Mohon tunggu...
Muhammad Nurfazri
Muhammad Nurfazri Mohon Tunggu... Penulis - Educator

Education, Social, Conversation Analyst

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cerita Permen sebagai Pemberhenti Rokok

6 Oktober 2021   17:56 Diperbarui: 6 Oktober 2021   18:02 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : www.5sfer.com

Disclaimer. Cerita ini merupakan true story perjuangan bapak saya yang ingin berhenti merokok. 

Cerita di mulai dari sebuah perjalanan saya bersama keluarga yang hendak mengunjungi sanak saudara. Ketika itu, saya masih berumur 16 tahun. Di waktu yang bersamaan, saya dan keluarga berada di dalam sebuah mobil dalam perjalanan. Selama perjalanan, perbincangan hangat kerap menjadi tema yang menemani kita. Berbagai topik pun muncul yang di keluarkan oleh anggota keluarga. 

Namun, ketika ayah saya menanyakan kepada saya tentang cita-cita. Saya pun menjawab dengan tegas jika saya ingin menjadi seorang tentara. Setelah itu, ayah dalam posisi menyetir memberikan beberapa nasehat kepada saya. " Nak, cita-cita itu bagus, namun jika kamu ingin mencapai apa yang ingin kamu capai maka kamu harus rajin belajar, taat ibadah, dan jangan merokok" ujar ayah.

Saya di didik oleh sosok ayah yang memiliki kepribadian yang kokoh. Dari kecil, saya dan kedua kakak laki-laki serta adik, kita berempat tidak di perbolehkan untuk merokok. Namun, ayah adalah seorang perokok yang aktif. 

Kembali ke cerita perjalanan. Ketika ayah selesai memberikan nasehat nya, saya langsung menjawab. " Baik pak, aku tidak akan merokok dan sejak kecil bapak sudah mengajarkan kepada aku untuk tidak merokok. Namun, rasa nya tidak adil jika bapak yang melarang anak-anak nya untuk merokok tapi bapak sendiri adalah seorang perokok yang aktif. Kalau bapak benar-benar tegas dalam memberikan keputusan kepada kami (anak-anak) untuk tidak merokok, maka bagaimana jika bapak juga berhenti untuk merokok" ujar saya.

Tidak sampai di situ, kemudian ibu saya menyahut ucapan saya. " Benar itu pak, bapak melarang mereka untuk merokok namun bapak sendiri merokok. Tunjukan kepada anak-anak perilaku yang baik. Ingat, di tulisan rokok juga ada peringatan bahaya dari merokok, bagaimana jika bapak juga berhenti untuk merokok" ujar ibu.

Seketika bapak menyela perbincangan. "Oke, bapak akan berhenti merokok. Akan tetapi, kalian harus benar-benar untuk rajin belajar dan gapai cita-cita kalian" ujar bapak.

Tidak berapa lama, tiba-tiba mobil berhenti di depan sebuah warung kecil pinggir jalan. Bapak langsung menyuruh saya untuk membeli air mineral dan permen yang banyak. Saya pun turun dan membeli nya. Ketika masuk ke dalam mobil, saya menanyakan kepada bapak saya. "Pak, permen sebanyak ini buat apa? kita kan tidak sering mengkonsumsi permen" ujar saya. Bapak pun menjawab " Bapak punya temen yang dulu nya juga adalah seorang perokok yang aktif, namun ketika dia ingin berhenti merokok maka dia mengkonsumsi permen sebagai pengganti rokok". 

Maka dari itu, saya melihat betul bagaimana bapak memang ingin berhenti untuk merokok. Setiap hari mengkonsumsi permen, bahkan di rumah bapak selalu menyetok beberapa jenis permen. Bahkan ketika bapak ingin bekerja, bapak tidak pernah lupa untuk selalu membawa permen. Di awal perubahan bapak, bapak selalu bilang kalau tidak merokok maka lidah akan terasa pahit. Namun, atas komitmen yang sudah di ucapkan, maka bapak akan selalu berusaha untuk tidak menyentuh rokok lagi. 

