Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Book

Buku, Teman dalam Kesunyian dan Pelepas Kebelengguan

18 Oktober 2022   23:05 Diperbarui: 18 Oktober 2022   23:13 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkataan Pram itu seakan memecut kesadaran saya; tanpa membaca, saya adalah seseorang yang merugi dan penuh dengan Kesia-siaan. Seakan Pram ingin menunjukkan, bahwa membaca itu layaknya seperti makan. 

Tubuh kita bisa kuat dan sehat karena adanya asupan makanan yang masuk; begitupun juga dengan pikiran, pikiran kita bisa kuat, tajam dan kritis, kalau kita sering memberikan asupan makanan ke dalam akal kita, yakni dengan membaca.

Kita mengetahui dan menyadari, bahwa hidup yang kita jalani begitu singkat, pengalaman kita pun terkesan tidak banyak; maka dari itu, rajin dan tekun membaca buku adalah suatu solusi untuk mengelilingi dan mengenal dunia secara singkat. 

Argumen ini tentunya sekaligus bisa menjadi suatu pegangan untuk seseorang yang tak pernah piknik sebab terkendala karena tidak adanya uang; bahwa dengan sungguhnya ia membaca buku, ia bisa menutupi kekurangan pengalaman di hidup nya. 

Sebab, ketika kita membaca, otomatis wawasan akan bertambah luas.

Mungkin Sebagian dari kita pernah melihat slogan di media-media sosial, "membaca adalah melawan", "Lawanlah Kebodohan dengan membaca", "bangkitkan rasa keingintahuanmu dengan membaca", dll. 

Hal itu menunjukkan bahwa membaca itu memang suatu bentuk resistensi terhadap kebodohan dan kedangkalan, dan buku adalah salah satu senjata untuk menajamkan pikiran kita dari ketumpulan akal kita yang jarang diasah; bahkan dengan membaca buku, kita bisa membuat perubahan, entah itu pada level diri kita sendiri, lingkungan kita, bahkan dalam spektrum yang lebih luas lagi. Akan tetapi, sedikit sekali yang menyadari hal itu.

Sesuatu yang aneh apabila kita ingin merubah keadaan suatu bangsa, mengubah suatu negeri, tetapi tidak membaca buku. Sungguh absurd seseorang yang begitu. Bagaimana mungkin ia merubah sesuatu, namun tidak berdasarkan referensi yang ada. 

Maka yakinilah, kalau seandainya pejabat-pejabat yang duduk di pemerintahan atau di kursi legislatif, namun ia tidak pernah membaca buku, bisa dipastikan negara Indonesia tidak akan berkemajuan. Sebab, kunci dari segala kemajuan dan kesuksesan, apapun itu, yha dimulainya dari giatnya kita membaca.

Mustahil kita bisa berkualitas, kalau tidak menjadikan buku sebagai teman dalam kesunyian kita. Seseorang yang mau dirinya tidak dijajah oleh kebodohan dan ketidaktahuan, maka haruslah mempunyai kebiasaan membaca buku. 

Sebab, bukulah yang menjadi sumbernya ilmu yang paling otoritatif. Jadinya, tak mungkin kita bisa berilmu, tak mungkin kita bisa kritis terhadap sesuatu, kalau kita malas membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun