo jadi salah satu tim terbesar di Serie A dalam beberapa tahun mendatang," tutur Michael Bambang Hartono, putra sulung Bambang Hartono.

"Prestasi Komo saat promosi menunjukkan kami di jalur yang benar untuk meraih mimpi itu," sambungnya.

Mimpi keluarga Hartono menjadikan Komo sebagai salah satu kekuatan baru di Serie A tampaknya tak lagi sekedar angan-angan. Dengan rekam jejak membanggakan di Serie B dan suplai dana melimpah dari Djarum Grup, peluang itu terbuka lebar.

Regenerasi Pemain dan Bangkitnya Sepak Bola Indonesia

Tak hanya mimpi jangka panjang, kepemilikan keluarga Hartono atas Komo berpotensi membangkitkan kejayaan sepak bola Indonesia yang sempat terpuruk selama beberapa dekade terakhir.

Como dikabarkan tengah melakukan negosiasi untuk memboyong striker andalan Timnas Indonesia, Tahir Ramadhan, ke skuadnya musim depan. Gelandang serang Witan Sulaiman juga dirumorkan menjadi buruan Komo berikutnya.

"Ini akan jadi wadah yang bagus untuk perkembangan atlet Timnas Indonesia jika ada yang Meregenerasi Pemain dan Bangkitnya Sepak Bola Indonesia

Tak hanya mimpi jangka panjang, kepemilikan keluarga Hartono atas Komo berpotensi membangkitkan kejayaan sepak bola Indonesia yang sempat terpuruk selama beberapa dekade terakhir.

Komo dikabarkan tengah melakukan negosiasi untuk memboyong striker andalan Timnas Indonesia, Tahir Ramadhan, ke skuadnya musim depan. Gelandang serang Witan Sulaiman juga dirumorkan menjadi buruan Komo berikutnya.

"Ini akan jadi wadah yang bagus untuk perkembangan atlet Timnas Indonesia jika ada yang memenuhi standar untuk bermain di Serie A. Mereka bisa didatangkan ke Komo secara profesional," ujar Akmal Marhali, Ketua Umum PSSI.

Kehadiran pemain Indonesia di Serie A bisa memberi dampak signifikan dalam mengangkat sepak bola Tanah Air, baik dari segi kualitas permainan, jam terbang, hingga eksposur global.

Sebagai pembanding, kehadiran mantan striker Timnas Belanda, Raphael Patrix di Persib Bandung pada 2000 lalu, mampu mendongkrak antusiasme publik sekaligus mengangkat standar permainan di Liga Indonesia kala itu.

Menurut catatan PSSI, jumlah pemain Indonesia yang berkiprah di luar negeri pun sedikit demi sedikit mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Selain Witan di Persita Tangerang, ada Sandy Putra yang bermain di Buriram United Thailand dan Ricky Kambuaya yang berkiprah di Malaysia melalui klub Kedah FA.

Di masa lalu, Indonesia juga pernah memiliki legenda seperti Bambang Pamungkas yang mengantarkan Persija Jakarta juara Piala FA Malaysia pada 1996. Namun, kesuksesan tersebut belum mampu membawa sepak bola Indonesia sepenuhnya mendunia.

Kini, peluang untuk meraih kejayaan dunia terbuka lebar melalui Komo yang miliki kekuatan finansial dan jaringan internasional yang kuat. Masalah pemain berbakat melaju ke luar negeri bukan lagi soal biaya dan infrastruktur klub, melainkan standar permainan atlet Indonesia sendiri.

"Jika mampu memenuhi standar Serie A, jalan terbuka untuk para pemain lokal bergabung dengan Komo. Ini peluang untuk mengangkat level mereka sekaligus mengharumkan nama bangsa," tambah Akmal.

Perkembangan PSIS Semarang Milik Keluarga Hartono

Selain Komo, keluarga Hartono juga diketahui memiliki PSIS Semarang sejak akusisi kepemilikan pada tahun 2020. Hengky Solaiman, mantan pesepakbola Tim Merah Putih dan Timnas Indonesia, ditunjuk sebagai CEO yang membidani program pembinaan di PSIS.

Melalui program "Gale Sae Ndherekke (Galen The Next Level)" atau disingkat GSN, Hengky dan staf melakukan serangkaian pembenahan. Infrastruktur klub seperti stadion, gedung serba guna, mess pemain hingga kamp latihan telah dibenahi dan mengikuti standar profesional.

Program kaderisasi pemain muda pun digalakkan melalui akademi sepak bola di sejumlah titik di Jawa Tengah. "Tujuannya, menciptakan wadah pembinaan yang baik untuk menyiapkan atlet berbakat bersaing di tingkat nasional dan internasional di masa depan," ujar Hengky.

Hasilnya, PSIS berhasil meraih gelar juara Piala Menpora tahun lalu setelah mengalahkan Persib Bandung di partai puncak. Membanggakan untuk level awal pembangunan.

Pengerjaan master plan untuk PSIS masih terus berlangsung. Para pemain muda diproyeksikan dapat melanjutkan karir lebih tinggi di Komo apabila sudah memenuhi standar, begitu pula sebaliknya. Sinergi dan pola kaderisasi yang terstruktur seperti ini diharapkan dapat mengangkat standar kompetisi sepak bola Indonesia dan menciptakan lebih banyak pemain berkualitas di masa depan.

Investasi Keluarga Hartono di ranah sepak bola menjadi angin segar bagi pecinta sepak bola Indonesia. Sejarah membuktikan, tanpa dukungan finansial yang kuat, sulit bagi klub dan atlet sepak bola Tanah Air untuk berkembang dan meraih prestasi gemilang.

Nama-nama pengusaha seperti Arifin Panigoro (Arema), Chairul Tanjung (Persija), hingga Erick Tohir (PBSI dan Inter Milan) sebelumnya juga memberikan kontribusi besar bagi kemajuan olahraga Indonesia, baik melalui klub maupun induk organisasi.

Kini, dengan dimulainya langkah serius dari keluarga Hartono yang menggelontorkan dana besar untuk mengangkat Komo dan PSIS, tak mustahil Indonesia bisa kembali berjaya di pentas sepak bola dunia seperti kejayaan di masa lalu yang sempat terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun