Efek utamanya adalah perasaan terputus dari masyarakat, dan inilah inti yang menjelaskan hubungan logis antara kesepian dan rasa tanggung jawab untuk memilih. Jika orang merasa mereka bukanlah bagian (yang penting) dari masyarakat, mereka jadi cuek.
Itu berarti, dalam konteks pemilu, warga yang kesepian cenderung tak melihat pemungutan suara sebagai kewajiban kewarganegaraan. Putusnya rasa memiliki dan keterikatan mereka terhadap masyarakat membuat mereka acuh tak acuh dan pasif.
Hal itu sejalan dengan teori Andre Blais dan Christopher Achen bahwa dua prediktor terkuat untuk partisipasi pemilih adalah perasaan pribadi mengenai betapa pentingnya hasil pemilu, dan persepsi bahwa memberikan suara merupakan kewajiban moral.
Mereka menjelaskan secara panjang-lebar bahwa rasa tanggung jawab warga negara untuk memilih berasal dari perasaan loyalitas, patriotisme, atau keterikatan pada masyarakat. Ini tak mencakup semua motivasi, tapi mewakili sebagian besar.
Dalam hal ini, jika kesepian berarti terkikisnya keterikatan dan keterhubungan dengan masyarakat, maka kesepian dapat menjadi faktor penjelas mengapa seseorang tak merasa berkewajiban atau bertanggung jawab untuk memilih dalam pemilu.
Temuan Langenkamp ini memang sangat menarik, tapi tak sepenuhnya baru.
Sebuah makalah tahun 2007 yang ditulis oleh D. S. Pearl dan R. K. Anderson dari Washington State University, telah menemukan hal serupa. Meskipun penelitian mereka baru sebatas di lingkup mahasiswa, kesimpulan mereka bisa ditarik ke konteks pemilu nasional.
Mereka menemukan bahwa orang-orang yang aktif dalam komunitas mereka (klub, asosiasi profesi, partai politik, dan sebagainya) lebih cenderung memberikan suara. Sebaliknya, orang-orang yang kesepian cenderung pasif dan, dengan demikian, golput.
Dua temuan itu sekaligus membuktikan bahwa kesepian merupakan variabel yang kuat (tapi tak pernah diperhatikan) guna memprediksi motivasi partisipasi warga negara dalam proses pemilu.
Tentu saja, ketika penelitian-penelitian tersebut menyebut "kesepian", jangan menyamakan itu dengan "kesendirian" atau "isolasi sosial". Jangan membayangkan orang kesepian adalah kutu buku atau introver yang sepanjang hari mengurung diri di kamar.
Ya, mereka mungkin kesepian, tapi jangan mengasosiasikan mereka dengan kesepian.