Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diamlah, Maka Kita Akan Selamat

9 Februari 2023   17:52 Diperbarui: 9 Februari 2023   18:00 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari semua itu, tentu pada akhirnya kita harus mencoba untuk belajar diam. Setidaknya, cobalah untuk diam dari pembicaraan hal yang tidak diperlukan; baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Setidaknya, ketika kita mencoba untuk banyak diam, dijamin kita tidak akan menyesal. Kita tak akan gundah gulana ketika menerapkan 'berbicara seperlunya'. Kita pasti merasakan betul, sehabis kita berbicara bersama teman kita di saat kumpul-kumpul; sehabis pulang dari situ, pasti kita merasa tidak enakan. "tadi dia sakit hati gak ya karena bercandaan gua", "dia merasa risih sama gua gak ya, karena gua nasehatin dia mulu"; pasti rasa tidak enak itu akan selalu muncul ketika kita berbicara terlalu banyak.

Oleh karena itu, memang sepantasnya kita harus mengistirahatkan mulut kita, apalagi di zaman yang penuh kebisingan ini. Sebagaimana manusia punya hak, mulut kita juga punya hak yang harus kita penuhi: diam. Sedari kecil, kita terus membuka mulut untuk terus berbicara, tetapi susah sekali rasanya untuk menutup mulut kita sendiri.  Malah kita dengan mudahnya menutup mulut orang lain dengan mulut kita yang punya kuasa, entah itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Mau sampai kapan kita memanen dosa, sebab ulah mulut kita yang tidak bisa di kontrol?

Pada akhirnya kita menjadi tau, bahwa mulut dan jari yang kita gunakan untuk berbicara di dua dunia yang berbeda itu tidak selamanya bisa menyenangkan orang lain; tidak selamanya bisa berkata yang baik kepada orang lain. Karenanya, sikap diam merupakan langkah yang tepat untuk kita pencet tombolnya ketika dalam suasana pembicaraan yang tidak perlu. 

Kurangi kesoktahuan kita dengan sikap diam; kurangi berkata buruk kepada orang lain dengan menahan mulut dan jari kita dengan sikap diam. Sebab, Salamatul insan fi hifdzil lisan - selamatnya manusia tergantung bagaimana ia mampu menjaga lisannya, begitulah hadis yang disampaikan oleh sang manusia termulia, Nabiyyuna Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam. Jadi, kapan mau diam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun