Tidak semua permasalahan di kehidupan ini harus diratapi terus menerus dengan kesedihan dan kemumetan. Adakalanya anda perlu tertawa untuk menghilangkan segala kejenuhan. Ketika hidup anda mau baik, maka sekali-kali anda harus tertawa.
Tertawa itu merupakan hal yang baik. Tertawa itu adalah sesuatu yang bagus, bahkan bisa menjadi obat. Apalagi kita adalah makhluk yang bernama manusia. Mustahil di dalam kehidupan di dunia, sesorang tidak pernah ketawa. Pasti seluruh manusia di muka bumi ini pernah tertawa. Pernah bercanda. Pernah berhumor. Pernah ditertawakan. Yha begitulah hakikatnya manusia.
Kalau Socrates pernah bilang manusia itu ada ketika ia berpikir, lain lagi dengan perkataannya Henri Bergson. Penulis Buku Filosofi Tertawa itu mengatakan, bahwa manusia itu ada bukan hanya ketika ia berpikir saja, namun ketika manusia itu bisa tertawa dengan lepas.Â
Karena menurutnya, sebagaimana hal nya dengan akal, tertawa merupakan indikator lain ketika membedakan antara manusia dan hewan.
Mungkin rasa-rasanya anda tidak akan sadar bahwa diri anda itu sebenarnya lucu dan mempunyai kelucuan. Walaupun anda tidak melawak.Â
Misalnya saja, ketika anda melakukan sebuah ritme aktivitas sehari-hari dengan terlalu serius dan kaku, anda terlalu berambisi dengan pekerjaan anda sehingga anda terlihat seperti robot, maka secara tidak sadar, hal itu merupakan sebuah kelucuan.
Begitulah yang namanya manusia. Terkadang anda sampai bisa menertawakan diri anda sendiri, menertawakan kehidupan yang kadang-kadang tidak adil untukmu. Sebab, yha begitulah karakter sejati manusia seperti yang dikatakan Bergson. Manusia itu punya fitrah kelucuan.
Ketika kita membahas ini lebih dalam, tertawa itu sangat erat sekali hubungannya dengan akal. Alasannya, sebab humor itu bisa tercipta ketika kita memprosesnya lewat akal. Ketika kita menonton video lucu atau sedang bercanda dengan teman-teman, maka yang menyebabkan kita tertawa itu adalah karena akal lah yang menangkap hal itu semua. Intelektualitas kita bermain ketika sedang melucu atau menonton video lucu.
Namun cobalah ketika kita sedang meledek dan mengisengkan teman; masih dalam standar kewajaran, tapi respon temen kita itu menangkapnya dengan perasaan, maka yang terjadi selanjutnya membuat temen kita menjadi emosi dan tersinggung dengan kita, bukannya ikut tertawa. Hal seperti itu terlihat kaku sekali hidup nya. Mungkin tipe orang yang seperti itu bisa digolongkan dengan istilah baperan.
Jadi orang perasa itu memang merupakan hak bagi semua orang. Tiap-tiap orang memiliki kadar ketersingunggan yang berbeda-beda. Akan tetapi, apa gak capek di dalam hidup, kita menggunakan perasaan terus untuk menangkap semua hal yang terjadi dan datang kepada diri kita?
Sekali-kali kita perlu untuk mematikan hati kita sekejap, agar kita bisa tertawa. Supaya kita bisa berguyon dengan teman-teman kita. Kalau ada yang bilang guyonan atau humor itu merupakan hal yang sia-sia belaka, mereka keliru. Lha kenapa bisa dibilang keliru? Yha karena Nabi Muhammad SAW saja pernah dan sering berguyon kok Bersama sahabat-sahabat nya.
Jadi, di dalam kehidupannya, nabi tidak selalu serius terus, adakalanya Nabi sempatkan untuk berguyon Bersama sahabat-sahabatnya. Misalnya saja, dalam suatu Riwayat, Nabi SAW sedang duduk dan bercengkrama Bersama sahabat-sahabatnya.Â
Tak luput disana, ada menantunya yakni Sayyidina Ali bin Abi thalib. Sebagaimana kita ketika nongkrong bersama kawan, pastinya ada cemilan yha kan. Nah kebetulan cemilan pada saat itu berupa kacang kulit. Ketika Nabi sedang menikmati cemilan kacang, tiba- tiba saja Imam Ali iseng memindahkan kulit kacangnya ke tempatnya Nabi SAW sambil nyeletuk.
"Wah, saya gak mengira loh, kalau Nabi itu doyan makan kacang, sampe-sampe kacang sebanyak itu abis dimakan sendirian"
Nah selanjutnya, melihat beliau dikerjai, lantas Nabi pun lantas tak tersinggung melihat hal itu. Malah ia balik mengerjai dan tak keabisan akal untuk membalas keisengan menantunya tersebut. Beliau lantas tiba-ttiba bilang,
 "Lah aku masih mending, makan kacang, tapi kulitnya ditinggal. Daripada kamu, makan kacang, tapi tidak ada tuh aku lihat kulit kacang di depanmu, kamu makan juga, ya berarti?"
 Kita bisa melihat bahwa Setingkat Nabi dan Rasul pun juga berguyon dan tertawa. Karena yha begitulah fitrahnya manusia. Nabi pun juga manusia sama seperti kita. Nabi SAW pun juga punya yang namanya Sense of humor. Beliau dalam kesehariannya, tidak melulu serius dan berdakwah saja aktivitasnya, akan tetapi beliau melakukan kegiatan yang lain seperti bercanda dan tertawa bersama sahabat-sahabat nya.Â
Walaupun kita disarankan untuk tertawa dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tapi tetap ingat satu hal, "jangan berlebihan". Karena segala sesuatu bila kadarnya berlebihan, hal itu malah bisa berubah menjadi racun dan tidak baik.
Ketika kita tertawa terus menerus tanpa ada sebab berarti tandanya gila. Ketika kita tertawa terus menerus karena menertawakan orang lain hingga sampai merendahkan orang tersebut, selama 24 jam kita tertawa terus, berarti humor itu sudah berubah perannya. Bukan menjadi obat, bukan merupakan tindakan yang baik bagi diri kita, tapi membuat kita menjadi self ignorance - hati jadi keras.
Maka dari itu, humor boleh, Tertawa Boleh, akan tetapi jangan kebanyakan. Jangan overdosis. Taruhlah porsi yang pas ketika kita tertawa. Ibarat ketika kita memberikan garam pada suatu masakan. Dengan begitu, humor dan tawa kita bisa menjadi semacam katarsis bagi jiwa kita.
Eksislah sebagai manusia dengan tertawa secukup nya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H