Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Usah Hidup Kalau Tidak Mau Menderita

31 Agustus 2022   14:17 Diperbarui: 31 Agustus 2022   14:24 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia mana yang terlepas dari penderitaan? Seperti hal nya dengan rasa senang, dalam diri manusia pasti ada derita. Penderitaan ini tentunya lebih banyak datang karena kita sendiri. Ketika kita menginginkan sesuatu, namun pada kenyataannya, hal itu tidak terpenuhi, maka kita akan menderita.

Dalam hidup, setiap manusia mempunyai keinginan yang tiada akan ada habisnya; ingin punya rumah mewah, mobil mewah, jam tangan mewah, atau bahkan ingin punya pasangan yang super cantik. Hal itu tentunya wajar dan tidak dilarang. Namun, kita pun juga harus sadar, bahwa tak semua keinginan kita bisa terwujud. 

Sehingga, ketika seseorang tidak terwujud keinginan nya, hal itu bisa dipastikan akan mengalami kegalauan dan derita yang ia terima.

Percaya atau tidak, kemajuan zaman yang ada pada sekarang ini bisa meningkatkan kecemasan dan penderitaan pada diri kita. Disrupsi informasi yang ada pada masa sekarang adalah penyebabnya. 

Misalnya saja, ketika kita melihat teman kita sudah mempunyai pacar di medsos nya, kita sebagai seseorang yang masih jomblo, iri dan menderita melihat hal tersebut. Juga selain itu, kita merasa insecure karena melihat teman kita sudah sukses secara finansial yang ia upload di status WhatsApp nya

Penderitaan yang kita rasakan sepenuhnya berasal dari segala bentuk respon negative kita terhadap sesuatu yang kita cemaskan. Ketika kita menolak memikirkan segala ke-overthinkingan yang ada dan tetap berpikir positif, maka kita tak akan menderita. 

Ketika kita tetap berpikiran positif, maka pandangan kita akan terpacu menjadi senang dan gembira melihat teman kita yang sudah sukses secara finansial nya; walaupun kita sendiri belum punya pekerjaan. Saat kita berpikir bahwa setelah ia mendapatkan pekerjaan dan menjadi sukses, kita pun akan demikian juga, walaupun sekarang belum waktunya; Maka bisa dipastikan kita tak akan menderita

Bentuk penderitaan yang ada di dalam realitas hidup manusia sangatlah beragam. Setiap manusia yang ada di muka bumi ini pernah menderita; baik dari zamannya Nabi Adam hingga sekarang. Bahkan manusia sekelas Nabi pun juga pernah menderita kok, walaupun respons dan tanggapannya tak se-lebay kita.

Siapa yang tidak kenal Nabi Ayub, seorang Nabi Allah yang terkenal mempunyai sifat sabar yang luar biasa menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah ta'ala. Derita yang tiada abisnya dan datangnya bertubi-tubi membuat Nabi Ayub malah semakin kuat dan teguh dalam beriman kepada Allah.  Membayangkan apa saja yang di derita olehnya saja, kita pasti sungguh sudah tidak kuat, apalagi mengalaminya langsung.

Mulai dari terkena penyakit kulit, harta benda nya tiada tersisa, anak-anaknya meninggal dunia, serta masyarakat di negeri tersebut mengucilkannya, itulah yang dialami oleh Nabi Ayub pada waktu itu. 

Setelah mengalami penderitaan tersebut yang dialaminya selama 18 tahun, apakah Nabi ayub mengeluh dan berburuk sangka kepada Allah? Tentu saja tidak. Justru ia melakukan sebaliknya, dengan tetap berprasangka baik kepada Allah sang penciptanya.

Contohlah Nabi Ayub. Lihatlah seberapa besar penderitaan yang dialami olehnya, namun ia tetap berprasangka baik kepada tuhannya. Ini yang kita lupa dan sering kita abaikan ketika kita menderita. Seringkali kita malah menyalahkan Allah ketika kita menderita. Yang lebih parahnya lagi, kita malah meninggalkan dan malah menjauh dari sang pencipta ketika kita menderita. Bisa apa kita kalau tidak ada intervensi dari-Nya?

Kalau dipikir-pikir secara biasanya orang normal berpikir, penderitaan itu kan sesuatu yang tidak enak. Kalau sudah begitu, orang akan menghindar dari penderitaan atau cepat-cepat mencari solusi agar tidak menderita lagi.

Namun, ketika kita membaca penderitaan ini menggunakan perspektif agama, maka lain lagi responnya. Clifforf Geertz pernah mengatakan bahwa secara paradoks, agama itu mengajari kita bukan bagaimana kita bisa menghindar dari penderitaan, akan tetapi bagaimana kita bisa survive, bisa kuat, bisa menanggung apapun penderitaan yang sedang kita hadapi.

Sebenarnya, Allah itu menciptakan penderitaan bukan untuk membuat manusia sengsara dan celaka. Allah tidak sejahat itu kok. Namun, sebagaimana kita mau lulus sekolah, pastinya ada ujian dan tes dulu kan? 

Begitupun juga dalam hal ini .  Allah SWT ingin mengetes kita, apakah kita tetap di jalurnya atau tidak. Ketika kita lagi menderita, apakah kita masih tetap beriman dan bertakwa kepadanya atau tidak.

Memang perlu kiranya, kita harus memakai kerangka berpikir dan kerangka bertindak dari perspeketif agama, agar kita bisa kuat dan Tangguh dalam menghadapi problem-problem penderitaan, sebagaimana hal nya kisahnya Nabi Ayub AS diatas.

Pada dasarnya, hidup itu tidak berjalan dengan statis, pasti akan selalu berubah. Dalam perubahan itulah terkadang ada penderitaan. Sayapun juga merasakan, semakin dewasanya kita, semakin besar juga penderitaan yang kita rasakan. Bahkan, sayapun merasakan pada suatu waktu, kehidupan yang sungguh berat untuk dijalankan.

Terlepas dari itu, hadapilah penderitaan itu dengan kekuataan. Sebab, penderitaan itu idealnya bukan untuk dihindari, namun sebagai jalan untuk pembersihan diri kita. Supaya diri kita menjadi jiwa yang lebih Tangguh lagi dalam menghadapi segala penderitaan yang ada; baik penderitaan yang sifatnya kecil maupun besar.

Mungkin kita bisa ambil contoh kenapa bisa disebut sebagai jalan pembersihan diri kita. Bagi yang terbiasa puasa senin kamis, pada dasarnya itu merupakan penderitaan secara fisik lho, karena menahan lapar, minum, dan godaan lainnya yang dilarang selama lebih kurang 12 jam. Akan tetapi, ketika kita bisa melewati penderitaan itu, ruhani kita tampak lebih cemerlang.

Contoh lainnya yang bisa diambil terkait penderitaan ini adalah menuntut ilmu. Tidak akan sukses seseorang di masa depannya kalau ia tidak belajar atau menuntut ilmu hari ini. Belajar sungguh-sungguh, sekolah 12 tahun plus 4 tahun di bangku perkuliahan capek dan penderitaan nya luar biasa sekali. Namun, ketika kita bisa Tangguh dan kuat melewati itu semua, hasil manisnya akan kita dapatkan.

Oleh karena itu, hadapi saja kalau penderitaan itu datang kepada kita. Allah tidak akan menurunkan penderitaan supaya kita sengsara. Bukan. Melainkan, agar kita bisa naik level di dalam kesabaran dan keteguhan untuk menghadapi penderitaan-penderitaan yang lebih berat lagi pada masa yang akan datang.

 Sekali lagi, hadapi ya. Jangan malah lari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun