Dengan dinamika yang begitu cair, sulit untuk membentuk kelompok pertemanan yang solid dan awet. Belum lagi jika kita mempertimbangkan salah satu alasan utama orang bermigrasi ke kota: kemandirian.
Orang-orang ini mengejar peluang kerja yang lebih besar. Kota juga menawarkan kebebasan yang lebih besar untuk mengukir identitas diri seseorang, dan kita diberitahu bahwa dengan hidup mandiri dan bebas, hidup akan terasa menyenangkan.
Namun, jauh dari keluarga, teman atau sahabat lama, kota turut membuat orang kehilangan sistem pendukungnya. Mereka secara keliru menyamakan antara mandiri dan terisolasi, dan akibatnya hidup yang mandiri bagi mereka adalah hidup yang sepi.
Kita telah melihat bagaimana kebutuhan akan privasi semakin meningkat dan toleransi pada kompromi terus berkurang. Komunitas dan struktur keluarga kita juga telah berubah dengan runtuhnya keluarga besar dan meningkatnya keluarga inti serta orang-orang lajang.
Sayangnya, tak ada data pemerintah yang merekam fenomena ini.
Kedua, kehidupan urban tak dibangun berdasarkan rasa kebersamaan, melainkan hubungan impersonal. Kita bisa melihat ini dari kecenderungan orang untuk mengenyahkan basa-basi sosial saat berada di tengah kerumunan orang banyak.
Kita takut terjebak dalam kecanggungan, jadi kita menghindari obrolan ringan atau bahkan sekadar "hai" kepada orang di sebelah kita saat naik kereta atau bus. Kita berjanji akan balik menyapa jika disapa duluan, tapi, lucunya, orang lain juga berpikir seperti kita.
Hasilnya, masing-masing dari kita saling menunggu atau tidak sama sekali.
Saya pikir hal-hal "kecil" seperti itu merupakan salah satu alasan mayor mengapa penduduk kota sangat mudah untuk merasa tak dibutuhkan ketika dikelilingi oleh jutaan orang. Tanpa kedekatan apa pun, kerumunan tak ada bedanya dengan ruangan kosong.
Di desa kecil, jika rumah tetangga terbakar, Anda adalah orang pertama. Di kota, ada ribuan orang lain yang memiliki posisi serupa dengan Anda, entah menelepon pemadam kebakaran atau mengambil ember untuk memadamkan api.
Apinya memang sama-sama padam, tapi kecil sekali kemungkinan Anda merasa istimewa di lingkungan perkotaan. Anda hanyalah satu dari ribuan orang yang kebetulan tinggal di dekat situ. Tanpa Anda, pemilik rumah yang terbakar tak akan keberatan.