Mohon tunggu...
Muhammad NaufalFadli
Muhammad NaufalFadli Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sastra Indonesia

Cuman mahasiswa sastra yang menekuni menulis dan suka menyeduh kopi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Warung Kopi Menghadapi PPKM Darurat

13 Juli 2021   05:00 Diperbarui: 13 Juli 2021   05:25 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Satu tahun lebih Indonesia telah dilanda virus Covid-19. Belum sembuh dari virus ini, malah mendapat kabar bahwa beberapa varian baru Covid-19 muncul di Indonesia dan sudah mendominasi daerah Jakarta, Jawa, Bali dan sekitarnya. Varian baru dari virus Covid-19 tersebut adalah varian Delta, Kappa, Alpha hingga Beta. Rasa sedih pun menyelimuti ketika mendengar kabar bahwa kasus positif selalu bertambah setiap harinya. Terlebih lagi jika mendengar informasi dari masyarakat, bahwa ada yang mengalami kehilangan orang tersayangnya akibat dari virus tersebut.

Akhirnya pemerintah pun mengambil keputusan untuk menjalankan program PPKM Mikro Darurat di Jawa, Bali dan 15 daerah lainnya.

Dari program ini, pemerintah sangat mengharapkan masyarakat untuk tetap di rumah saja serta menjalani seluruh aktivitas dari rumah atau sering disebut WFH (Work From Home), terkecuali karyawan yang bekerja di perusahaan bidang esensial dan kritikal

Dengan adanya pemberlakuan hal tersebut, Para pemiliki usaha restoran ataupun UMKM diharuskan untuk menerima pesanan secara Take Away saja serta diperbolehkan buka hanya sampai pukul 20.00 WIB saja. Peraturan tersebut harus dilaksanakan demi kesembuhan tanah air, kita sebagai masyarakat Indonesia wajib mendukung program PPKM Mikro Darurat tersebut.

Pemilik Kedai Dialektika Kopi , Ade susanto misalnya, mengungkapkan, saat ini sebuah bisnis harus dapat berinvoasi dalam pengembangan produk, untuk menopang bisnis agar tetap terus berjalan.

Ia mengatakan, bisnis kopinya kini telah mengembangkan pada penjualan kopi literan . Hal tersebut menjadi inovasi pada kedai kopinya. Selama pandemi pun, ia mendorong penjualan melalui platform online.

Dengan cara tersebut, ia berharap penjualan serta pendapatan akan tetap stabil dalam menghadapi masa PPKM yang dimana kedainya terpaksa harus melayani secara Take away saja dan diharuskan tutup lebih awal.

Meski begitu, Ade juga menemui kendala terhadap distribusi bahan baku. Sebab, Kopi yang biasa ia pesan melalui petani langganannya sekarang lebih lama ia terima karena banyaknya penyekatan-penyetakan untuk pemeriksaan di tiap-tiap perbatasan daerah.

Selain itu dengan adanya pandemi, sejumlah warung pun telah ditutup sehingga hasil panen kopi para petani tidak terserap pasar. Ia pun menilai, perlu adanya edukasi terhadap petani kopi agar mereka ikut merambah penjualan melalui market place.

"Oleh karena itu, pemerintah perlu fasilitasi edukasi ke petani, termasuk cara pengemasannya. Itu lebih bagus," ujarnya

Muhammad Fauzan (24), pemilik Warung Kopi Bang Jago yang merasakan juga dampak dari PPKM, mengatakan, pandemi ini tidak mudah dijalani bagi sebagian orang. Ada yang harus nekat turun ke jalan dengan risiko dagangan tidak laku atau mungkin tertular Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun