Tiga Agustus, dia masih mengingat dengan jelas tanggal kau dilahirkan di dunia ini.Â
Meskipun dia tak mampu membayangkan dirimu saat kau bayi, dia meyakini dua puluh empat tahun yang lalu kau pasti sangat lucu.
Di usiamu yang semakin dewasa kini, tak henti-hentinya dia selalu mendoakan yang terbaik bagimu.Â
Tentu kau tak tahu dan tak merasakan hal itu.Â
Meski telah lama tidak bertemu dan menatap mata indahmu, dia mencoba untuk menerima keputusanmu setahun lalu adalah yang terbaik untuk hidupmu.Â
Tapi, masihkah kau ingat dengan nama itu?, nama yang telah membawamu mengelilingi sudut-sudut kota.Â
Setiap kembali ke kota itu dia akan selalu mengingat kenangan-kenangan yang telah berlalu.Â
Jangankan untuk bertemu, mendapatkan fotomu saja dia sangat tidak mudah sekarang.
Entahlah, kebencianmu terhadapnya memang sudah pada puncaknya memang.Â
Ngomong-omong masihkah kau menyimpan setiap goresan tinta di buku biru dan coklat itu? Masihkah kau membacanya? Atau sudah kau buang atau bakar.Â
Tulisan yang dulu pernah dia buat ketika hatinya dipenuhi bunga-bunga yang rutin kau sirami.Â