Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Corat-coretan tentang Anak: Kekerasan, Hak, Kebebasan

24 Juli 2022   16:46 Diperbarui: 24 Juli 2022   17:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai yang masih menyandang sebagai seorang anak walaupun udah dewasa, kami hanya mengharapkan tumbuh kembang kami dipenuhi dengan kasih saying. Kalaupun kami nakal sedikit, tegurlah kami dengan penuh kelembutan. Kalaupun diharuskan untuk menghukum anak, hukumlah mereka dengan koridor yang tidak berlebihan. Begitulah yang kami mau sebagai seorang anak.

Yang paling penting lagi ialah, biarkan mereka (anak-anak) itu tumbuh seperti yang ia mau. Jangan sampai ada orang tua yang menyetir anaknya sesuai dengan kehendaknya. Apalagi sampai mengeksploitasi anak demi mencari uang. 

Biarlah ia merdeka dan bebas dalam menentukan masa depannya, biarlah ia mencari bingkai warna dan passionnya tersendiri. Biarkan ia tumbuh dengan caranya sendiri. Yang terpenting ia tumbuh dalam lingkaran kebaikan. Karena itu merupakan  sesuatu yang sudah cukup sempurna.

Cobalah untuk selalu mendidik dan mensosialisasikan pada anak segala yang baik, maka anak kecil itu akan menjadi orang dewasa yang mengerti tentang apa itu kebaikan serta kebajikan. Karena seperti yang diketahui, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. 

Segala sifat dan kelakuan yang ada pada anak ketika ia dewasa, tak lepas dari hasil didikan orang tuanya di waktu kecilnya. Tanamkan akhlak pada waktu kecilnya, makai ia akan Bahagia menjalani kehidupannya.

Anak-anak mempunyai hak. Dan haknya bukan hanya belajar saja. Sekarang ini banyak kita lihat anak-anak yang dipaksa untuk terus belajar dari pagi sampai sore. Pagi sampai siang ia belajar di sekolah umum, terus selanjutnya dari siang sampai sore, anak itu dipaksa untuk mengaji. 

Sebetulnya itu memang perlu dan penting. Tapi, mana haknya ia dalam bermain? apakah ia bahagia menjalankan itu setiap harinya tanpa dikasih nafas untuk melalukan aktivitas selain belajar?

Bermain itu tidak melulu sama dengan tidak berguna. Tapi adakalanya dari mereka bermain, ia bisa berkreasi dengan caranya sendiri, atau bisa juga exploring atau dreaming. Bukankah dari mereka bermain, mereka bisa Bahagia dan bisa menghasilkan manfaat?

Anak-anak kecil harus diberi hak yang seimbang antara waktunya belajar yang serius dan juga waktunya bermain. Sebagaimana mereka harus menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

Kalau sudah begitu, barulah anak menikmati kehidupannya. Barulah mereka merasa bahagia, terlindungi, dan aman. Diri ini yakin, ketika point-point itu sudah ada pada anak-anak yang ada di negara ini, dengan penuh keyakinan saya berani mengatakan bahwa Indonesia akan maju!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun