Mohon tunggu...
Muhammad SyaifulArief
Muhammad SyaifulArief Mohon Tunggu... Guru - Roosibun writer

رب سكوت ابلغومن كلام

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Modal Sosial Pembentukan Pesantren Waria Al-Fatah

29 Oktober 2022   22:30 Diperbarui: 29 Oktober 2022   22:55 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdirinya pesantren waria Al-Fatah Yogyakarta merupakan bentuk perlawanan diskriminasi kaum waria dapatkan. 

Isu mengenai pembuatan fiqih waria bahkan ketidaknyamanan sosial warga sekitar kecamatan Banguntapan. Pesantren itu juga dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Islami sehingga membuat masyarakat berfikir, bagaimana pesantren waria Al-Fatah Yogyakarta ini berdiri?

Minggu 16 Oktober 2022 sejenak silaturahim dan berdikusi bersama Muhammad Agung Bramantya, Ph. D. dosen UGM lulusan S3 teknik mesin di Universitas Keio Jepang. ''Pesantren Al-Fatah Yogyakarta menjadi kontroversi karena bertentangan, harusnya namanya diganti menjadi rehabilitasi waria. 

Kalau kita memasuki daerah istimewa Yogyakarta arah Klaten, banyak pengamen waria di lampu merah yang membuat takut pengguna jalan.

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama muslim, mereka merasa takut jika mendengar kata waria. Pola pikir yang sudah terdoktrin tak ingin mengulangi seperti kaumnya nabi Luth.

 Ibarat mudzakar majazi kata sandal tidak bisa dipasangkan dengan kanan-kanan, tapi butuh sandal kiri sehingga membuat rasa nyaman untuk berjalan. Pesantren juga lembaga pendidikan Islam, yang isinya hanya laki-laki dan perempuan.

''Modal sosial adalah suatu upaya yang membentuk agen sosial dalam habitus (modal sosial yang terbentuk sejak manusia lahir) sebagai individu yang mengkonstruksi dunia sekelilingnya apa yang dikatakan Pierre Bourdieu''. 

Pesantren al-fatah didirikan pada September 2008 oleh seorang waria yang dikenal dengan sebutan ibu Maryani. Kemudian 2014 dilanjutkan oleh Shinta Ratri.

Waria dalam presprektif sosiologis juga mahluk hidup yang sama dengan lainya. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang berlaku pada masyarakat umumnya. 

Sehingga mengapa santri waria menuntut hak yang sama dengan masyarakat lainya. Waria di pandang sebagai mahluk sosial yang abnormal karena tidak sesuai dengan konstruksi sosial yang berlaku. Waria digolongkan sebagai kelompok minoritas yang termarginalkan.

Banyak spekulasi negatif yang melatarbelakangi karena prilaku waria kerapkali menyimpang dari ketentuan umum di masyarakat. 

Waria cinderung dikaitkan dengan dunia pelacuran sehingga adanya pesantren Al-Fatah ini dianggap sebagai tempat mangkal atau lokalisasi. Bahkan masyarakat bingung ketika waria sholat, dia masuk barisan laki-laki atau perempuan.

Namun eksistensi pesantren waria Al-Fatah masih ada hingga sekarang. Berbagai kontroversi penyelesaian intoleran pesantren waria Al-Fatah tak lepas dari unsur-unsur modal sosial yang diterapkan. 

Sehingga kenapa pesantren waria Al-Fatah ini masih beridiri, diantaranya: Adanya unsur kepercayaan, masyarakat Banguntapan mulai berfikir positif. Bahwa pesantren sebagai bengkel untuk waria agar kembali kepada fitrahnya.

Unsur solidaritas juga mereka representasikan pada kegiatan gotong royong. Kegiatan gotong royong tidak hanya dilakukan diwilayah pesantren, komunitas waria juga melibatkan warga desa untuk gotong royong membersihkan lingkungan desa. Mereka mengajak masyarakat untuk membersihkan jalan, membuang sampah, membersihkan masjid, pukesmas. Kegiatan inilah yang dibangun untuk mengubah stigma negatif masyarakat.

