Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengejutkan! Inilah Alasan Sebenarnya Kenapa Dunia Selalu Butuh Orang Miskin

19 Mei 2024   06:02 Diperbarui: 19 Mei 2024   06:02 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah kebijakan redistribusi kekayaan dari golongan kaya kepada golongan miskin. Ini dapat diwujudkan melalui sistem perpajakan yang progresif, di mana golongan kaya dikenakan pajak yang lebih tinggi dibanding golongan miskin.

Pajak tinggi bagi orang kaya bukanlah hal baru. Di Amerika Serikat, misalnya, pada era pemerintahan Franklin D. Roosevelt, orang kaya dikenakan pajak pendapatan hingga 94% pada 1944-1945 untuk mendanai perang dan program kesejahteraan. Kebijakan serupa juga pernah diterapkan di Inggris pada masa pasca Perang Dunia II.

Dana pajak dari golongan kaya tersebut kemudian dapat disalurkan untuk program-program pengentasan kemiskinan seperti jaminan sosial, subsidi pangan, pendidikan gratis, bantuan tunai langsung, dan lain sebagainya. Dengan demikian, golongan miskin memiliki akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Tentu saja, kebijakan redistribusi kekayaan ini harus dilakukan dengan bijak dan terukur. Pajak yang terlalu tinggi dapat menghambat investasi dan menciptakan disinsentif bagi golongan kaya untuk terus produktif. Oleh karena itu, diperlukan kajian mendalam untuk menentukan tingkat pajak yang optimal bagi setiap kelompok masyarakat.

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Selain redistribusi kekayaan, pemerintah juga dapat memberdayakan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan taraf ekonomi mereka sendiri. Ini dapat dilakukan melalui program-program seperti pelatihan keterampilan, akses pendanaan usaha mikro, penyediaan infrastruktur pendukung, dan lain sebagainya.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin secara berkelanjutan. Dengan memiliki keterampilan dan akses modal, mereka dapat membangun usaha kecil atau menjadi pekerja terampil yang lebih produktif.

Tentunya, program pemberdayaan ekonomi ini harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah. Pemerintah pusat dan daerah perlu bekerja sama untuk mengidentifikasi peluang ekonomi dan merancang program yang tepat sasaran.

Pendidikan sebagai Kunci Kemajuan

Aspek lain yang tidak kalah penting adalah pendidikan. Pendidikan berkualitas merupakan kunci untuk memutus lingkaran kemiskinan antar generasi. Dengan pendidikan yang baik, anak-anak dari keluarga miskin memiliki peluang yang lebih besar untuk keluar dari jeratan kemiskinan di masa depan.

Pemerintah harus memastikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi ketersediaan fasilitas maupun kualitas pengajaran. Kurikulum pendidikan juga perlu disesuaikan agar relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun