Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saatnya Kesepian Menjadi Prioritas Kebijakan Publik

20 November 2023   06:30 Diperbarui: 20 November 2023   18:54 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stigma membuat orang yang kesepian tak ingin orang lain menganggap ada yang salah pada diri mereka, jadi mereka semakin mengurung dan mengisolasi diri, dan ini adalah jalan licin yang membawa mereka ke lorong kesepian yang lebih gelap.

Dengan menjadikan kesepian sebagai isu publik, yang diikuti program-program penyadaran masyarakat mengenai kesepian serta alokasi sumber daya untuk layanan kesehatan mental, stigma kesepian dapat berkurang.

Kedua, kesepian sangat merugikan secara ekonomi. Ada biaya mahal yang harus ditanggung individu, keluarga, masyarakat, dan negara akibat kesepian yang terus memburuk. Misalnya, kesepian cenderung menurunkan produktivitas dan kreativitas pekerja secara signifikan.

Sebuah laporan tahun 2020 tentang hubungan antara kesepian dan produktivitas pekerja di Inggris menunjukkan bahwa kesepian akut telah menelan biaya sekitar 9.900 poundsterling per tahun untuk setiap orang yang mengalaminya.

Di Amerika Serikat, sebuah studi yang dilakukan Gallup menemukan bahwa kesepian kronis menimbulkan penurunan konsentrasi dan keengganan untuk bekerja sama. Biaya kerugian akibat hal ini diperkirakan antara 450 hingga 550 miliar dolar AS per tahun.

Selain defisit produktivitas dan kreativitas, kesepian juga membuat pengeluaran individu untuk perawatan kesehatan menjadi lebih besar, khususnya kaum muda.

Di Australia, kesepian merugikan negara sekitar 2,7 miliar dolar AS setiap tahun akibat hasil kesehatan yang buruk. Ini karena orang yang kesepian lebih cenderung merokok, mabuk dan kurang berolahraga, serta lebih sering mengunjungi rumah sakit.

Meskipun sejauh ini belum ada studi komprehensif yang memperkirakan kerugian ekonomi di Indonesia akibat kesepian, kita harus belajar dari negara-negara lain bahwa kesepian bisa merugikan masyarakat, pengusaha, dan negara dengan cara yang tak terduga.

Ketiga, kesepian yang kronis dan tersebar juga dapat mengganggu kehidupan demokrasi. Ini mungkin terdengar tak masuk akal. Saat saya membicarakan proposal penelitian tentang isu politik kesepian, dosen dan beberapa teman saya agak terkekeh.

Tapi, sejumlah filsuf dan ilmuwan politik sebenarnya sudah lama menyelidiki topik itu.

Demokrasi, agar efektif, menuntut orang untuk merasakan hubungan dengan sesama warga kelompoknya. Hubungan ini terwujud dalam berbagai organisasi dan lembaga non-pasar, misalnya komunitas, perpustakaan, koperasi, dan perkumpulan relawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun