Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Usah Hidup Kalau Tidak Mau Menderita

31 Agustus 2022   14:17 Diperbarui: 31 Agustus 2022   14:24 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohlah Nabi Ayub. Lihatlah seberapa besar penderitaan yang dialami olehnya, namun ia tetap berprasangka baik kepada tuhannya. Ini yang kita lupa dan sering kita abaikan ketika kita menderita. Seringkali kita malah menyalahkan Allah ketika kita menderita. Yang lebih parahnya lagi, kita malah meninggalkan dan malah menjauh dari sang pencipta ketika kita menderita. Bisa apa kita kalau tidak ada intervensi dari-Nya?

Kalau dipikir-pikir secara biasanya orang normal berpikir, penderitaan itu kan sesuatu yang tidak enak. Kalau sudah begitu, orang akan menghindar dari penderitaan atau cepat-cepat mencari solusi agar tidak menderita lagi.

Namun, ketika kita membaca penderitaan ini menggunakan perspektif agama, maka lain lagi responnya. Clifforf Geertz pernah mengatakan bahwa secara paradoks, agama itu mengajari kita bukan bagaimana kita bisa menghindar dari penderitaan, akan tetapi bagaimana kita bisa survive, bisa kuat, bisa menanggung apapun penderitaan yang sedang kita hadapi.

Sebenarnya, Allah itu menciptakan penderitaan bukan untuk membuat manusia sengsara dan celaka. Allah tidak sejahat itu kok. Namun, sebagaimana kita mau lulus sekolah, pastinya ada ujian dan tes dulu kan? 

Begitupun juga dalam hal ini .  Allah SWT ingin mengetes kita, apakah kita tetap di jalurnya atau tidak. Ketika kita lagi menderita, apakah kita masih tetap beriman dan bertakwa kepadanya atau tidak.

Memang perlu kiranya, kita harus memakai kerangka berpikir dan kerangka bertindak dari perspeketif agama, agar kita bisa kuat dan Tangguh dalam menghadapi problem-problem penderitaan, sebagaimana hal nya kisahnya Nabi Ayub AS diatas.

Pada dasarnya, hidup itu tidak berjalan dengan statis, pasti akan selalu berubah. Dalam perubahan itulah terkadang ada penderitaan. Sayapun juga merasakan, semakin dewasanya kita, semakin besar juga penderitaan yang kita rasakan. Bahkan, sayapun merasakan pada suatu waktu, kehidupan yang sungguh berat untuk dijalankan.

Terlepas dari itu, hadapilah penderitaan itu dengan kekuataan. Sebab, penderitaan itu idealnya bukan untuk dihindari, namun sebagai jalan untuk pembersihan diri kita. Supaya diri kita menjadi jiwa yang lebih Tangguh lagi dalam menghadapi segala penderitaan yang ada; baik penderitaan yang sifatnya kecil maupun besar.

Mungkin kita bisa ambil contoh kenapa bisa disebut sebagai jalan pembersihan diri kita. Bagi yang terbiasa puasa senin kamis, pada dasarnya itu merupakan penderitaan secara fisik lho, karena menahan lapar, minum, dan godaan lainnya yang dilarang selama lebih kurang 12 jam. Akan tetapi, ketika kita bisa melewati penderitaan itu, ruhani kita tampak lebih cemerlang.

Contoh lainnya yang bisa diambil terkait penderitaan ini adalah menuntut ilmu. Tidak akan sukses seseorang di masa depannya kalau ia tidak belajar atau menuntut ilmu hari ini. Belajar sungguh-sungguh, sekolah 12 tahun plus 4 tahun di bangku perkuliahan capek dan penderitaan nya luar biasa sekali. Namun, ketika kita bisa Tangguh dan kuat melewati itu semua, hasil manisnya akan kita dapatkan.

Oleh karena itu, hadapi saja kalau penderitaan itu datang kepada kita. Allah tidak akan menurunkan penderitaan supaya kita sengsara. Bukan. Melainkan, agar kita bisa naik level di dalam kesabaran dan keteguhan untuk menghadapi penderitaan-penderitaan yang lebih berat lagi pada masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun