Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Corat-coretan tentang Anak: Kekerasan, Hak, Kebebasan

24 Juli 2022   16:46 Diperbarui: 24 Juli 2022   17:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegilaan yang terjadi pada era digital makin memperparah tingkah laku seseorang atau kelompok hingga terjadinya kekerasan. Beberapa hari belakangan ini, mencuat kembali kasus kekerasan yang terjadi pada anak. Pemberitaan-pemberitaan yang beredar sungguh menyayat hati siapapun yang melihatnya. tak perlu disebutkan secara spesifik tentang kasus-kasus tersebut. Tapi akan disenggol juga sedikit point nya.

Rasanya wajib bin Perlu melihat dan mempertanyakan, kenapa anak kecil rentan sekali menerima kasus kekerasan ini, entah itu dari para orang dewasa maupun teman sebayanya

Seringkali terjadi pada anak yang masih menginjakkan kakinya di sekolah dasar, mereka dibilang sedang lucu-lucunya. Iya sih, memang lucu. Tapi bukan itu yang dipermasalahkan. 

Embrio kekerasan pada anak terjadi ialah ketika keisengan oleh teman sebaya nya dianggap hanya sebagai bahan lelucon saja. Dianggap sebagai sebuah bentuk kewajaran saja. Padahal itu merupakan cikal bakal terjadinya kekerasan yang efeknya mungkin sangat panjang.

Apalagi, miris sekali ketika argumen para orang dewasa yang menyatakan kasus kekerasan pada anak ini merupakan sebuah bentuk yang masih biasa-biasa aja dan hanya bercandaan belaka. Ini mungkin terlihat tidak nyambung. Bagaimana bisa anak kecil yang sudah sampai depresi karena dikerjai oleh temen sebayanya di bilang biasa saja? Ini sudah tidak masuk akal.

Dunia mereka memang masih dunia anak-anak, yang belum mengerti secara full apa-apa yang ia lakukan. Apakah itu baik untuk dilakukan atau justru membahayakan. Tapi disinilah perlu peran dari orang dewasa, baik itu orang tuanya atau gurunya. Campur tangan orang tua sangat perlu sekali dalam mensosialisasikan hal-hal baik kepada anaknya.

Karena seperti yang kita tau, keluarga merupakan agen yang paling utama bagi sang anak. Orang tua perlu mengawasi dan mengontrol apapun yang dilihat oleh anak tersebut. Apalagi, di era makin canggihnya teknologi, anak-anak dengan mudahnya menonton konten apapun yang ia mau, yang padahal itu bukanlah tontonan mereka.

Dari situlah kadang-kadang kelahiran kekerasan pada anak kecil terjadi yang dilakukan oleh teman sebayanya. Mereka mempraktekkan apa yang mereka tonton tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. 

Sinergitas dan tanggung jawab pihak orangtua dan guru harus hadir di tengah tumbuh berkembangnya anak-anak. Juga, lebih ditekankan lagi untuk kedepannya. Ini penting.  Karena menyangkut efek yang sangat parah bila diacuhkan begitu saja.

Belum lagi melihat kejadian kekerasan yang berbeda yang menimpa anak-anak. Dengan teganya, orang tua nya sendiri yang melakukan kekerasan verbal. Saya pun masih belum tau mengapa mereka melakukan kekerasan. Senakal-nakalnya anak, apa perlu diperlakukan begitu seperti memperlakukan binatang?

Walaupun saya belum tau dan merasakan bagaimana susahnya mengurus anak, tapi paling tidak janganlah sampai menimbulkan dan meninggalkan luka pada tubuhnya dan pada bathinnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun