Menjadi mahasiswa tentunya berhadapan dengan yang namanya KKN ataupun PPL bagi saya sebagai mahasiswa prodi pendidikan. Mengajar di sekolah merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan lagi bagi saya dan teman-teman saya. Penempatan PPL saya adalah di Kediri, tepatnya di SMAN 7 Kota Kediri.Â
Sebagai catatan, penulis dan mahasiswa lainnya masihlah hijau untuk mengajar disekolah. Tapi saya sendiri berpikiran kalau ini adalah ujian sebenarnya jika saya benar-benar mau menjadi guru. Jadi, mau ndak mau harus dilalui juga jalanan terjal itu.
Selama program AM dijalankan di sekolah, penulis harus ikut andil dalam kehidupan sekolah SMAN 7 Kota Kediri -- kurang lebih itu yang disampaikan pada awal kedatangan dulu. Sebagai kewajiban awal, saya dan teman-teman saya harus membantu Tatib di gerbang sekolah bersama guru lainnya dengan saya mendapat bagian di hari senin pagi. Piket guru juga saya lakukan, untuk mengawasi pengambilan ijin dan dispen oleh siswa.Â
Dan yang paling penting adalah mengajar siswa di kelas. Ya! Mengajar di kelas yang muridnya random minatnya pada pelajaran tententu. Untuk pembagian kelasnya saya mendapatkan kelas unggulan dan regular. Untuk apa? Tentunya sebagai pembanding siswanya terhadap matapelajaran sejarah, yang saya ampu tentunya.Â
Tapi tak jarang penulis dimintai tolong untuk menggantikan atau mengisi jam kosong di kelas. Dan tak lupa juga penulis dan mahasiswa lainnya mengikuti ketentuan sekolah seperti 5 hari sekolah dan datang sebelum jam 07.00 dan pulang di jam 15.00.
Untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, biasanya saya lakukan hampir sama dengan guru yang mengajar. Biasanya kalau tidak memakai PPT ya papan tulis untuk menjelaskan poin-poin materi. Dan tentunya penulis masih memakai metode ceramah selama mengajar. Meskipun ceramah vidio dan materi selingan juga penulis tambahkan selama mengajar di kelas.
Sejarah bukan membosankan tapi lebih kurang menarik bagi sebagian besar siswa. Selama penulis mengajar, siswa biasanya lebih antusias pada hal random seperti game ataupun materi sejarah diluar materi utama siswa. Dari 2 kelas yang penulis ampu, hanya kelas unggulan saja yang lebih memperhatikan materi yang diberikan daripada reguler.Â
Mungkin pendapat ini bisa berbeda dengan rekan mahasiswa lainnya, atau malahan penulis saja yang tidak bisa membuat yang reguler juga memperhatikan ketika belajar di kelas. Tapi, tanggapan siswa ketika diajar mahasiswa antara lain seperti sudah bagus, pembelajarannya lebih longgar, fine-fine saja, atau kesan kalau mahasiswa memberikan materi tambahan yang baru dari yang ada di buku.
Meskipun begitu, ada beberapa siswa yang memang tertarik dengan sejarah dan materi yang disampaikan ketika mengajar. Salah satu siwa laki-laki di kelas XI 2, Kamunoyoso sering berbicara dengan penulis mengenai sejarah dunia, materi yang sudah diberikan sebelumnya, atau bahkan diskusi seputar sejarah.Â
Di kelas XI 6, penulis pernah mengajak salah satu siswi, Wahyu Fitria mengobrol tentang filsafat dan sejarah pada jam kosong di kelas. Kedua siswa tersebut adalah contoh dari beberapa siswa yang sebenarnya tertarik pada matapelajaran sejarah.
Kesan penulis pada siswa-siswa di SMAN 7 Kota Kediri bisa dibilang beragam tergantung situasi dan kondisi yang ada. Dalam situasi dan kondisi pembelajaran di kelas, siswa bagian depan dan perempuan lebih memperhatikan dan paham pada penjelasan yang diberikan penulis ketika mengajar.Â
Siswa laki-laki cenderung asik sendiri dan hanya sedikit yang memperhatikan. Tapi ini tidak berlaku di kelas XI 2 yang sebagian besar memperhatikan baik di depan atau belakang, laki-laki atau perempuan. Namun, diluar jam pembelajaran semua siswa yang penulis ajak mengobrol, terlepas dari kelas yang diampu penulis atau tidak sangat ramah dan bisa diajak berdiskusi pada suatu hal, seperti olahraga, game online, sejarah, future plan mereka, ataupun hanya basa-basi saja.
Sebagai simpulan dari tulisan ini, kegiatan AM yang dilaksanakan menjadi pengalaman mengajar atau menjadi guru yang penting bagi penulis. Tak hanya memberikan gambaran menjadi guru, tapi juga sebagai latihan untuk dekat pada siswa. Tak luput juga, sebagai tambahan pengalaman yang penting sebagai pondasi awal menjadi guru yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H