Unsur jaringan sosial, pesantren al-Fatah melakukan bakti sosial yang mana tujuanya membantu sesama dan membangun persaudaraan. Diantara kegiatanya seperti santunan anak yatim piatu, dan sumbangan berbagai korban bencana. Uang yang didipatkan dari jumlah donatur, berdagang bubur kacang ijo, salon waria dan catering waria.

Dalam dunia ekonomipun orang normal susah mencari kerja. Kalau kritikanya sutan takdir solidaritas persaudaraan Indonesia kuat, kerja tanpa professional atau tespun bisa masuk asal punya orang dalam. Terpampang jelas untuk masuk kerja syaratnya harus laki-laki atau perempuan dan tidak ada syarat waria. 

Maka waria memanfaatkan peruntungan dengan memberi tarif 100.000 bila ingin wawancara. Penelitian skripsi ditarif 200.000 untuk pendapatanya.

Unsur kerjasama yang dibangun komunitas waria dengan advokasi. Karena seringnya terjadi diskriminasi kepada waria oleh masyarakat sosial. Pejabat hukum memberikan bantuan terhadap waria sebagai wujud keadilan dan pembelaan. Berlandaskan UU No.39 tahun 1999 mengenai hak asasi manusia yang tidak spesifik menyebut tentang hak kebebasan memilih identitas seksual. Maka pasal 1 angka 3 menyebut diskriminasi itu dilarang.

Unsur nilai dan norma yang ada di pesantren waria Al-Fatah berupa tata nilai yang mengacu pada Al-Qur'an. Pendampingan belajar agama untuk membentuk iman, takwa dan baca, tulis, al-Qur'an. Agama sebagai acuan untuk membentuk sosial yang baik bagi waria. Hal ini berbeda dengan lokalikasi yang hanya memberikan pelatihan jasmani. Sedangkan pesantren memberikan pelatihan jasmani dan ruhani agar menjadi lebih baik.

Unsur kebersamaan juga dibangun komunitas waria dalam mendirikan pesantren waria Al-Fatah. Mereka mencari perlindungan atas sikap warga yang mendiskriminasikanya. Banyak stigma negatif bahwa mereka hanya menggunakan naman pesantren karena menggangap bahwa Islam di Indonesia sangat menjunjung tinggi toleransi dan moderat. 

Mereka berdalih tujuan pesantren untuk memberi pemahaman agama dan ingin memperjuangkan hak dalam beragama.

Di tahun 2016 angka pertumbuhan waria semakin masif mencapai 301 waria menurut IWAYO (Ikatan Waria di Yogayakarta). Yogyakarta kota yang nyaman bagi waria karena banyak pelancong dan wisatawan bahkan mahasiswa di tempat ini. 

Komunitas IWAYO ini juga memiliki kartu anggota layaknya KTP. Mereka biasanya kumpul-kumpul di Srimulyo Jl. Magelang yang dilaksanakan sebulan sekali. Mereka ingin menyambut hari waria sedunia yang bertepatan tanggal 20 september.

Unsur empati, memanfaatkan rasa kemanusiaan Yogyakarta yang terkenal tutur katanya yang lembut. Setiap berpapasan senyum dan menyapa ''Ibarat kitabul jami dari kitab al-hikam mereka seperti mengamalkan hadis yang pertama mengenai hak seorang muslim dengan muslim lainya ada 6'' karena banyak sejarah lisan menindas waria, sehingga membuat rasa iba seseorang untuk menolong dan memberikan izin mendirikan pesantren al-Fatah.

Konsep sosiologis modal sosial sebagai pendekatan yang di gunakan komunitas waria. Banyaknya diskriminasi dan stigma negatif terhadap mereka, sehingga mereka berusaha mencari perlindungan dengan memanfaatkan pesantren. Seperti abad ke-20 pendidik Amerika serikat bernama Lyda Judson hanifan yang memperkenal modal sosial sebagai arti kiasan agar dapat hidup di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun