Mohon tunggu...
Abdillah Awang
Abdillah Awang Mohon Tunggu... Politisi - Pejuang hidup

Pria yang terus mencoba untuk menikmati hidup dan berusaha tersenyum walaupun berulang kali ditikam kenyataan dan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Menghapus Semua Fotomu Aku Kira Bisa Melupakanmu, Ternyata Salah!

6 Oktober 2024   02:18 Diperbarui: 6 Oktober 2024   02:20 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdillah Awang Picture

Telah delapan puluh pekan kedua mata ini tak lagi menatap matamu.

Namun setiap memejamkan mataku, bayanganmu selalu muncul dan membawa sejuta kenangan.

Aku tak mau hidupku berjalan seperti ini, banyak hal lain yang lebih perlu aku pikirkan ketimbang hal yang demikian.

Singkatnya, aku ingin melupakanmu. Ya, melupakanmu dan segala cerita-cerita yang pernah ada.

Aku putuskan untuk menghapus semua foto dan kontakmu.

Telah pula aku hapus separuh jiwaku.

Meskipun kau telah melakukannya terlebih dahulu terhadapku.

Kini aku telah mati dan tak mengharapkan apapun lagi.

Kita sebenarnya sama jahatnya, hanya memilih cara yang berbeda.

Aku yang tak tahu batasan, sementara kamu pembohong.

Kau bukan hanya membohongi diriku saja, tapi dusta pada dirimu sendiri juga.

Apa yang sebenarnya kau rasa tak seperti apa yang kau ucapkan.

Bisa juga tulisanmu yang kau peruntukkan untukku dulu tak lebih dari bualan belaka.

Ah, memang sulit untuk dijelaskan secara tulisan.

Ditambah kemampuanku menulis semakin memudar.

Aku tak lagi bisa menulis panjang, apalagi puitis.

Tak lagi bisa menggoreskan catatan tinta panjang di atas buku dengan banyak halaman seperti dulu.

Aku dulu mampu menulis panjang lebar di sebuah buku.

Buku itu sempat aku berikan padamu.

Mungkin telah kau buang barang itu.

Terlepas dari itu semua, aku akui sulit sekali membedakan antara perkataan jujur dan dusta yang keluar dari mulutmu.

Pernah sekali kau bilang menaruh rasa padaku, tapi beda waktu kau bilang aku yang salah menafsirkan.

Jika aku salah menafsirkan, maafkan lah, aku memang bukan ahli tafsir.

Ucapan "selamat pagi" darimu saja sering aku tafsirkan "aku mencintaimu".

Ah, lupakan, lupakan.

Toh tulisan ini tak mungkin sampai juga padamu.

Sebagai penutup aku hanya ingin mengatakan beberapa hal.

Maafkan aku yang telah membuatmu terluka, namun masih ada kah namaku di sudut hatimu?

Jika sudah tidak ada, anggap saja kita tidak pernah bertemu dan mengenal satu sama lain.

Jika masih ada namaku di hati dan ingatanmu, maka beritahu aku dimana aku bisa menjumpaimu.

Aku akan menantimu di sana.

Meski kau bertemu denganku hanya untuk mengucapkan sebuah kalimat perpisahan.

Sebagai penutup, izinkan aku mengutip kata-kata indah dari Mahmoud Darwish, "aku mencintai segala kekuranganmu, kecuali kepergianmu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun