Mohon tunggu...
Muhammad Bagas Fuad Fauzi
Muhammad Bagas Fuad Fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

Hobi Futsal, menulis, dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Banjir Bandang Yang sudah lama hilang di Trenggalek Kembali lagi

17 Oktober 2022   08:28 Diperbarui: 13 November 2022   10:17 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber IG ilovetrenggalek

Tak hanya bantuan berupa materiala saja, tetapi juga banyak masyarakat Trenggalek maupun luar Trenggalek yang saling mendoakan untuk keselamatan korban. Hal ini juga menandakan bahwa nilai-nilai sila ke 1 pancasila masih diterapkan di Indonesia yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebagai warga negara Indonesia, telah sepatutnya kita semua memiliki 1 agama. Mengapa demikian? Karena hal tersebut telah tercantum di UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi  "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu".

Kita juga hidup saling berdampingan dimana banyak keberagaman agama bisa membuat toleransi yang dapat meminimalisir terjadinya perpecahan persatuan masyarakat, sehingga tercapai kehidupan masnyarakat yang tentram. Namun bisa saja karena keberagaman agama yang ada di Indonesia malah menjadi boomerang yang akan memecah kesatuan NKRI karena semakin banyak makas semakin mudah untuk diadu domba.

Pada Selasa (11/10/2022) di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek warga dan petugas fokus pada pembersihan material pascabanjir yang melanda. Semua bergotong royong membersihakan material mulai dari lumpur, akar akar bambu, batang batang podon, dan sampah semua menimpa rumah warga.

Hal ini tercermin dalam Pancasila sila ke 3 yang berbunyi Persatuan Indonesia". Karena masih terletak di pedesaan jadi gotong royong masih terasa kental disana.  Semua lapisan masyarakat mulai dari tua, remaja hingga muda semua ikut gotong royong.

Ternyata pengimplementasian nilai-nilai sila Pancasila yang selama ini kita kira telah hilang ternyata tanpa kita sadari masih terlaksana. Memang di sekolah pengajaran Pancasila itu masih kurang, tetapi hati nuraani kita secara naluriah melaksanakannya sendiri. Tokoh-tokoh dahulu membuat Pancasila agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun