Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Survivorship Bias, Mengapa Nasihat Orang Sukses Bisa Jadi hanya Omong Kosong

29 Agustus 2024   06:47 Diperbarui: 30 Agustus 2024   23:45 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa kita, bahkan para ahli dan profesional sekalipun, rentan mengalami bias penyintas? Menurut Taleb, itu karena kita dilatih untuk mengambil keuntungan dari informasi yang ada di depan mata kita dan mengabaikan informasi yang tidak kita lihat. Dengan kata lain, hal itu mudah untuk dilakukan.

Alasan kedua, bias penyintas membuat kita merasa nyaman. Jika Anda berencana mendirikan bisnis restoran, mana yang lebih menarik, kisah orang-orang yang berhasil merintis usahanya pada percobaan pertama atau segudang kisah kegagalan di bulan pertama? Saya tidak naif; saya enggan menyimak cerita orang-orang bangkrut.

Lagi pula, yang pertama membuat Anda optimis, sedangkan yang kedua membuat Anda ingin mengutuk semua bisnis restoran dan akhirnya menyimpan uang Anda demi memastikan itu tetap bersama Anda (selamanya). Saya tidak akan menyalahkan Anda, tetapi kenyataannya sebagian besar bisnis berakhir gagal dan bangkrut, apa pun jenisnya.

Dan bagaimanapun di sinilah kita, menyimak cerita-cerita menarik dan "inspiratif" dari para ahli diet terlaris, CEO selebriti, dan atlet superstar. Kita dengan tekun mendengarkan nasihat dan petunjuk mereka, berharap bisa mengetahui rahasia kesuksesan. Semacam jalan pintas, atau setidaknya memastikan kita berada di jalan yang benar.

"Bangunlah jam 5 pagi. Jangan membuka ponsel lebih dari 2 jam dalam sehari. Berolahragalah setidaknya 30 menit, tiga kali per minggu. Bekerja keraslah. Beranilah mengambil risiko." Dan seterusnya hingga kita diberitahu bahwa orang-orang gagal juga melakukan semua itu, bahkan mungkin lebih dari yang kita kira.

Sayangnya, mereka yang gagal jarang sekali, jika ada, yang diundang ke perguruan tinggi dan konferensi untuk membagikan apa yang menjadikan mereka gagal dan karenanya harus kita hindari. Mereka hilang dari pandangan kita, dan lenyap pula informasi tentang "cara menjadi tidak gagal" bersama mereka.

Sebaliknya, kita lebih memilih pembicara yang bersinar. Mereka berkeliling ke seluruh negeri untuk mengisi seminar tentang cara menjadi sukses. Mereka meyakinkan kita bahwa kita bisa menjadi sesukses mereka, dan caranya ada dalam buku mereka tentang "Cara Mendapatkan Satu Miliar Pertama Sebelum 25 Tahun". Jadi kita didorong untuk membeli bukunya.

Pikirkan para tokoh ikonik teknologi seperti Steve Jobs, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg. Anda mungkin terpikir untuk mengikuti jejak mereka: berhenti kuliah dan memulai bisnis dengan teman Anda di garasi rumah orang tua Anda. Mimpi menjadi miliarder tidaklah salah, tetapi mereka yang putus kuliah, secara statistik, lebih sulit menjadi miliarder.

Data BPS terbaru menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar pula upah yang diterima seseorang. Ya, kuliah belum tentu menjadi kaya dan miliarder belum tentu mengenyam kuliah. Bagaimanapun, kalau kita melihat gambaran keseluruhan, jelaslah bahwa kuliah membantu. Suka-tak-suka, datanya memang begitu.

Kebanyakan dari kita gagal menyadari betapa banyaknya orang yang mengikuti jejak Steve Jobs dan gagal, karena pada dasarnya tidak ada yang mendokumentasikan kisah mereka menjadi buku atau film. Paling banter, kisah mereka berakhir secara menyedihkan dalam diari pribadi mereka masing-masing.

Demikianlah, meskipun mudah dan nyaman, bias penyintas membekukan otak kita ke dalam kondisi ketidaktahuan yang membuat kita yakin bahwa kesuksesan itu lebih umum daripada yang sebenarnya. Kita secara keliru memahami realitas dan gagal menangkap banyak privilese (hak istimewa) yang membantu segelintir orang untuk sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun