Rasa kesal sekaligus menggelitik ketika penulis membuka pesan tersebut di lokasi proyek salah satu jalan tol di Jawa Barat.
Bisa-bisanya orang yang telah lulus ditanya persoalan kampus yang tidak menghasilkan uang untuk beli rokok, pikir penulis saat itu.
Apakah tidak ada kandidat lain yang masih aktif menjadi mahasiswa ditanya siapa admin akun tersebut.
Tapi kalau mau cari siapa admin tersebut mengapa tidak mencoba Direct Message (DM) langsung ke akun itu.
Memang sejak awal masuk kuliah aku selalu dicurigai sebagai pemegang akun tersebut, namun itu hanya sebatas bahan candaan di kawan sekitarku.
Penulis tidak menyangka kecurigaan sebagai pemegang akun @dpn ums masih saja melekat sampai sekarang meski sudah meninggalkan kampus tersebut.
Namun seharusnya yang dicari bukanlah admin akun tersebut, tapi pengawalan kasus yang mencoreng kampus yang notabenenya bernafaskan keislaman itu.
Hal lain yang harusnya menjadi perhatian pihak kampus, organisasi mahasiswa, dan orang yang mengaku aktivis kampus adalah korban mengadu di akun yang bukan dibawahi kampus.
Tentu ini menjadi pertanyaan, apakah organisasi kampus sudah tak menjadi kepercayaan mahasiswanya?
Apakah mahasiswa sudah tak lagi percaya pada advokasi yang dilakukan oleh perangkat kampus?
Penulis juga tidak tahu apakah sekarang dunia aktivisme kampus telah mati.