Perang Dingin adalah perang yang tidak ada konfrontasi senjata secara langsung Antar keduanya. Melainkan perang melalui persaingan seperti seperti persaingan dibidang teknologi Nuklir & penjelajahan luar angkasa, operasi intelijen, propaganda politik dan bantuan ekonomi kepada negara yang sedang krisis seperti Marshall Plan dan Molotov Plan.
Dimana pada awalnya istilah 'Perang Dingin' ini sendiri dikemukakan oleh George Orwell pada 1945 yang merujuk pada ketakutan akan bayang-bayang perang senjata nuklir antar kedua negara superpower tersebut. (Britannica, 2023)
Walaupun tak ada Konfrotasi Fisik secara langsung, peperang antar keduanya justru menggunakan cara yang tak kalah berbahayanya dari nuklir, yakni menggunakan Proxy war. Hal ini membuat kedua kubu berusaha saling mempengaruhi negara-negara dunia ke- 3 (negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia)
Yakni dengan memberikan stimulus bantuan ekonomi sekaligus mengobarkan propaganda ideologi kepada negara tersebut. Keduanya saling mengobarkan ketakutan akan kubu yang berseberangan kepada masyarakat di negara Sasaran. Alhasil imbas dari perang narasi antar kedua Blok mengakibatkan terjadinya perpecahan di kalangan masyarakat pada negara sasaran tersebut.
Perpecahan antara Jerman Barat dan Jerman Timur, Korea Selatan dengan Korea Utara, Vietnam Selatan dan Vietnam Utara, Faksi Koumintang melawan Partai komunis di Tiongkok. Bahkan terjadi di Indonesia dengan peristiwa G30sPKI era Orde baru, Ataupun Operasi Seroja di Timor Timur.
Operasi tersebut juga disinyalir menjadi bagian untuk menghentikan berkuasanya Haluan kiri Fretilin di Timor Timur yang baru saja merdeka dari Portugis. Dihadapan dua kekuatan negara Superpower yang tengah berseteru itu, negara-negara ini hanya menjadi "Pion" dan ladang pertumpahan darah untuk melegitimasi Ideologi serta pengaruh kekuasaan mereka, tanpa harus mengotori tangan mereka sendiri.
sejarah terkait peran Amerika dalam perkembangan Radikalisme di Afghanistan
Hal ini tak terkecuali terjadi di negara-negara Timur tengah terutama Afghanistan yang menjadi lahan pertempuran untuk membendung invasi Uni Soviet oleh Amerika. Untuk membendung Uni Soviet di Afghanistan, Amerika dan sekutunya tidak keberatan untuk menghalalkan segala cara untuk mengalahkan Uni Soviet dalam perang tersebut.
termasuk dengan cara mendukung pasukan ekstrimis di Afghanistan dan Pakistan. lalu turut memberi juga bantuan berskala besar dalam bidang persenjataan dan dana guna berperang melawan invasi Uni Soviet.
Menurut Seorang jurnalis dan Akademisi yang meneliti tentang terorisme Afghanistan, Steve coll (2004) dalam bukunya yang berjudul Ghost War mengemukakan bahwa Amerika bekerja sama dengan Arab Saudi dan Pakistan untuk mendukung dan membiayai kelompok militan Al-Mujahidin.
Kelompok tersebut dikomandani Ahmad Shah Massoud dan Hezb-e Islami yang dipimpin Gulbuddin Hekmatyar pada 1979 - 1980-an. serta ditambah dengan tokoh-tokoh adanya terkenal seperti Osama bin Laden, Azzam Abdullah, Qutb Sayyed juga turut berkontribusi untuk melawan Uni Soviet sampai pada tahun 1992. Setelah perlawanan yang sengit, kelompok Mujahidin ini pada akhirnya berhasil mengalahkan Uni Soviet dan mengontrol Afghanistan.
Selanjutnya pada beberapa tahun kemudian, kelompok Al Qaeda yang merupakan para alumni dari perang Afghanistan ini pun bersekongkol dengan taliban, dan justru berbalik menyerang AS dengan meledakan gedung kembar WTC menggunakan pesawat pada 9 september tahun 2001.