Bapak melakukan kebiasaan makan permen selama berbulan-bulan. Dengan waktu yang tidak singkat ini, bapak akhirnya berhenti untuk tidak merokok. Bahkan, biasa nya saya di suruh untuk membeli rokok, kini saya tidak lagi membeli rokok. 

Dalam cerita di atas, sangat berkaitan sekali dengan teori yang di kemukakan oleh Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997) tentang "Model transtheoretical perubahan perilaku kesehatan". Penulis membagi atas enam model perubahan perilaku kesehatan. 

1. Precontemplation 

    Dalam model ini di artikan sebagai individu yang tidak memiliki keinginan untuk melakukan perubahan terhadap perilaku kesehatannya. Secara garis dasar, individu yang tidak sadar bahwa mereka berada dalam masalah kesehatan. Ketika mereka di perintahkan untuk berhenti merokok atau atas kesadaran mereka,dan kebanyakan mereka akan menolak. Dari cerita di atas, sebelum ada perintah dari anak-anak, bapak masih merokok dan tidak ada keinginan untuk berhenti untuk merokok.

2. Contemplation 

     Model ini menjelaskan keberadaan individu mulai sadar akan masalah kesehatan dalam merokok. Ketika saya meminta bapak untuk berhenti merokok dan ibu yang menambahkan gagasan tentang bahaya rokok terhadap kesehatan maka bapak mulai sadar dan memutuskan untuk berhenti merokok.

3. Preparation

     Tahap ini memberikan gambaran bahwa individu berniat untuk mengubah perilaku dalam waktu dekat. Ada sebuah istilah yang mencerminkan sikap individu terhadap perubahan perilaku kesehatannya yaiut self-liberation. Artinya, seorang perokok mulai membuat sebuah komitmen yang kuat untuk berubah. Ketika bapak membuat keputusan untuk berhenti merokok dengan catatan anak-anak harus rajin belajar, taat ibadah dan tidak merokok untuk menggapai cita-cita. Maka bapak langsung mengganti rokok dengan permen

4.  Action

    Pada tahap awal, bapak merasakan lidah yang pahit jika tidak merokok. Namun, beberapa kendala akan di rasakan perokok yang ingin berhenti merokok. Apalagi mereka adalah perokok yang aktif. Akan tetapi, dengan kegigihan dan komitmen yang kuat serta keinginan diri, maka perokok akan bisa melewati tahap ini walaupun menyita waktu dan energi yang banyak.

5.  Maintance

    Maintance di artikan sebagai tahap individu untuk tidak kembali ke perilaku yang di tinggalkan atau merokok. Jika perokok bisa   berhenti dari perilaku merokok lebih dari enam bulan, maka mereka dapat di asumsikan berada di zona berhenti merokok.

6. Termination

    Tahap ini merupakan posisi seorang perokok untuk benar-benar berhenti. Setelah melewati berbagai rintangan seperi stres, lidah terasa pahit, cemas, dan lain-lain dalam jangka waktu yang cukup lama. Maka, mereka akan mulai terbiasa untuk tidak mengisap rokok lagi. Alhasil, mereka akan bisa untuk meninggalkan kebiasaan merokok mereka.

Begitulah cerita bapak dan teori tentang model transtheoretical perubahan perilaku kesehatan. Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa seorang perokok yang aktif pun bisa untuk berhenti asalkan mereka memiliki komitmen dan keinginan yang kuat. Selain itu, keberadaan orang-orang yang mendukung para perokok untuk berhenti sangat di perlukan. Walaupun tahap demi tahap akan di lewati seperti lidah terasa pahit, cemas, stres, dan lain-lain.

Atas dorongan dan usaha, semua itu akan sirna dan membawakan hasil yang bermanfaat. Dalam true story yang saya tuliskan semoga memberikan pengetahuan dan dorongan bagi pembaca terutama perokok yang ingin berhenti. Jika para pembaca juga memiliki cerita yang unik dalam berhenti merokok, kalian bisa ceritakan di kolom komentar ya. Semoga dari pengalaman kalian juga bisa membawa manfaat bagi mereka yang membutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun