Mohon tunggu...
Lukasyah
Lukasyah Mohon Tunggu... Freelancer - Catatan Sebelum Mati

Not Lucky Bastard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Utopia Visi Indonesia Emas 2045, Wajah Pendidikan Tak Berkarakter

23 Mei 2024   10:39 Diperbarui: 23 Mei 2024   10:45 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: rri.co.id)

 Salah satu cara untuk memperkuat sinergi antara pendidikan formal dan pendidikan karakter di keluarga adalah melalui pengembangan kurikulum yang mengakomodir pendidikan karakter di kedua lingkup tersebut. Kurikulum ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya menekankan pada aspek akademis, tetapi juga memasukkan pembelajaran tentang nilai-nilai moral, etika, dan kepemimpinan yang penting bagi perkembangan karakter anak.

 Kurikulum pendidikan karakter di keluarga dapat mencakup aktivitas  seperti diskusi keluarga tentang nilai-nilai moral, partisipasi dalam kegiatan sosial atau amal bersama, dan memberikan contoh-contoh nyata tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu anak-anak memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dengan lebih baik.

 Dari uraian di atas, penulis mencoba untuk menyimpulkan dua poin penting. Pertama, dengan sinergi yang kuat antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan karakter di keluarga, kita dapat memastikan bahwa para pelajar tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter baik dan bertanggung jawab. Ini akan membawa dampak positif yang besar bagi perkembangan individu dan masyarakat secara keseluruhan, sehingga mampu menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan, yang mampu mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

 Kedua, uraian di atas dapat menggambarkan betapa tidak jelas arah dan tujuannya dunia pendidikan Indonesia. Ruang lingkup pendidikan sangat sempit dan hanya berbasis proses yang dilakukan secara kelembagaan. Ruang pendidikan di keluarga tidak mendapat infrastrukur dan suprastrutur yang baik. Maka sangat wajar ketika seringkali terdapat kasus seorang pelajar yang berprestasi lingkungan institusi pendidikan, tapi bermasalah setelahnya. Bahkan, degradasinya semakin terasa ketika hari ini dengan ditandai dengan kasus pelajar yang bermasalah di kedua lingkungannya. Rasanya, jika kondisi terus seperti ini, maka visi Indonesia Emas 2045 menjadi utopia, mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun